semestakapila

Ide Baru.


Dek Sejin menarik nafasnya panjang, Wonyoung yang baru saja mengkonsumsi obatnya itu protes karena suara yang dihasilