semestakapila

Hai! Bye, Papi.

tw: // this story may cause emotional to some people – seungchan ft. seuncat – angst – blood – major character death – slight of 18+


“Dongpyo sayang, ayok bangun! Nanti kamu telat”Seungwoo berusaha menarik pelan selimut anak semata wayangnya yang masih terlelap tertidur tersebut.

“Mas, pelan-pelan dong! Pyo baru tidur jam sebelas loh semalem”ucap seorang lelaki yang masih menggunakan celemek di badannya.

“Oke, terus aja dibelain anaknya! Pokoknya dia harus ikut sarapan sama kita, sebelum aku berangkat ke rumah sakit”ucap Seungwoo sambil mencium singkat pipi lelaki tadi.

“Sayang... Pyo, bangun yuk? Liat papa udah bikin apaan buat Pyo nih? Telor mata sapi! Kali ini kuningnya ga pecah loh”lelaki tersebut berusaha membangunkan Dongpyo dengan cara terbaiknya.

“Papa... Pyo masih ngantuk!“ucap Dongpyo yang berjalan dan memeluk tubuh papanya dengan badan kecilnya.

“Eh! Daddy udah bangun loh, lagi mandi. Pyo, mau berangkat ke sekolah sama daddy kan?“Dongpyo mengercutukan bibirnya tetapi kepalanya mengangguk. Lelaki tersebut pun memutuskan menggendong Dongpyo dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

.

“Seok, kamu hari ini shift jam berapa? Perlu aku jemput?“Seungwoo yang baru saja keluar dari kamar dengan setelan rapihnya itu menyapa sang suami.

“Engga usah mas! Nanti aku jemput Pyo buat bawa kerumah mama, soalnya aku shift agak sorean. Nanti kamu bisa jemput dia dirumah mama kan?“ucap Wooseok dan Seungwoo mengangguk sambil tersenyum.

“Daddy! Stop kissing papa, okay? Papa is mine!!“ucap Dongpyo dengan suara yang menggemaskan.

“No!! Papa itu punya Daddy bukan punya Dongpyo”ucap Seungwoo yang justru semakin jadi dengan memeluk WOoseok dari belakang, membuat Dongpyo menangis setelahnya.

“Mas! Kamu tuh hobby banget ngeledekin anak sendiri!!“Wooseok yang panik memukul pelan lengan suaminya dan berjalan menghampiri Dongpyo. Seungwoo tersenyum dan tertawa puasa melihat anak lelakinya yang masih terisak di meja makan.

.

“Pyo, janji jangan nakal di sekolah ya? Nanti jam makan siang Papa jemput terus kita kerumah Oma, oke?“ucap Wooseok dan Dongpyo mengangguk antusias. Dongpyo tidak lupa memberikan kecupan di seluruh permukaan wajah Wooseok dan memeluk Wooseok lama.

“Aku? Ga dicium?“ucap Seungwoo saat Wooseok telah melepaskan pelukannya dengan Dongpyo.

“Engga mas, tuh diliat anak kamu”ucap Wooseok memukul pelan dada suaminya tetapi Han Seungwoo tetaplah seorang Han Seungwoo, ia mencuri satu kecupan di bibir Wooseok yang membuat Dongpyo menutup matanya.

“Mas!!“ucap Wooseok panik.

“Makasih ya?“ucap Seungwoo penuh arti dan Wooseok mengangguk lebih dari mengerti.

“Dad! Semalem aku mimpi serem”ucap Dongpyo yang menggandeng tangan Seungwoo berjalan ke arah mobil pribadi Seungwoo yang tengah terparkir.

“Hm... Mimpi seram apa?“tanya Seungwoo yang sudah membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan sang anak duduk dikursi miliknya.

“Aku hampir ketabrak mobil! Tapi terus mobilnya di berhentiin sama om-om lucu!! Omnya putih tinggi, terus ada lesung pipinya”Dongpyo bercerita dengan antusias, melupakan Seungwoo yang terdiam di dalam kemudi supir.

Kecelakaan, Pria tinggi dan putih yang mempunyai lesung pipi.

“Daddy! Dad, denger Pyo cerita ga sih?“ucap Dongpyo sedikit kesal dan Seungwoo menoleh ke belakang sambil tersenyum.

“Iya sayang, gimana?“tanya Seungwoo tetapi Dongpyo enggan melanjutkan ceritanya.

.

“Makasih ya, Om! Om lucu bangetttt pipinya bolong hehehe”ucap Dongpyo yang duduk di sebuah kursi di depan sekolahnya.

“Dongpyo, emang ga apa-apa terima makanan dari orang asing? Engga dimarahin Daddy?“tanya lelaki tinggi tersebut dan Dongpyo menggeleng.

“Engga! Es krim ini yang suka dibeliin Papa jadi ga apa-apa!! Terus, Om bukan orang asik, kok! Aku pernah ketemu sama Om sebelumnya hehe”ucap Dongpyo tersenyum gemas.

“Pernah? Dimana?“tanya lelaki tersebut lagi.

“Di mimpi aku! Om sering main ke dalam mimpi aku tauuu, om gatau ya? hehe”ucapan Dongpyo membuat lelaki tersebut menegang.

“Ah iya? Om ngapain di mimpi kamu, sayang?“Lelaki tersebut bertanya sambil mengusap bibir Dongpyo yang penuh dengan noda es krim.

“Om bantuin aku! Om nolongin ambilin balon aku yang nyangkut di pohon, ambilin mobil-mobilin aku di dalam selokan terus semalem juga om dateng lagi nolongin aku pas mau ketabrak mobil!!“ucap Dongpyo serius.

Tabrakan mobil, menolong, lagi.

“Pyo! Kamu... Chan?“Dongpyo tersenyum saat Seungwoo datang dan menabrakan dirinya dengan tubuh Seungwoo sedang lelaki yang sejak tadi duduk bersama Dongpyo berdiri dan tersenyum kearah Seungwoo.

“Hai, ka! Apa kabar?“ucap Byungchan lembut, sama seperti lima tahun yang lalu.

.

“Pa, kenapa Oma Opa nangis? Terus kenapa Om itu ikut kesini?“Dongpyo yang duduk dipangkuan Wooseok bertanya karena terlalu bingung dengan keadaannya saat ini.

“Kita tidur siang aja ya, Pyo?“ucap Wooseok yang menggendong Dongpyo masuk ke dalam salah satu kamar.

“Jadi, mitos itu memang ada?“ucap seorang lelaki yang rambutnya sudah sepenuhnya berwarna putih. Byungchan tersenyum.

“Chan gatau, pah... Sampai akhirnya tiga hari lalu Byungchan dapat kesempatan itu tapi dengan satu syarat”ucap Byungchan tenang.

“Apa? Syarat apa, Chan?“ucap Seungwoo yang sejak tadi sudah menangis terisak.

“Aku harus bisa menarik hati Dongpyo dan buat Dongpyo nerima aku sepenuhnya”ucap Byungchan menjelaskan.

“Aku cuma punya waktu empat puluh sembilan hari...“ucap Byungchan yang tiba-tiba menghentikan ucapannya.

“Ga! Jangan bilang? Chan, aku gabisa harus kehilangan kamu buat kedua kalinya!!“Isakan Seungwoo semakin menjadi.

Flashback On

“Korban terjepit bersama anak bayi yang ia gendong, jika kita salah bertindak maka salah satu diantara mereka dalam bahaya”

“Bayi tersebut dalam keadaan sehat, tetapi denyut jantung orang tuanya terus melemah dan satu orang lagi, suda dilarikan ke rumah sakit”

Malam itu terjadi kecelakaan tunggal, dimana sebuah mobil pribadi tergelincir karena jalanan kota yang licin karena turun salju sepanjang hari. Ada dua orang dewasa serta seorang anak bayi dalam keadaan tersebut, salah satu orang dewasa yang bertindak sebagai supir, sudah dilarikan dirumah sakit dan saat ini sedang dilakukan upaya pertolongan untuk menyelamatkan pria lainnya yang menggendong seorang anak bayi.

“Tolong bantu sebelah sini!! Pasien terlalu banyak kehabisan darah dan sepertinya ada luka dalam entah patah ataupun pendarahan dalam, karena pasien mencoba melindungi anak yang ia gendong”

Malam itu, salju kembali turun saat tenaga kesehatan tidak dapat menyelamatkan nyawa pria yang melindungi bayinya tersebut. Bahkan, seperti tau akan ditinggal salah satu orang tuanya, bayi yang dalam keadaan sehat itu menangis dalam gendongan salah satu perawat rumah sakit.

.

“Woo, kamu ga boleh kayak gini terus... Dongpyo masih butuh sosok Daddy buat dia”

Seungwoo menoleh dan memperhatikan anak lelakinya yang belum genap berumur setahun itu tertawa bahagia, bermain bersama salah satu rekan Seungwoo di rumah sakit.

“Liat, Wooseok tiap hari harus jagain Dongpyo karena Daddynya bahkan ga sama sekali mau main sama dia

Seungwoo terlalu sedih karena ditinggalkan pasangan terkasihnya, bahkan menggendong Dongpyo saja rasanya enggan karena akan mengingatkan dirinya dengan Byungchan.

.

“Hore!! Jadi, Om Wooseok sekarang tinggal sama kita?“tanya Dongpyo setelah upacara pernikahan tersebut selesai.

Satu setengah tahun setelah kejadian tersebut, Seungwoo menikahi Wooseok. Rekan satu kerjanya di rumah sakit yang juga selama setahun membantu Seungwoo menjaga Dongpyo terlebih ketika Seungwoo masih berada dalam kondidi terpuruknya.

“Hm... Panggilnya papa dong jangan Om lagi”ucap Seungwoo mengingatkan yang membuat wajah Wooseok bersemu merah.

“Jadi, Papa Wooseok sekarang tinggal dirumah sama Pyo sama Daddy juga?“tanya Dongpyo sekali lagi dan Seungwoo mengangguk.

“Tapi, Pyo janji ya? Ga boleh nakal! Pyo harus selalu sayang sama Papa, oke?“Dongpyo mengangguk antusias setelah mendengar pernyataan Seungwoo dan senyum Dongpyo tidak luntur sepanjang hari tersebut.

Flashback Off

“Dad... Kenapa om itu tinggal sama kita?“ucap Dongpyo yang melihat Byungchan berdiri di dapur memasak bersama Wooseok.

“Kenapa? Pyo, ga suka kalo om itu tinggal bareng sama kita?“tanya Seungwoo penasaran.

“Hm... Bukan gitu, Dad! Tapi, Papa selalu sedih kalo liat Daddy lagi ngobrol sama Om itu dan Pyo gasuka liat papa sedih!!“ucap Dongpyo mengerucutkan bibirnya. Nafas Seungwoo tercekat dan tubuhnya menegang karena ucapan Dongpyo barusan.

“Dongpyo, sayang... Liat Om Chan buat apaan? Telur mata sapi!! Kata Papa, Pyo suka telur mata sapi kan?“Dongpyo menatap Byungchan takut.

“Ayok sayang, itu Om udah bikinin loh”ucap Wooseok tersenyum kecil dan Dongpyo menggeleng.

“Gamau... Aku mau nasi goreng aja, gamau telur...“ucap Dongpyo pelan yang membuat ketiga orang dewasa tersebut terdiam.

“Seok, tolong bikinin nasi goreng ya buat Dongpyo?“ucap Seungwoo dan Wooseok mengangguk sebelum melanjutkan kegiatan memasaknya malam itu.

“Chan, dimana duluan aja ga apa-apa. Aku nunggu nasi goreng buat Dongpyo dulu”ucap Seungwoo dan Byungchan tersenyum.

.

“Papa, Daddy mana?“tanya Dongpyo yang sudah berada dalam pelukan Wooseok diatas tempat tidur.

“Lagi anter Om Chan ke kamar Pyo dulu! Kan Om Chan gatau kamar Pyo dimana”ucap Wooseok gemas.

“Hehehe aku jadi seneng om chan nginep disini!!“ucapan Dongpyo membuat Wooseok terdiam.

“Soalnya aku jadi bisa tidur bareng Papa sama Daddy hehehe”ucap Dongpyo lagi dan Wooseok pun tersenyum setelahnya.

“Maaf ya Chan? Aku gatau kalo tadi Dongpyo bisa tiba-tiba ganti jadi mau nasi goreng, padahal biasanya dia ga akan makan kalo ga ada telur mata sapi”ucap Seungwoo saat mengantar Byungchan ke dalam kamar milik Dongpyo.

“Engga apa-apa kok! Sifatnya mirip sama aku ternyata hehe”ucap Byungchan tertawa.

“Chan... Aku boleh peluk kamu?“tanya Seungwoo pelan dan Byungchan membuka lebar kedua tangannya, membawa Seungwoo masuk ke dalam pelukannya. Pelukan yang sudah lama tidak dapat dirasakan keduanya.

“Aku kangen banget sama kamu, chan...“ucap Seungwoo pelan.

.

“Daddy!! Papa!!!“Dongpyo berlari kearah kamar kedua orang tuanya tetapi langkahnya terhenti setelah membuka pintu kamar kedua orang taunya.

“Eh! Iya, sayang kenapa?“ucap Wooseok panik sambil sesekali merapihkan rambutnya yang berantakan serta kembali mengancingkan kemeja yang ia kenakan.

“Selamat pagi, Chan...“ucap Seungwoo tersenyum kikuk saat melihat Byungchan berdiri dibelakang Dongpyo. Rambut Seungwoo tidak kalah berantakannya dengan Wooseok, bedanya Seungwoo hanya memakai celananya saja karena kemejanya digunakan Wooseok.

“Maaf ya, Chan?“ucap Wooseok setelah sarapan dan Byungchan tersenyum simpul.

“Hm... Kenapa minta maaf? Dia kan suami kamu!!“ucap Byungchan yang berusaha menetralkan detak jantungnya.

“Tapi, aku boleh saran? Kalian kalo mau melakukan suatu hal, jangan lupa kunci pintu, ya? Engga enak kalo Dongpyo lihat”ucap Byungchan mengingatkan dan Wooseok mengangguk malu.

.

“Gamau! Om Chan. jangan pulang ya? Nginep disini aja lagiiii”ucap Dongpyo menangis sejadi-jadinya saat Byungchan memutuskan keluar dari rumah tersebut.

“Dongpyo, sayang.... Apartment Om Chan cuma beda beberapa lantai sama rumah Dongpyo ini, loh! Kalo Dongpyo kangen, boleh kok main kerumah On Chan, ya?“ucap Byungchan yang mencoba menenangkan Dongpyo.

“Kalo Om bobo disini terus, kasian Papa sama Daddy kan bobonya kesemptian karena ada, Pyo!“ucap Byungchan tertawa.

“Engga boleh! Kalo Papa sama Daddy kesempitan, yaudah aku bobo sam Om Chan, aja ya?“ucap Dongpyo terisak tetapi Byungchan menggeleng.

“Hm... Gimana kalo kita buat perjanjian? Om Chan bakalan ada dirumah Pyo pas Pyo bangun terus Om Chan juga antar jemput Pyo sekolah, gimana?“Dongpyo yang masih terisak sedikit memikirkan perkataan Byungchan tersebut sebelum mengangguk.

“Pap, aku boleh ikut kerumah Om Chan dulu? Sebelum makan malem, aku pulang?“ucap Dongpyo dan Wooseok mengangguk lemah.

Byungchan pun menggendong Dongpyo ke apartmentnya yang baru yang selisihnya hanya tiga lantai dari unit Seungwoo tersebut. Setelah hari dimana ia melihat Seungwoo dan Wooseok berciuman, saat itu juga Byungchan sadar bahwa posisinya benar sudah digantikan dan ia tidak bisa dengan mudah mengambil posisi yang telah Wooseok isi untuk saat ini.

.

Seungwoo memijat pelipisnya yang terasa tegang beberapa hari tersebut. Tidak dapat dipungkiri jika Seungwoo teramat senang dengan kembali Byungchan di dalam kehidupannya tetapi Seungwoo lupa jika ada Wooseok, orang yang hatinya harus ia jaga.

Wooseok, lelaki yang bahkan kurang tidur karena menjaga Dongpyo pasca kecelakaan hari itu. Wooseok, lelaki yang dengan senang hati membawa Dongpyo pergi ke taman bermain setiap minggu. Wooseok, lelaki yang kembali mewarnai harinya yang sempat terasa gelap.

“Mas, boleh aku masuk?“Seungwoo menatap pintu kerjanya yang tertutup sebelum mempersilahkan Wooseok untuk masuk.

“Aku iat ke kamar, kamu belum tidur. Ini udah jam dua loh mas, kamu ada pikiran?“tanya Wooseok yang datang dengan satu cangkir teh hangat di tangannya. Seungwoo menggeleng.

“Engga kok. Tadi aku udah sempat tidur sejam, terus baru ingat tadi ada kasus baru di rumah sakit, jadi aku coba cari-cari lietraturnya disini”ucap Seungwoo tersenyum.

“Kamu gabisa bohongin aku mas, kenapa? Karena Byungchan? Dongpyo nginep lagi disana?“tanya Wooseok dan Seungwoo mengangguk. Wooseok terdiam, berdiri di depan Seungwoo, disebrang meja kerja Seungwoo.

“Sini, sayang...“ucap Seungwoo pelan. Wooseok menatap Seungwoo, entah kenapa matanya berkaca. Panggilan yang bahkan jarang Wooseok dengar belakangan ini.

“Kok malah bengong? Sini, aku mau peluk kamu...“ucap Seungwoo lagi dan Wooseok pun berjalan ke arah Seungwoo dengan jantung berdebar cepat.

Seungwoo menarik tangan Wooseok pelan dan membawa Wooseok diatas pangkuannya. Wooseok mengalungkan tangannya di leher Seungwoo sambil sesekali mengusap rambut Seungwoo sedangkan Seungwoo menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Wooseok menghirup dalam-dalam aroma manis dari tubuh Wooseok.

“Mas, aku ga apa-apa.... Beneran”ucap Wooseok tiba-tiba membuat Seungwoo menatap Wooseok bingung.

“Aku ga apa-apa, kalo Dongpyo udah bisa terima Byungchan dan aku juga ga apa-apa kalo kalian bareng-bareng lagi”ucap Wooseok lagi sambil tersenyum.

Seungwoo merasa jahat, jahat terhadap Wooseok, Byungchan maupun Dongpyo. Jahat karena dirinya sendiri tidak bisa memilih apa yang ia mau. Jikapun dia bisa memilih, Seungwoo yakin pasti ia menyakiti seseorang.

Seungwoo menarik nafasnya panjang, sebelum membawa Wooseok dalam lumatan kasar. Malam itu, di dalam ruangan kerja Seungwoo yang terdengar hanya desahan halus Wooseok dan erangan kasar Seungwoo. Sesekali juga terdengar suara kulit beradu dan dencitan meja dimana Wooseok dan Seungwoo berbagi peluh malam itu.

.

“Daddy!!! Papa!!! Om Chan sakittt”Seungwoo membuka matanya dengan susah payah, disebelahnya Wooseok masih tertidur pulas dalam dekapannya. Seungwoo bergerak pelan dan menggunakan jubah tidurnya sebelum menghampiri Dongpyo yang lagi-lagi semalam menginap dirumah Byungchan.

“Sssttt... Sayang, kenapa teriak-teriak hm?“tanya Seungwoo.

“Om Chan sakit, Dad! Badannya dingin terus Pyo liat semalem Om Chan pas om chan batuk itu ada darahnya”ucap Dongpyo dengan gelagat panik khas anak kecil.

Seungwoo tercekat. Ia bahkan lupa jika hari itu merupakan hari keempat puluh Byungchan kembali diantara mereka dan sisa waktu Byungchan hanya tinggal sembilan hari saja.

“Ayok kerumah Om Chan”ucap Seungwoo yang dengan segera menggendong Dongpyo dan berlari ke apartment milik Byungchan. Tubuh Seungwoo menegang saat melihat Byungchan tidak sadarkan diri terbaring dilantai dengan bercak darah di baju serta lantai.

Seungwoo dengan segera menggendong Byungchan, melupakan pakaian yang ia kenakan saat itu. Seungwoo juga memperitahkan anak semata wayangnya untuk memberitahukan hal tersebut kepada Wooseok selama dirinya membawa Byungchan ke rumah sakit.

“Om chan kenapa tidur terus, Pa? Capek ya main sama, Pyo?“ucap Dongpyo saat menjenguk Byungchan bersama Wooseok. Wooseok tersenyum dan mengusak puncak kepada Dongpyo.

“Iya! Om Chan capek, jadi Om Chan mau tidur sebentar dulu ya? Biar bisa main sama Pyo lagi”ucap Wooseok dan Dongpyo mengangguk lemah.

A few days ago...

“Emang Chan suka ngambek sama Daddy?”

“Iya!! Soalnya Daddy suka rebut Papa dari Pyo!! Pyo gasuka kalo Daddy rebut Papa dari Pyo”

“Oh, Pyo sayang sama Papa?”

“Sayang banget, Om! Sayangggg bangetttt!! Waktu itu Papa perna marah sama Pyo dan bilang mau tinggalin Pyo berdua aja sama Daddy terus Pyo nangis karena ga mau ditinggal sama Papa... Pyo, juga janji ga akan jadi anak nakal lagi dan Pyo doa semoga Papa ga akan pernah tinggalin Pyo sama Daddy lagi

Tubuh Byungchan menengang. Dongpyo mengatakan hal dari dalam lubuk hatinya. Bagaimana Dongpyo sangat menyayangi Wooseok dan tidak mau ditinggalkan Wooseok. Tanpa Byungchan sadari, air mata Byungchan menetes setelah mendengar perkataan Dongpyo malam itu.

“Om chan, kenapa? Kok nangis?”

“Eh? Aduh mata om chan perih! Kayanya Om Chan udah ngantuk nih, tidur yuk?”

Back to present time...

Seungwoo terbangun di tengah malam pada hari ketiga Byungchan dirawat. Sudah tiga hari juga Byungchan belum menunjukan tanda apapun. Seungwoo sesekali menghela nafas panjang, menatap Byungchan yang lemah diatas tempat tidur tersebut.

“Mas, ga tidur?“Seungwoo terkejut saat melihat Wooseok masuk ke dalam ruang perawatan Byungchan.

“Sayang, kamu disini? Kenapa ga pulang sama mama?“tanya Seungwoo cemas dan Wooseok menggeleng.

“Aku mau nemenin kamu disini, tadi Dongpyo udah aku titipin juga ke mama”ucap Wooseok tersenyum.

“Mau kopi?“tanya Wooseok dan Seungwoo mengangguk sebelum keduanya berjalan keluar dari kamar rawat tersebut.

“Semalem Dongpyo cerita, katanya dia ketemu Byungchan di dalem mimpinya”ucap Wooseok sambil sesekli menyeruput minuman hangat ditangannya.

“Dia bilang di mimpi dia Byungchan bercahaya, terus senyum tanpa bilang apapun. Terus Dongpyo bilang, Byungchan tiba-tiba pergi ninggalin dia. Dongpyo bilang, dia udah nangis dan teriak manggil Byungchan tapi Byungchan sama sekali ga dengerin Dongpyo bahkan Dongpyo bilang juga dia beberapa kali sampai jatoh karena ngejar Byungchan....“suara Wooseok bergetar hebat.

“Mas, Byungchan bakalan baik-baik aja kan? Byungchan bakalan bisa main sama Pyo lagi kan mas?“tanya Wooseok terisak dan Seungwoo hanya dapat membawa suaminya masuk ke dalam pelukannya.

.

“Ka Seungwoo! Makasih buat empat puluh sembilan hari walaupun masih kurang sedikit hehe Makasih sudah kembali membuka kedua tangan Ka Seungwoo dan terima aku kembali. Maaf jika empat puluh sembilan hari ini aku mengacaukan semuanya, terutaman hubungan Ka Seungwoo dan Wooseok! Dongpyo sempat cerita ke aku, katanya Dongpyo gamau kehilangan papanya!! hehe Bahkan Dongpyo bilang, dia akan jadi anak yang baik dan ga akan nakal, selama dia bisa hidup selamanya barenga Papanya. Dongpyo sayang banget sama Wooseok, ka!!! Sejak hari itu, aku tau kesempatan aku tidak akan ada lagi. Tapi setidaknya aku bisa sedikit bernafas lega, karena ada orang sebagai Wooseok yang membesarkan anak aku dengan semua cinta kasihnya. Ka Seungwoo, maaf untuk kehilangan kedua kalinya. Tapi aku harap kehilangan kedua kalinya ga buat kamu terlarut dalam kesedihan ya ka? Ingat ada Dongpyo dan Wooseok yang butuh perhatian kamu. Aku tau kamu selalu sayang sama aku kok, ka! Karena aku juga selalu sayang sama kamu. Tolong sayangi Wooseok dan Dongpyo ya, ka! Kalo bisa, tolong berikan satu adik baru untuk Dongpyo agar dia tidak kesepian hehe Aku pergi ya ka? Janji jangan sedih, oke? Aku sayang kamu :)”

Seungwoo menemukan surat itu beberapa hari setelah pemakanam Byungchan saat membersihkan apartment milik Byungchan. Seungwoo kembali menangis atas kehilangan kedua kalinya.

.

“Ka Wooseok!! Terimakasih untuk semua hal yang bahkan ga bisa aku ungkapkan satu persatu. Terimakasih udah selalu ada disamping Ka Seungwoo saat di posisi terendahnya. Terimakasih untuk cinta kasih yang ka wooseok berikan ke Ka Seungwoo maupun Dongpyo!! Ka Wooseok harus selalu inget kalo Dongpyo sayang sama Ka Wooseok, karena Dongpyo sayang banget sama papahnya hehe Terimakasih sekali lagi ya ka? Aku tau kamu orang terbaik yang bisa berada di samping Ka Seungwoo dan Dongpyo. Terimakasih ka!! :)”

Seungwoo menarik Wooseok dalam dekapannya setelah Wooseok selesai membaca surat dari Byungchan yang entah kapan ditulisnya. Wooseok terisak di dalam dekapan Seungwoo malam itu hingga ia tertidur pulas.

.

“Dongpyo sayang, Om Chan pergi ya? Makasih udah mau jadi temen Om Chan selama ini hehe”

“Om Chan mau kemana?”

“Ke tempat yang jauh!!”

“Pyo, ga boleh ikut!!”

“Engga boleh! Kalo Pyo ikut Om Chan pergi, nanti Papa sama Daddy sedih”

“Om chan, janji ya main-main ke dalam mimpi Pyo lagi kalo Pyo kangen?”

“iya pasti! Om Chan boleh minta tolong sama Pyo ga?”

“Apa om?”

“Pyo minta adik ke Papa dan Daddy ya? Biar Pyo gamain sendirian lagi, oke!!”

Dongpyo mengangguk setuju sebelum melambaikan tangannya kearah Byungchan yang berjalan menjauhi dirinya. Tetapi kali ini Dongpyo diam ditempat, tidak seperti cerita Wooseok sebelumnya dimana Dongpyo mengejar Byungchan hingga harus jatuh berulang kali. Kali ini Dongpyo tersenyum dan melambaikan tangannya, karena sesuai perkataan Byungchan bahwa Papa dan Daddy-nya akan sedih jika Dongpyo ikut bersama Byungchan.

fin.


KAPILA

Rutinitas.

tw: // cerita ini mungkin mengandung unsur yang dapat membuat beberapa pembaca merasa gelisah dan sedih. – major character death – having affair


“Aku minta tolong, bacain surat-surat ini pas Dohyon ulang tahun. Total semua surat ada dua puluh dan tepat setelah surat terakhir kamu kasih ke Dohyon, kamu boleh cerita semuanya”

Sejin kembali bermimpi. Mimpi yang sama yang anehnya selalu berulang setiap tahunnya di tanggal yang sama, tanggal 9 setiap bulan November.

“Ah pantas, sekarang udah tanggal sepuluh”ucap Sejin saat melihat jam di nakas sudah menunjukan pukul tiga dini hari.

From: Dodo♡ Paps! Dodo menginap di tempat Jinu Besok seharian waktu Dodo untuk paps! Love you, paps :)

Sejin tidak terkejut membaca pesan tersebut karena sebelumnya Jinhyuk dan Wooseok sudah memaksa Sejin agar mengizinkan Dohyon menginap dirumah mereka karena keluarga Lee berencana membuat pesta kecil-kecilan untuk Dohyon.

“Paps, wake up!!! Dodo is home”

Sejin mencoba membuka kedua matanya dan terkejut ketika melihat jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat empat puluh lima menit.

“Paps?”

“Iya sayang! Maaf paps kesiangan”ucap Sejin serak.

Sejin keluar kamar setelah membersihkan dirinya dan mendapati anak lelaki yang jaih lebih tinggi darinya itu sedang sibuk di dapur.

“Hei, birthday boy! Kok malah kamu yang bikinin paps makan siang sih?“Dohyon tertawa mendengar omongan Sejin sebelum mencium singkat pipi Sejin, sebuah kebiasaan.

“It's okay! Paps mimpi lagi kan semalem? Tahun ini terakhir! Paps harus cerita semua sama aku hari ini biar tahun depan mimpi itu ga dateng lagi”ucap Dohyon dan Sejin hanya tersenyum seadanya.

“Mau baca sekarang atau nanti malam?“tanya Sejin setelah mereka menyelesaikan makan siang mereka. Dohyon menggeleng dan memeluk Sejin layaknya toodler yang mengantuk.

“I need some sleep! Om Wooseok dan Jinhyuk membuat pesta semalam suntuk dan sekarang aku mengantuk”ucap Dohyon manja.

“Hm... My baby need some sleep, huh?“Dohyon mengangguk gemas dan Sejin tersenyum.

“Tidur dipeluk Paps ya? Aku kangen...“ucapan Dohyon membuat Sejin tertawa terbahak.

“You already twenty years old, Do! Yakin mau tidur peluk, Paps?“tanya Sejin bingung, tetapi Dohyon mengangguk antusias.

“Ya okay! Karena hari ini kamu ulang tahun, jadi Paps turutin kemauan kamu”ucap Sejin mengusak kepala Dohyon.

“Cari pacar, biar tidur bisa peluk pacarnya”ucap Sejin lagi saat mereka berdua sudah berbaring diatas ranjang.

“Hehehe emang boleh?“pertanyaan Dohyon membuat Sejin mengernyitkan keningnya.

“Boleh lah! Tapi cuma peluk, ga lebih. Oke?“ucap Sejin dan Dohyon mengangguk sebelum kembali memeluk Sejin dan tertidur dalam dekapan Sejin.


“Paps? Hey, kok bengong?“Sejin menoleh dan tersenyum kikuk kearah Sejin. Barusaja Sejin kehilangan fokusnya karena berita di televisi.

“So, where's my last letter?“ucap Dohyon mengingatkan Sejin.

Sejin menarik nafasnya panjang sebelum berjalan ke kamar. Ia mengambil sebuah surat yang terletak di dalam sebuah kotak. Surat terakhir di kotak tersebut.

Flashback On

“Youn, kamu gila? Kamu...”

“Jin, sorry... Waktu itu pas kita berantem aku mabuk dan engga sadar sama sekali. Aku marah sama kamu dan tidur sama cewek itu, tapi aku gatau kalo akhirnya sampe gini.”

“She's pregnant, Youn... Dia hamil empat bulan dan itu anak kamu!!”

“No! Kita belum bisa buktiin dia anak aku. Kita gatau kalo cewek itu pernah tidur—–”

Plak!

“Jaga omongan kamu, Youn! Kamu harus tanggung jawab atas cewek itu dan anak yang dikandungannya

“Jin, engga bisa! Aku sayang sama kamu bukan dia!!! Terus karir aku? Engga bisa, sayang....”

“Youn, please.... Kamu harus tanggung jawab bagaimanapun”

Malam itu Sejin menangis meraung. Kenyataan pahit yang harus ia terima saat kekasihnya menghamili wanita lain karena kecelakaan.

Cho Seungyoun, kekasih Sejin kala itu adalah seorang model baru. Seungyoun marah dan mabuk karena terlalu pusing dengan peraturan agency yang melarang dirinya dan Sejin berpacaran.

“Maaf....”

“Tanggung jawab, Youn! Bawa cewek itu tinggal disini”

“Engga. Ini apartment kita dan aku gamau ada orang lain tinggal disini. Aku akan tanggung jawab dengan cara lain”

“Youn, bahkan pemasukan kamu belum tentu bisa nutup DP apartment baru. Bawa cewek itu tinggal disini, sama kita...”

Seungyoun tidak berkutik. Akhirnya, dua hari kemudian Seungyoun benar-benar membawa wanita itu untuk tinggal bersamanya dan Sejin. Agency Seungyoun tidak tau apa-apa, semua rapih dan sempurna ditutup oleh Sejin.

“Minggu depan dia lahiran...”

“Can you please talking about her? Terutama pas kita lagi berdua?”

“HPL dia minggu depan Youn, bahkan selama lima bulan kamu ga pernah nemenin dia check kandungan”

Seungyoun mendengus kesal, sebelum memakai kembali training yang sebelumnya ia buang asal. Seungyoun duduk di pinggir kasur sambil sesekali memijat pelipisnya.

Tok! Tok! Tok!

“Sejin... Nghhh... Maaf ganggu...”

Sejin tau dengan jelas arti ketukan dipintu tersebut, membuat Sejin mengambil kemeja Seungyoun dan memakainya asal. Wanita tersebut berada di depan kamar Sejin saat Sejin membuka pintu kamarnya.

“Youn! Bantuin aku!!!”

Semua asing bagi Seungyoun, tetapi tidak bagi Sejin. Lima bulan waktu yang cukup bagi Sejin untuk mengetahui hal dasar tentang kehamilan.

“Jin, mau janji satu hal sama aku?”

“Please janji sama aku, kamu bakalan selamatin anak ini kalo keadaan darurat ya, Jin?

“Aku tau kamu bisa jaga dan besarin anak aku jadi orang hebat. Aku mau anak aku punya papa dan papi yang hebat kayak kalian berdua...”

“Engga, kalian berdua pasti selamat! Kamu harus kuat buat anak kamu”

Sejin mungkin tau hal dasar mengenai kehamilan, tetapi Sejin tidak tau jika ada hal yang disembunyikan wanita tersebut. Wanita tersebut tahu bahwa dirinya tidak akan tertolong jika mempertahankan bayi dalam kandungannya.


Sejin menangis bahagia anak lelaki tersebut sudah lahir, tampan dan sehat. Tetapi kebahagiaan Sejin dihancurkan sesaat oleh kekasihnya sendiri.

From: Younie♡ Manajer mencariku! Jadi aku pulang duluan ya? Nanti aku jemput jika semua urusanku sudah selesai!!

Pesan terakhir Seungyoun dan ia tidak pernah kembali setelah itu. Karena berita tersebut sudah tersebar, bahwa Seungyoun mempunyai hubungan dengan Sejin.

Seungyoun ingin mengiyakan berita tersebut, tetapi agency melarangnya. Agency mengancam akan menyakiti Sejin jika Seungyoun berkata jujur kepada media.

Berita hari itu diputar balikan, Seungyoun tidak mengakui hubungannya dengan Sejin dan justru memberikan penjelasan bahwa dirinya hanya teman Sejin yang membantu Sejin membawa istrinya untuk melahirkan.

Sejin terkejut melihat berita yang beredar. Bahkan Seungyoun dan agency datang menjenguk kerumah sakit dengan membawa awak mendia. Tetapi, Sejin mengacuhkan Seungyoun sejak saat itu.

“Kata dokter besok kamu udah boleh pulang!!”

“Sejin, aku boleh minta tolong?”

“Aku minta tolong, bacain surat-surat ini pas Dohyon ulang tahun. Total semua surat ada dua puluh dan tepat setelah surat terakhir kamu kasih ke Dohyon, kamu boleh cerita semuanya”

Malam itu, dalam fikiran Sejin timbul banyak pertanyaan. Tetapi enggan ia utarakan, karena wanita dihadapannya masih perlu beristirahat lebih banyak pasca melahirkan.

Sejin tidak tau, permintaan wanita tersebut adalah permintaan terakhirnya karena sejak malam itu, wanita tersebut tidak pernah terbangun dari tidur panjangnya

Flashback Off

Dohyon menggenggam erat surat ditangannya hingga tidak berbentuk. Dihadapan Dohyon, Sejin kembali menangis bahkan kali ini dirinya berulang kali mengucapkan permintaan maaf kepada Dohyon atas kesalahan yang tidak pernah dibuatnya.

“Jadi, Papi Dohyon itu siapa Paps?“ucap Dohyon dengan rahang mengeras.

Sejin diam, tetapi wajahnya menoleh saat sebuah iklan di televisi berputar. Sebuah iklan mobil dengan Seungyoun sebagai modelnya dan Sejin kembali menangis. Dohyon tau jelas apa maksud Sejin dan detik berikutnya, Dohyon membawa Sejin ke dalam dekapannya.

Dohyon akhirnya sadar bahwa ada orang lain yang selama dua puluh tahun membantu menopang hidupnya bersama Sejin. Dohyon juga akhirnya sadar jika semua fasilitas yang ia terima saat ini bukanlah fasilitas yang dapat dikatakan sederhana. Dohyon akhirnya menyadari itu semua.

“Paps, Dodo bisa ketemu Papi?“pertanyaan Dohyon membuat Sejin menghentikan tangisnya. Sejin menggeleng tidak setuju.

“No, Paps! Dohyon janji, ga akan-akanb ngapa-ngapain dan Dohyon juga janji ga akan ninggalin Paps sendirian”ucap Dohyon tersenyum sambil mengusap air mata Sejin yang masih mengalir.

Malam itu, Dohyon kembali tidur bersama Sejin sambil mendengarkan cerita Sejin tentang hubungannya dengan Seungyoun jauh dua puluh tahun yang lalu.

“Kenapa sekarang Paps ga mau bareng Papi? Paps masih marah sama Papi?“tanya Dohyon dan Sejin menggeleng.

“No, Paps ga pernah sama sekali marah sama Papi kamu. Dia papi kandung kamu, darah dia ngalir dibadan kamu. Jadi, ga ada alasannya buat Paps benci dan marah sama Papi kamu”ucap Sejin tersenyum.

“Kalo Dohyon minta Papi tinggal sama kita, Paps mau?“ucapa Dohyon membuat tubuh Sejin menegang. Jujur, Sejin masih sayang terhadap lelaki bodoh itu. Lelaki bodoh yang merupakan Papi kandung Dohyon.

From: C.S.Y Bisa, bagaimana dengan besok? Aku akan pergi ke apartment kalian Kalian sedang butuh sesuatu?

Sejin membaca pesan tersebut singkat sebelum menarik Dohyon dan memeluknya erat hingga membuat Dohyon bingung dan tertawa.

“Ayok kita tidur! Paps capek nangis...“Ucap Sejin.

“Jadi, besok kita ketemu Papi?“tanya Dohyon dan Sejin mengangguk.

“Dodo mau ketemu mami juga? Kalo mau, besok kita bertiga bisa ke tempat mami!!“Dohyon mengangguk antusias sebelum memejamkan matanya.

Dua puluh tahun bukanlah umur yang muda. Dohyon sudah dewasa. Walaupun banyak cerita yang baru ia dengar malam itu, Dohyon berusaha berfikir logis. Sebenarnya tidak mudah bagi Dohyon menerima semua cerita itu tetapi Dohyon juga tidak akan tega jika ia harus marah terhadap Sejin, orang yang membesarkannya dan ia anggap sebagai Papanya.

“Dohyon sayang, Paps! Makasih buat dua puluh tahun ini ya, Paps?“Dohyon berbisik, dimana bisikan tersebut masih dapat di dengar Sejin yang membuat Sejin kembali meneteskan airmatanya.

(KAPILA)

Sebuah Kenangan.


Semua orang pasti mempunyai sebuah kenangan, baik itu kenangan baik maupun kenangan buruk. Kenangan yang akan selalu diingat maupun kenangan yang ingin dikubur dan dilupakan selamanya. Kenangan yang hanya terjadi seper-sekian detik dalam hidup atau yang terjadi dalam kurun waktu lebih dari dua puluh empat jam.

Seperti lelaki tinggi di depan sana saat menemukan sebuah kotak yang sengaja ia turunkan dari atas lemari, Sebuah kotak yang menyimpan kenangan dan memunculkan sedikit senyuman di bibirnya. Kotak berdebu tersebut dapat menjadi saksi, bahwa begitu lamanya ia berada di atas lemari tanpa pernah tersentuh sedikitpun.

“Udah lama banget ya? Lo udah mau nikah dan gue bahkan ga bisa move on dari lo”pelan, tapi terdengar menyakitkan.

Flashback On

“Nempel mulu nih pasangan, makin anget aja”

Ia melepaskan rangkulannya dari lelaki yang lebih kecil yang berdiri disebelahnya. Tangan mencoba memukul sosok yang sebelumnya melontarkan sebuah kalimat sederhana yang kaya akan makna.

“Iya pak santai! Engga usah mukul juga kalo emang ga pacaran”

Lelaki kecil yang semula dirangkul itu pun berjalan sedikit lebih cepet, membuat lelaki yang sebelumnya merangkulnya itu berlari kecil menghampiri dan kembali merangkulnya.

“Gue ga ngerti sama Yury, ga mau dibilang pacaran tapi kemana-mana nempel mulu tuh si Baekjin baru jalan agak jauh langsung disusul”

“Denial kali! Biasanya kan orang kayak gitu denial cuma biar ga mau kehilangan aja kalo ada status”

Beberapa orang bisa berasumsi apapun yang mereka inginkan, tetapi yang sebenarnya terjadi antara Yury dan Baekjin tetaplah mereka berdua yang tau, bahkan orang lain tidak perlu tau hal tersebut.

“Baekjin!!!!! Duduk sini!!!!”

“Jangan, kamu disini aja sama aku. Mereka semua ngerokok”

Bahkan Baekjin belum mengelurakan satu patah katapun tetapi Yury sudah melarangnya. Tetap menyuruh Baekjin berada pada radius penglihatan bahkan pendengaran Yury dan tidak boleh lebih dari itu.

“Yur, lo tuh jangan ngatur Baekjin. Kan lo bukan siapa-siapanya dia”

Rahang Yury menegas kala mendengar omongan salah satu temannya. Menurut Yury, status bukanlah hal penting karena yang terpenting bagi mereka adalah saling menjaga satu sama lain.

_“Gue ga ngatur-ngatur kok? Emang kamu merasa aku atur-atur?”

Baekjin lebih banyak mengalah dan kali ini dirinya menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Yury dan cukup membuat Yury puas dan tersenyum.

“Nah liat kan? Dia aja ga ngerasa gue atur-atur kok hidupnya”

Yury tersenyum sambil mengusak gemas puncak kepala Baekjin uanh membuat teman-teman mereka berdua mendengus malas.

On another day...

“Ga bisa, Jin! Lo harus bisa tegas sama Yury demi diri lo sendiri. Lo tau berapa banyak orang yang nanya dan mau kenalan sama lo dan berakhir mundur karena tau lo deket sama Yury? Karena mereka taunya lo sama Yury itu pacaran!!”

“Engga kok, gue sama Yury ga pacaran”

“Nah itu! Lo harus tegas sama Yury. Kalo emang kalian ga pacaran, Yury harusnya lebih bebas ngelepas lo dan ga ngatur-ngatur lo”

“Sorry? Gue ga pernah nahan Baekjin ngelakuin hal yang dia suka dan gue ga pernah ngatur-ngatur hidup dia”

Tubuh Baekjin menegang saat mendengar suara Yury muncul dibelakangnya. Lawan biacaea Baekjin bahkan membuang muka, karena terlalu malas menganggapi omongan Yury.

“Jin, udah ngobrolnya? Yuk pulang!”

“Ga pacaran tapi ngatur. Engga ngerasa ngatur padahal suka ngelarang ini itu”

“Maksud lo apa?”

Baekjin menarik Yury menjauh dan memberikan isyarat agar temannya menghentikan semua omongannya jika tidak mau membuat Yury semakin marah.

“Yur, pesan gue cuma satu. Jangan Denial!”

“Aku tuh bingung! Kamu ga ngerasa aku atur kan hidupnya? Kenapa orang-orang selalu bilang aku ngatur hidup kamu?”

“Yur... Aku mau tanya”

Yury menghentikan caci makinya dan menatap Baekjin lekat. Membuat jantung Baekjin berdegup kencang. Baekjin tau, apa yang ia tanyakan pasti akan mempengaruhi semua hal termaksud hubungannya dengan Yury.

“Hm... Kamu sayang sama aku?”

Tidak perlu waktu lama untuk Yury mengangguk dan menjelaskan bahwa Yury menyayangi Baekjin, tetapi kembali lagi kepada komiten utama Yury dimana status bukanlah hal penting selama mereka saling menjaga satu sama lain.

Baekjin menarik nafasnya panjang dan tersenyum. Jawaban Yury adalah jawaban yang sudah sering ia dengar selama lima tahun mereka dekat tanpa sebuah status dan jawaban itu juga yang membawa Baekjin yakin pada keputusannya.

A month later...

“Wah tumben Yur, sendirian? Kemana laki lo?”

Yury diam tidak menjawab bahkan ia mengabaikan teman-temannya dan memilih duduk sendiri. Sejak hari dimana Baekjin menanyakan perasaannya terhadap Baekjin, sejak hari itu Baekjin membatasi hubungan keduanya.

Baekjin mengatakan bahwa dirinya ingin mencoba hal-hal baru sendirian, tanpa Yury disebelahnya. Yury awalnya setuju karena Yury fikir ia tetap dapat berkomunikasi dengan Baekjin, tetapi Yury salah. Karena sejak hari itu, Baekjin membatasi komunikasi keduanya.

“Putus sama Baekjin ya? Gue liat Baekjin kemarin jalan sama orang lain”

“Putus gimana? Kan mereka ga pernah pacaran!”

Yury bisa mendengar semuanya, tapi lagi-lagi ia enggan menjawab dan menggubrisnya omongan teman-temannya tersebut. Hingga suara heboh membuat Yury menoleh dan mendapati orang yang ia rindukan sedang tersenyum bersama orang lain.

Yury dan Baekjin beradu tatap sebelum seseorang disebelah Baekjin merangkul Baekjin untuk duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari radar penglihatan Yury. Ya, karena Yury bisa melihat jika lelaki tersebut mengusap puncak kepala Baekjin yang membuat wajah Baekjin bersemu merah.

Sejak hari itu, Yury tau bahwa hubungannya dan Baekjin tidak akan pernah sama seperti dulu. Tidak akan ada sapaan selamat pagi maupun selamat malam. Tidak akan ada Baekjin yang panik mencari dirinya jika ponselnya lowbatt pada malam hari. Maupun Baekjin yang rela hujan-hujanan ketika mendengar kabar bahwa Yury demam di malam hari.

Yury juga tau, sejak malam terakhir ia dan Baekjin berbicara serius, sejak hari itu juga ia mengakui bahwa dirinya denial. Denial terhadap perasannya terhadap Baekjin hanya karena dirinya enggan berpisah dengan Baekjin sewaktu-waktu jika mereka menjalin sebuah hubungan.

“Nyet! Diajak ngobrol anjir”

Yury tersadar dari lamunannya dan di hadapannya sudah berdiri Baekjin tanpa pria tadi. Baekjin tersenyum dan duduk disebelah Yury dan menanyakan kabar Yury sebagai peruntuh kecanggungan yang ada.

“Jin, pacar?”

Baekjin tersenyum malu sambil melihat pria yang berdiri di depan meja kasir itu. Baekjin tidak mengiyakan dan juga tidak membantah, tetapi gesturenya menjawab semuanya jika keduanya memang sedang dekat.

“Bener sama dia aja, Jin! Jangan sama nih anak satu, ga jelas juntrungannya”

Yury menatap temannya dengan tatapan tajam, sedangkan Baekjin tertawa canggung. Sebenarnya banyak yang ingin Yury tanyakan kepada Baekjin, tetapi kedatangan pria itu membuat Yury mengubur semua pertanyaannya.

Flashback Off

Yury meletakan album foto yang sejak tadi ia pegang dan lihat. Foto terakhir yang ia lihat adalah fotonya bersama Baekjin saat tahun baru beberapa tahun silam. Yury tepat meletakan album foto tersebut di sebelah sebuah undangan pernikahan. Undangan pernikahan Baekjin dengan pria lain.

Yury ingin menyesal, tetapi semua penyesalannya tidak akan mengubah apapun. Yury juga tidak ingin mengubur kenangannya bersama Baekjin, karena menurutunya kenangannya bersama Baekjin terlalu indah jika harus dilupakan dan dikubur begitu saja.

Ya, Yury memilih untuk tetap mengingat kenangannya bersama Baekjin sebagai kenangan manis yang hanya dirinya dan Baekjin yang tau dan mengubur rasa penyesalannya sedalam-dalamnya demi kebaikan dirinya sendiri dan demi kebahagiaan Baekjin.


(KAPILA)

Date?


Wooseok bergerak gelisah do tempat duduknya, membuat beberapa mata menatapnya bingung. Setidaknya sudah lima menit, Jinhyuk mengabarkan bahwa dirinya sudah berada di parkiran.

“Kita udah selesai kan ya?“ucap Wooseok dan di jawab anggukan oleh teman-temannya.

“Tinggal nunggu Seungyoun sih, anaknya ke kamar mandi nyetor lama banget. Kebiasaan dari dulu!!“semua orang tertawa karena celetukan salah satu orang diruangan tersebut.

“Seok, udah dijemput nih! Balik aja gih, udah selesai juga kok kita”Wooseok menoleh saat mendengar suara Seungyoun memanggilnya dan Wooseok cukup terkejut saat Seungyoun datang bersama Jinhyuk.

Wooseok berjalan menghampiri Jinhyuk dengan wajah yang mulai memerah karena semua alumni 101 membicarakan dirinya dan Jihyuk, bahkan diantara mereka menerka hubungan yang terjalin antara Jinhyuk serta Wooseok.

“Jagain tuh sekretaris gue! Jangan dibikin lecet”ucap Seungyoun bergurau yang mendapat tatapn tajam Wooseok.

Jinhyuk dan Wooseok pun berpamitan, setelahnya mereka berjalan ke parkiran dengan sedikir kecanggungan diantara keduanya.

“Ngobrol sama Seungyoun lama ya?“tanya Wooseok dan Jinhyuk mengangguk.

“Kebanyakan ngomongin jaman sekolah terus ngomongin pas aku marah-marah itu juga, kayanya itu jadi cerita legend di angkatan kita ya?“Jinhyuk tertawa renyah dan wooseok mengakui dengan sebuah anggukan.

“Kata Seungyoun, bulan depan ada pensi? Alumni boleh dateng ga sih?“tanya Jinhyuk setelah masuk ke dalam mobil.

“Boleh kok! Tadi panitia tuh minta saran sama sekalian ngundang alumni”ucap Wooseok menjelaskan.

“Ngundang alumni osis aja kan? Kalo bukan anak osis gimana?“Wooseok diam mendengar pertanyaan Jinhyuk.

“Hm... Kamu mau dateng? Bareng aku aja ga apa-apa”ucap Wooseok setelah diam beberapa saat.

“Beneran? Nepotisme dong?“Jinhyuk tertawa puas.

“Yaudah kalo gamau ada nepotisme, nanti aku tanyain tiket ke panitia deh”ucap Wooseok santai.

“Haha siapa sih yang menolak nepotisme? Mau lah! Apalagi kan ini pertama kalinya lo yang ngajak, biasanya selalu gue yang ngajak duluan”ucap Jinhyuk tersenyum.

“Ih Jinhyuk!! Aku bingung tau kalo mau ngajak kamu jalan itu kemana...“ucap Wooseok pelan.

“Wahhh berarti pernah ada niat ngajak gue jalan duluan dong?“tanya Jinhyuk penasaran dan Wooseok mengangguk kecil.

“Hahaha gemes banget sih!!“ucap Jinhyuk saat melihat Wooseok tertunduk karena malu. Jinhyuk pun mengusak puncak kepala Wooseok karena gemas.

(kapila)

Traffic.


Sejin menggerutu dalam hati karena jalanan di depannya yang terlampau ramai. Laju mobil hanya sepuluh kilometer perjam, terlampau lamban bagi Sejin yang ingin cepat keluar dari mobil Seungyoun.

Sesekali Sejin melirik ke arah Seungyoun yang menurutnya tampan luar biasa karena fokus ke jalanan ramai di hadapannya. Sebelah tangan Seungyoun bersandar pada pintu mobil sama sesekali mengusap bagian dagunya dan sebagian lagi memegang setir yang sesekali mengetuk kemudi dalam genggamannya.

Sejin bingung, keadaan di dalam mobol terlampau canggung. Chat Sejin beberapa hari lalu yang diabaikan Seungyoun, membuat Sejin berfikir beribu kali sebelum mengucapkan satu kata malam itu.

Sejin menarik nafas panjang, setelah ia mempunyai tekad bulat untuk menjelaskan kepada Seungyoun. Semua yang perlu ia jelaskan, dari masalah foto Wooseok, dirinya berpura menjadi Wooshin hingga pertemuan mereka di restoran beberapa hari lalu.

“Seungyoun...”

Suara Sejin terlampau pelan. Bahkan suaranya kalah dengan suara lagu yang terputar di dalam mobil dan suara klakson motor diluar mobil. Hati Sejin berdegup semakin kencang, ketika ia menyadari harus kembali memanggil Seungyoun.

“Seungyoun...”

Sejin berucap lebih tinggi beberapa desibel dari sebelumnya. Panggilan Sejin membuat Seungyoun menoleh dan menurunkan volume radio yang berputar. Sejin menahan nafasnya dengan tangan yang terus meremat ujung bajunya.

“Hm... Gue mau bilang maaf...“ucap Sejin yang masih belum berani menatap Seungyoun.

“Tentang... Hm... Semuanya... Gue...”

“Sorry motong, kalo kita gausah ngomongin itu gimana?”

Tubuh Sejin beku saat ucapannya dipotong oleh Seungyoun secara sepihak. Sejin menoleh dan mendapati Seungyoun masih fokus kejalanan dan kedua tangan meremat kasar kemudi.

“Bukan, maksud gue. Kita omongin itu lain kali gimana? Kayanya kita butuh waktu lebih banyak buat ngomongin itu”ucap Seungyoun lagi dan Sejin hanya dapat membalas dengan ber-oh ria.

“Kita sampe tempat lo kurang dari sepuluh menit dan kayanya ga cukup buat lo jelasin itu semua kan?“kali ini Seungyoun tersenyum.

“Lain kali, gimana?“ucap Seungyoun memastikan dan Sejin mengangguk setuju.

Seungyoun menghentikan laju mobilnya di depan apartment milik Sejin. Hanya perlu waktu lima detik hingga Sejin lolos keluar dari mobil Seungyoun. Sejin baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung apartment ketika Seungyoun memanggilnya.

“Sejin! sorry, handphone gue overheat dan ga bisa nyala dari beberapa hari lalu. Boleh minta kontak lo lagi?“tanya Seungyoun.

Sejin kembali berjalan mendekatik mobil Seungyoun dan mengetikkan nomer ponselnya di ponsel milik seungyoun.

“Oke thanks! Nanti gue hubungin ya?“ucap Seungyoun ramah dan Sejin mengangguk.

“Seungyoun!“panggilan Sejin membuat Seungyoun kembali menoleh dan mengeluarkan ekspresi bertanya.

“Makasih ya! Hati-hati dijalan?“ucap Sejin tersenyum dan Seungyoun mengangguk. Seungyoun pun melajukan mobilnya kembali ke kediamannya.

(xposhie)

Canggung


Wooseok diam di tempat, sesaat setelah membuka pintu apartmentnya. Disana berdiri dua lelaki dewasa yang tingginya melebihi dirinya sendiri. Wooseok bahkan harus menerima satu cubitan lembut di pipinya karena dirinya masih diam ditempat.

“Hey, kamu kenapa?“Jinhyuk mengusak puncak kepala sang kekasih dan membuat Wooseok kembali tersadar.

“Seok, sia.... pa?“Wooseok menoleh saat mendengar suara Sejin muncul dibelakangnya. Tidak jauh berbeda dari Wooseok, Sejin juga tertegun diam ditempat.

Keempat orang dewasa tersebut berdiri di depan pintu tetapi hanya Jinhyuk yang memandang aneh ketiga lelaki lainnya. Lelaki disebelah Jinhyuk -Seungyoun pun hanya dapat menunduk dan memainkan ujung sepatunya.

Jinhyuk berdeham, membuat ketiga lelaki lainnya menatap jinhyuk. Sejin bergerak paling pertama, mempersilahkan kedua tamunya untuk masuk sedangkan dirinya menyiapkan minum. Wooseok mempersilahkan Seungyoun duduk, sedang dirinya menarik Jinhyuk menjauh.

“Kamu kenal Seungyoun?“Wooseok berbicara berbisik setelah menjauh dari jarak dengar Seungyoun. Jinhyuk menatap kekasihnya bingung dan mengangguk pelan.

“Dia temen kantor aku dan yang mau aku kenalin ke Sejin itu!! Terus ini mau bantu kamu buat pindahan”ucap Jinhyuk santai dan Wooseok menatap kekasihnya tidak percaya. Jinhyuk bahkan harus kembali mencubit pipi Wooseok.

“Dia pasangan match Sejin yang aku ceritain....“ucap Wooseok pelan dan Jinhyuk akhirnya mengerti semua.

Wooseok dan Jinhyuk terdiam di dalam kamar Wooseok, diantara kardus yang siap diangkat dan dipindahkan ke apartment milik Jinhyuk. Suara Sejin mengalihkan perhatian keduanya, Jinhyuk dan Wooseok pun memilih keluar kamar mengikuti Sejin.

Suasana canggung benar-benar terasa di apartment tersebut, bahkan tidak ada obrolan sedikit pun antara Wooseok, Jinhyuk, Sejin dan Seungyoun. Mereka berempat sibuk dengan fikiran masing-masing.

“Udah semua kan, Seok? Mau langsung dibawa kebawah?“ucapan Sejin membuat semua mata menatap Sejin yang sedikit mencairkan suasana. Wooseok mengganguk pelan sambil tersenyum.

“Berarti ke mobil lo kan, Hyuk?“tanya Sejin lagi dan Jinhyuk menatap Sejin bingung.

“Eh... iya, ke mobil ke gua aja. Tapi kalo ga muat, bisa ke mobil Seungyoun”ucap Jinhyuk dan Sejin mengangguk mengerti.

“Sini biar gue aja...“Sejin menoleh saat melihat Seungyoun berjalan kearahnya, sontak Sejin melangkah mundur menjauh.

Jinhyuk dan Seungyoun pun keluar apartent dengan membawa masing-masing satu buah kardus paling besar, meninggalkan Wooseok dan Sejin berdua. Setidaknya dua jam adalah waktu yang diperlukan mereka berempat untuk benar-benar merapihkan barang-barang Wooseok ke dalam mobil Jinhyuk serta sebagian di dalam mobil Seungyoun.

“Gue ga bisa ikut dong?“ucap Sejin saat melihat mobil Jinhyuk yang penuh dan membuat Wooseok berfikir. Wooseok tidak mungkin meninggalkan Sejin sendiri, terlebih lagi besok dirinya resmi pindah ke apartment Jinhyuk.

“Mobil Seungyoun aja”ucap Jinhyuk santai yang membuat dirinya mendapat tatapan mematikan dari Wooseok.

“Ya... Kalo lo mau”ucap Jinhyuk menambahkan.

Akhirnya, dengan sedikit paksaan, Sejin benar-benar duduk di sebelah Seungyoun sambil menggendong Ddadda. anjing peliharaan Wooseok. Sebenarnya itu hanya akal-akalan Sejin, setidaknya agar di dalam mobil ia tidak terlalu canggung.


“Barang lo banyak banget ya, Seok?“ucap Sejin menahan tawanya saat kembali menurunkan barang-barang Wooseok ke dalam apartment Jinhyuk. Wooseok mencebikkan bibirnya saat melihat barang bawannya.

“Kayanya 70% barang di apartment kalian itu punya Wooseok ya?“ucap Jinhyuk tertawa yang diikuti tawa Sejin. Tawa pertama kali yang terdengar hari itu, membuat Wooseok dapat bernafas lega. Karena setidaknya, ia meninggalkan temannya dalam kondisi baik.

“Gue balik ya?“tanya Sejin setelah merapihkan semua barang Wooseok dan juga menyantap makan malam. Wooseok menahan Sejin dan menggeleng.

“Yakali gue nginep disini? Gamau!“ucap Sejin tegas dan Wooseok tetap menahan pergerakan Sejin.

“Seok, Goonbam dirumah sendirian ah ga enak gue”ucap Sejin memohon.

“Udah malem, besok aja ya? Besok dianterin Jinhyuk deh pagi-pagi”ucap Wooseok tetapi Sejin menggeleng.

“Besok kan bisa kalian pake buat beres-beres, udah ah nanti gue ketinggalan bis”ucap Sejin menutup pembicaraan mereka.

“Gue anter aja, gue juga udah mau balik kok”semua mata menoleh saat Seungyoun berdiri dari duduknya dengan sebuah cola ditangannya.

(xposhie)

Putus Cinta.


“Jadi gimana? Gue menang kan? Bahkan gue ngelewatin batas dari perjanjian awal”

“Kok bisa? Biasanya lo jadia paling lama tuh nyentuh di dua bulan dan ini udah empat bulan?”

“Minggu depan udah mau lima bulan, bonus tuh dua bulan. Mana hadiah gue?”

Dohyon mengepalkan tangannya kuat saat mendengar percakapan tersebut. Dirinya berjalan cepat dan melayangkan bogem mentahnya kepada salah satu pemuda berseragam sama sepertinya dirinya. Pemuda tersebut tersungkur di tanah yang membuat baju seragamnya kotor.

“Kelakuan lo tuh anjing!“ucap Dohyon yang kembali melayangkan bogem mentahnya, membuat darah segar sedikit menetes dari ung bibir pemuda tersebut.


“Dodo! Apa-apaan sih? Kenapa kamu mukulin Woobin?“Malam itu Wonyoung masuk tanpa permisi ke kamar Dohyon. Tanpa menjawan pertanyaan Wonyoung, Dohyon melirik jam yang berada diatas nakasnya, menujukan pukul setengah sembilam malam.

“Tumben udah balik, biasanya kan nugas sampe jam sembilan malam”ucap Dohyon santai.

“Jangan ngalihin pembicaraan deh! Kamu mukulin Woobin? Kenapa?“tanya Wonyoung sekali lagi.

“Orang brengsek kan emang pantes di tonjok”ucap Dohyon menatap adik perempuannya tersebut.

“Dodo!! Kamu berhak ngomongin Woobin kayak gitu dan kamu juga ga berhak nonjok Woobin kayak tadi”ucap Wonyoung menahan amarahnya.

“Kenapa ini? Dede kenapa ga ganti bajunya?“Dek Sejin masuk ke kamar Wonyoung setelah mendengar keributan kecil yang bersala dari kamar anak sulungnya.

“Bu, bilangin sama Dodo jangan suka main kekerasan! Baba sama Bubu kan ga pernah ngajarin kita buat pake kekerasan dalam kondisi apapun”ucap Wonyoung mengadu kepada Dek Sejin.

“Dodo... bisa jelasin?“tanya Dek Sejin pelan tetapi Dohyon memilih diam.hingga Wonyoung meninggalkan kamarnya.

“Kamu mukul orang? Kenapa?“tanya Dek Sejin dan Dohyon tetap diam.


“Dek Sejin, Dede udah pulang?“tanya Mas Seungyoun yang baru saja kembali ari kantor. Dek Sejin menggeleng dan melihat jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam.

“Udah kamu coba hubungin? Katanya cuma sampai jam delapan malam?“tanya Mas Seungyoun bingung. Tidak berlangsung lama, pintu rumah kembali terbuka dan memperlihatkan Wonyoung yang baru saja tiba.

“Dek, kok nugas sampai malam banget? Katanya cuma sampai jam delapan?“tanya Mas Seungyoun saat Wonyoung sudah tiba dihadapannya. Dohyon yang sedang menonton televisi sesekali melirik kearah sang adik.

“Iya ba, tadi tugasnya tanggung jadi kita selesaiin dulu deh”ucap Wonyoung santai dan Mas Seungyoun pun mengangguk.

“Kamu udah makan?“tanya Dek Sejin kali ini dan Wonyoung mengangguk.

“Aku langsung mandi terus tidur ya bu? Capek banget?“ucap Wonyoung dan Dek Sejin mengangguk.

“Bubuuu, Dodo masuk kamar juga ya!“Langkah Wonyoung sempat terhenti saat Dohyon juga bangun dari sofa.

“Iya sayang, selamat tidur”ucap Dek Sejin yang sibuk di dapur memanaskan makan malam untuk Mas Seungyoun.

“Kamu boleh bohongin Baba sama Bubu, tapi kamu gapernah bisa bohongin Dodo”ucap Dohyon pelan saat berpapasan dengan Wonyoung di depan pintu kamar masing-masing. Membuat Wonyoung menutup pintu kamarnya dengan sedikit membanting pintu.


Sore itu, setelah berlatih basket, Dohyon mampir ke sebuah kedai makanan untuk membelikan makanan pesanan Dek Sejin. Dodo tersenyum miring, saat melihat adiknya bersama seorang pemuda yang ia tonjok beberapa waktu silam.

“Jadi ini yang namanya nugas?“Dohyon menghampiri Wonyoung dan Woobin yang sedang tertawa berdua, membuat mereka menatap Dohyon tidak senang.

“Aku udah bilang kan, jangan pernah bohongin Bubu sama Baba! Kamu ga kasian sama Bubu nungguin kamu sampai malem? Bilangnya nugas tapi malah pacaran”ucap Dohyon emosi.

“Do, aku udah gede! Bisa ga, gausah ngurusin urusan aku?“ucap Wonyoung tidak kalah emosinya.

“Oh ya! Kamu juga belum minta maaf kan ke Woobin perihal kamu tonjok dia beberapa hari lalu? Minta maaf sama Woobin, sekarang!“ucap Wonyoung tegas.

“Engga mau, aku ga akan pernah mau minta maaf sama dia soalnya seharusnya dia yang minta maaf ke kamu...“ucap Dohyon yang membuat Wonyoung bingung.

“Yang, pulang aja yuk? Udah malem juga”ucap Woobin panik saat dirinya merasa terpojok. Wonyoung menatap tajam Dohyon sebelum berjalan pergi meninggalkan kakak lelakinya tersebut.


“Do, coba telfon adek kamu masa jam sembilan belum pulang?“Dohyon mendengus malas saat Mas Seungyoun menyuruhnya menghubungi sang adil. Tetapi, Dohyon buru-buru masuk ke kamarnya saat melihat pesan yang dikirimkan sang adik.

“Loh kok malah kamu mau pergi? Mau kemana?“tanya Mas Seungyoun bingung.

“Mau jemput Dede, Ba. Dia soalnya minta jemput, Dodo baru baca chatnya hehe”ucap Dohyon mencoba tenang dan dengan sedikit bumbu kebohongan.

“Oh yaudah hati-hati ya!“ucap Dek Sejin dan Dohyon mengangguk.

Dohyon melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, menuju lokasi dimana sang adik berada. Laju motor Dohyon melambat saat melihat Wonyoung duduk di pinggir jalan sambil melipat kedua kakinya. Wonyoung baru mengangkat wajahnya saat Dohyon memberikannya jaket yang sengaja Dohyon bawa.

“Dodooo....“Wonyoung menangis dan menghamburkan pelukannya ke dalam pelukan sang kakak.

“Dodo... maaf....“ucap Wonyoung terisak dan Dohyon mengusap punggung sang adik dengan sayang.

“Maaf... Harusnya... Harusnya aku dengerin dodo...“ucap Wonyoung lagi dan Dohyon masih setia mendengarkan.

Wonyoung menceritakan semuanya, kejadian yang ia alami hari itu. Bagaimana ia mengetahui rencana jahat Woobin dan bagaimana ia tau jika Woobin sebenarnya sudah memiliki kekasih lain. Dodo menggertakan giginya, menahan emosi.

“Kamu ga diapa-apain kan sama dia?“tanya Dohyon dan Wonyoung menggeleng.

“Tadi aku udah tampar Woobin...“ucap Wonyoung yang membuat Dohyon tersenyum.

“Kenceng ga? Kalo belum kenceng, biar Dodo tambahin”tanya Dohyon.

“Gatau, tapi tangan Dede sakit. Dodo gausah tonjok dia lagi ya? Biarin aja, gausah difikirin”ucap Wonyoung yang masih sedikit terisak.

“Mau pulang sekarang?“tanya Dohyon dan Wonyoung mengangguk.

“Kalo ditanya Baba sama Bubu, bilang aja kamu nangis karena aku ga berhenti di abang martabak ya?“ucap Dohyon dan Wonyoung kembali mengangguk.

“Dodo... Makasih udha baik sama Dede! Makasih udah jadi abang Dede yang paling baik”ucap Wonyoung memeluk Dohyon dari belakang, saat Dohyon mulai melanjukan motornya.

(xposhie)

Dies Natalis.


“Wooseok!!“Wooseok menoleh ke sumber suara saat dirinya sedang sibuk mencari seseorang ditengah keramaian. Wooseok tersenyum saat menemukan seseorang yang sejak tadi ia cari.

“Yeyeeee!!“ucap Wooseok berlari kecil menghampiri teman semasa kuliahnya, Yein.

“Loh kok sendirian? Katanya sama temen lo?“ucap Yein dengan penekanan di kata teman yang membuat wajah Wooseok bersemu merah.

“Hm... Tadi sih bilang mau cari minuman dulu terus nanti mampir kesini”ucap Wooseok dengan gesture mencari seseorang.

“Yaudah ga usah dicariin! Nanti juga kesini kan?“tanya Yein dan Wooseok mengangguk.

“Oh iya kenalin ini... Minsoo”ucap Yein tersenyum dan Wooseok juga ikut tersneyum.

“Yang! Ini temen yang aku ceritain, namanya Wooseok”ucap Yein sedikit menyenggol lengan kekasihnya.

“Eh? Hai, Wooseok! Salam kenal ya? Sendirian aja?“tanya Minsoo sopan dan Wooseok menggeleng.

“Dia sama temennya, tapi katanya lagi beli minu. Temen kamu mana? Katanya mau dateng kesini juga?“tanya Yein kepada sang kekasih.

“Engga tau nih, pasti lagi tebar pesona kan dia fansnya banyak jaman kuliah”ucap Minsoo tertawa kecil.

“Banyakan fans kamu apa fans dia?“tanya Yein dengan tatapan tajam.

“Banyakan dia, beneran! Tapi ga ada satupun yang dia pacarin hahaha”ucap Minsoo menjelaskan.

“Ah! Berarti kamu banyak macarin fans kamu dong?“pertanyaan Yein membuat Wooseok tersenyum kecil.

“Itu orangnya, Hyuk! Sini woyy!“ucapan Minsoo membuat Wooseok sedikit tersentak kaget dan Wooseok menoleh untuk melihat orang yang dibilang Minsoo mempunyai banyak fans saat masa kuliah dulu.

“Wahhhh gimana pak? Udah berapa banyak komputer yang di hack hari ini?“ledek Minsoo saat lelaki tinggi berjalan menghampiri mereka dengan satu buat plastik berisikan minuman dingin.

“Anjir! Kerjaan gue ga sebatas hack komputer, nyet!“ucap Jinhyuk santai sambil memberikan sebotol minuman dingin kedepan Wooseok.

“Makasih...“ucap Wooseok pelan yang membuat Yein dan Mingsoo tercengang.

“Kalian udah saling kenal?“tanya Yein dan Minsoo bersamaan yang membuat Jinhyuk tertawa lepas.

“Santai, tenang... Iya gue udah kenal sama Wooseok, kenapa?“tanya Jinhyuk bingung.

“Hm... yaudah! Kalo gitu gue ga perlu ngenalin lo ke dia lagi”ucap Minsoo masa bodoh. Wooseok menatap Minsoo dan Jinhyuk bergantian dengan tatapan bingung.

“Minsoo rencananya mau ngenalin Jinhyuk ke lo, Seok! Soalnya kemarin gue sempet cerita tentang lo ke Minsoo”ucap Yein terkekeh dan Wooseok mengangguk mengerti.

“Kalian kenalan dimana? Dari jaman kuliah udah kenal?“tanya Yein dan Jinhyuk maupun Wooseok menggeleng serempak.

“Kenalan di aplikasi pencarian jodoh”ucap Jinhyuk santai tapi berhasil membuat Yein maupu Minsoo terkejut.

“Hari gini masih main gituan?“tanya Minsoo menahan tawanya.

“Kan namanya usaha, pak! Apapun harus dilakukan”ucap Jinhyuk tersenyum.

“Terus, udah dapet jodohnya?“tanya Yein menggoda.

“Udah ketemu sama orangnya. Doain aja jadi jodoh gue”ucap Jinhyuk sambil melirik Wooseok sekilas dan Wooseok yang merasa sedang di bicarakan hanya dapat menunduk malu.


Jam sudah menunjukan hampir setengah malam dan acara reuni sudah berpusat pada panggung utama. Wooseok dan Jinhyuk berjalan ke panggung utama bersama Yein dan juga Minsoo. Wooseok baru tau, jika JInhyuk dan Minsoo satu tim basket universitas dan sesekali mereka masih sering berlatih bersama yang membuat mereka masih dekat sampai saat ini.

“Seok, capek?“pertanyaan Jinhyuk membuat Wooseok menoleh. Wooseok tersenyum dan menggeleng.

“Kalo capek, bilang ya? Nanti kita minggir aja. Engga usah dipaksain kalo ga kuat”ucap Jinhyuk lagi dan Wooseok mengangguk.

“Seok, ke tengah yuk!“Yein menarik pelan tangan Wooseok dan membawa Wooseok ke tengah lapangan di tengah-tengah lautan manusia.

“Aw!“Wooseok menoleh dan mendapati seorang lelaki menabrak dirinya dari belakang, membuat Wooseok sedikit terhuyung ke depan.

“Mas, kalo jalan liat-liat ya...“ucap Jinhyuk yang dengan sigap menarik pinggul Wooseok agar merapat padanya.

“Diem, engga usah diliatin”ucap Jinhyuk saat sesekali Wooseok masih melirik orang yang menabraknya.

Jinhyuk masih berdiri dibelakang Wooseok. Jarak mereka terlampau dekat, hingga Wooseok dapat merasakan hembusan nafas Jinhyuk di tengkuknya. Entah mengapa, wajah Wooseok bersemu merah.

Acara sudah hampir mencapai puncaknya, bahkan bintang tamu utama sudah akan tampil. Beberapa orang merangsek maju ke depan saat bintang tamu utama sedang bersiap, membuat beberapa orang saling bertabrakan.

“Hyuk...“ucap Wooseok dengan nada ketakutan.

Badan kecil Wooseok mudah hilang di tengah lautan manusia, jika saja Jinhyuk tidak memeluknya dari belakang seperti saat ini.

“Engga apa-apa kok, aku jagain kok dari belakang”ucap Jinhyuk tepat disamping telinga Wooseok. Wajah Wooseok kembali memanas karena Jinhyuk dibelakangnya benar-benar melingkarkan tangannya di badan Wooseok, memberikan rasa aman kepada Wooseok ditengah lautan manusia.

“Woy! Awas kesambet”Wooseok dan Jinhyuk menoleh kearah Minsoo yang tiba-tiba teriak. Yein dan Minsoo, tidak jauh berbeda bahkan posisi Minsoo jauh lebih rapat dibanding Jinhyuk saat ini.

“Jagain temen gue ya, Jinhyuk!“ucap Yein setelahnya.

“Hahahaha pasti gue jagain! Biar ga diambil orang”ucap Jinhyuk yang selanjutnya tertawa.

(xposhie)

Sebuah Kebenaran.


Sejin beberapa kali melihat jam di ponsel genggamnya. Wooseok mengatakan sudah tiba di tempat makan yang mereka janjikan dari dua puluh menit yang lalu dan Sejin lagi-lagi terlambat karena ada hal mendadak yang berhubungan dengan pekerjannya.

Setelah masuk ke dalam tempat makan yang dijanjikan. Sejin menciba menyisir tempat tersebut dan menemukan Wooseok duduk di salah satu mejanya. Tanpa berfikir panjang, Sejin menghampiri Wooseok dengan segera. Tetapi, langkah Sejin terhenti saat melihat Wooseok sedang berbicara dengan seseorang.

Tubuh Sejin lemas saat Wooseok menatapnya dengan tatapan bingung dan orang yang duduk di depan Wooseok menoleh disaat bersamaan. Sejin rasanya ingin lari dari tempat tersebut, tetapi kakinya terasa tertanam di dalam tanah dan ia tidak dapat bergerak.

Wooseok memang mengatakan bahwa dirinya sudah tiba dari dua puluh menit yang lalu tetapi Sejin tidak tau jika Seungyoun juga sudah tiba disana. Sejin seharusnya memikirkan hal buruk ini akan terjadi. Mau bagaimanapun yang Seungyoun tau Wooseok adalah Sejin dan pasti Seungyoun akan segera menghampiri Wooseok saat tiba di tempat tersebut.

“Duduk dulu...“ucap Wooseok yang menghampiri Sejin dan membawa Sejin duduk disebelahnya. Sejin berhadapan langsung dengan Seungyoun.

Sejin menunduk, bingung dengan keadaannya saat ini. Seungyoun tidak seramah dalam ruang chat seperti biasanya dan Wooseok tidak sehangat biasanya jika ia menghampiri Sejin saat berada di kamarnya.

“Kita makan dulu aja, sebelum kita ngomong lebih lanjut”ucap Seungyoun dingin yang setelahnya segera memanggil pelayan. Sejin menoleh kearah Wooseok dengan tatapan penuh pertanyaan yang dijawab samar oleh Wooseok dengan kata maaf.

“Kalian mau makan apa?“tanya Seungyoun tanpa mengalihkan pandangannya pada buku menu dihadapannya. Sejin terdiam sedangkan Wooseok masih berusaha bersikap wajar.

Wooseok menyebutkan dua jenis makanan untuk dirinya dan diri Sejin. Lagi, lagi, Wooseok sedikit menyelamatkan hidup Sejin saat Sejin tidak bisa berkutik seperti saat ini. Sejin bersyukur bahwa ia mempunyai teman terbaik di dunia seperti Wooseok.

Seungyoun menatap Sejin dan Wooseok bergantian membuat Sejin kembali menunduk dan sesekali memainkan ujung baju yang ia kenakan. Sejin takut, karena ia berasa bersalah telah membuat sebuah sandiwara seperti itu.

Suasana makan siang hari itu tidak hangat dan cenderung dingin, berbalik dengan cuaca diluar yang sedang terik-teriknya. Yang terdengar hanya denting sendok dan piring beradu karena tidak ada satupun orang yang membuka percakapan di meja tersebut. Bahkan suasana dingin dan canggung berlangsung hingga sesi makan mereka selesai.

“Sorry gue harus balik, jam makan siang gue udah mau habis”Sejin menatap Seungyoun untuk pertama kalinya setelah hampir satu jam menunduk. Sejin berfikir keras, hal apa yang harus ia lakukan saat itu.

“Seungyoun...“ucapan pelan dan lemah Sejin membuat langkah Seungyoun terhenti dan Seungyoun kembali menoleh.

“Maaf banget, gue....“Belum sempat Sejin menyelesaikan ucapannya, tetapi Seungyoun sudah memutus ucapannya terlebih dahulu.

“Semua orang punya alasan buat apa yang dia lakuin dan temen lo udah cerita sedikit sama gue”ucap Seungyoun menjelaskan.

“Tapi mungkin, gue masih butuh penjelasan lo karena lo yang punya andil besar dalam hal ini”ucap Seungyoun melanjutkan.

“Gue balik dulu ya? Ini semua biar gue yang bayar”ucap Seungyoun tersenyum.

Sejin terduduk lemah di kursinya setelah Seungyoun meninggalkan tempat makan tersebut. Wooseok berulang kali meminta maaf kepada Sejin yang sebenarnya hal tersebut bukanlah kesalahan Wooseok.

(xposhie)

Ulang tahun pertama.


Yohan terbangun di pagi hari dengan tubuh yang dapat dikatakan lelah, karena Yohan baru dapat tertidur jam dua dini hari. Tidak perlu diceritakan lebih lanjut apa yang dilakukan Yohan semalam, karena jika mengingatnya saja sudah dapat membuat wajah Yohan bersemu merah.

Yohan menoleh dan mendapati sisi sebelah kasurnya telah kosong, padahal ia ingat jika semalam Yuvin tidur disebelahnya dan memeluknya sepanjang malam. Yohan menyipitkan matanya ketika melihat sebuah post it tertempel pada lampu tidur di nakas sebelah kasur.

Good morning, Dek! Maaf, karena kegiatan kita semalam membuat tidur Dek Yohan kurang Mas sudah siapkan air di dalam bathtub! Dek Yohan mandi dulu ya? Mas tunggu di dapur setelah Dek Yohan mandi

Your personal Room Boy, Mas Vin

Lagi, Yohan tersenyum. Senyum yang dapat diartikan sebagai senyum malu mengingat kegiatan panasnya semalam bersama sang suami serta senyum bahagia karena suaminya memberikan perhatian lebih kepadanya hari itu. Yohan turun dari kasur dengan teramat pelan, karena tubuh bagian bawahnya masih sedikit terasa ngilu.

Yohan kembali tersenyum saat melihat bathtub yang sudah disiapkan suaminya. Botol shampo, sabun bahkan foam permbersih muka sudah tersedia tepat disamping bathtub. Air yang cukup hangat juga telah disiapkan Yuvin dan sebuah bath bomb pun sudah siap diceburkan ke dalam bathtub tersebut.

Setidaknya hampir sejam Yohan menghabiskan waktunya di dalam kamar mandi. Waktu yang cukup lama ia habiskan untuk sekedar membersihkan diri. Yohan pun memutuskan keluar dari kamar mandi, tetapi langkah Yohan kembali terhenti ketika ia kembali menemukan sebuah post it dilantai tepat di depan kamar mandi.

Gimana? Udah segar? Hehe Mas sudah siapkan baju diatas kasur! Semoga Dek Yohan suka sama baju pilihan mas!

Your personal manager, Mas Vin

Yohan mengernyitkan keningnya bingung. Biasanya dirinyalah yang menyiapkan baju Yuvin, suaminya sebelum berangkat ke kantor tetapi hari ini semua serba terbalik. Yohan pun berjalan kearah kasur dan menemukan sepasang piyama yang baru ia lihat hari itu dan lagi, ia menemukan sebuah post it di atas piyama tersebut.

Sebenarnya mas lebih suka kamu ga pake baju! Tapi mas takut kalo kamu anggap mas yang engga-engga :( Jadi, pake bajunya ya, Dek! hehe

Your personal stylist, Mas Vin

Yohan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan menggunakan piyama yang sudah disiapkan Yuvin. Sesuai isi post it pertama, Yohan pun keluar kamar dan hendak pergi ke dapur. Tetapi langkahnya terhenti saat ia membuka pintu kamar pribadinya. Sebuah buket bunga besar berada di hadapannya. Bahkan wangi bunga di hadapannya dapat ia cium dengan jelas.

Kata orang, kalo kita ngasih bunga jadi terlihat romantis! Mas gatau kamu suka bunga apa engga Semoga kamu suka ya, Dek!

Your personal florist, Mas Vin

Yohan berjalan dengan buket bunga ditangannya. Senyum Yohan tidak luntur selama ia berjalan ke arah dapur, karena sepanjang langkah Yohan itu juga terdapat banyak kelopak bunga dilantai.

“Mas?“ucap Yohan saat dirinya tidak melihat Yuvin di dapur. Hanya ada dua piring steak serta wine yang sangat tidak cocok untuk dijadikan menu sarapan. Yohan meletakan bunga yang ia bawa di atas meja makan dan kembali mencari suaminya. Yohan menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat dan Yohan terkejut saat Yuvin datang membawa sebuah kue ulang tahun dengan lilin menyala diatas.

“Happy birthday, to you! Happy Birtdhay to you! Happy birthdya, happy birthday, happy birtdhay, Dek yohan!!!“Yuvin bernyanyi dengan suara yang membuat Yohan terkejut.

“Mas... suara mas yuvin bagus?“ucap Yohan terperangah.

“Hehehe itu nanti aja dek diomonginnya! Sekarang kamu make a wish terus tiup lilinya”ucap Yuvin pelan dan Yohan menuruti apa kata suaminya tersebut.

Yuvin sudah meletakan kue yang sebelumnya ia pegang di atas meja makan dan sedikit berlari untuk mengambil kado miliknya yang tertinggal di dalam kamar. Yohan memperhatikan gerak-gerik suaminya yang terlihat gemas pagi itu.

“Mas? Kok kado buat aku banyak banget?“ucap Yohan bingung karena sebelumnya dia baru saja mendapatkan satu buket bunga besar. Yuvin hanya tersenyum sebagai jawaban.

“Bukanya nanti aja ya? Kita makan dulu, gimana? Mas laper...“ucap Yuvin yang membuat Yohan tertawa terbahak.

“Mas yuvin bangun jam berapa?“tanya Yohan ditengah acara santap pagi mereka.

“Tadi agak kesiangan dan mundur dari jadwal gara-gara semalem”ucap Yuvin tenang.

“Aku sengaja bikin kamu capek, biar kamu bangun kesiangan eh aku juga hampir kesiangan”ucapan YUvin membuat wajah Yohan bersemu merah.

“Mas! Lagi makan kok ngomongin itu“ucap Yohan malu dan Yuvin tertawa.

“Hahaha kan tadi kamu nanya, jadi mas jawab yang sejujurnya!“ucap Yuvin yang mencubit kedua pipi suaminya tersebut.

“Jadi, mas yuvin hari ini cuti?“tanya Yohan bingung dan Yuvin mengangguk.

“Aku ambil cuti sampai akhir minggu, khusus buat kamu!“ucap Yuvin lagi dan Yohan tersenyum.

“Mas... Makasih!“ucap Yohan berjalan kearah suaminya dan duduk diatas pangkuan sang suami yang sedikit membuat Yuvin terkejut.

“Aku gatau, kalo bapak sama ibu ga jodohin aku sama mas yuvin, aku bakalan dapat suami kayak apa...“ucap Yohan dengan bibir yang dikerucutkan.

“Jadi, kamu nyesel atau ga nikah sama aku?“tanya Yuvin yang membuat Yohan berfikir. Yohan tidak menjawab pertanyaan Yuvin, ia justru mencium bibir suaminya dan mengkalungkan tangannya di leher sang suami.

Yohan menggesekan bokongnya tepat pada kejantanan Yuvin yang sedikit tegang dan Yuvin tau apa yang diinginkan suaminya dihari ulang tahunnya itu. Yuvin tersenyum sebelum menggendong Yohan dan membawah Yohan kembali ke dalam kamar.

Keputusan Yuvin mengambil cuti pada ulang tahun sang suami tidak pernah ia sesalkan. Karena bukan hanya Yohan yang bahagia di hari ulang tahunnya, tapi Yuvin juga bahagia karena Yohan yang sifat manjanya bertambah 2x lipat pada hari itu, membuat mereka tidak beranjak dari kasur seharian.

“Terimakasih steak dan wine! Karena kalian, energi kami penuh sepanjang hari”

(xposhie)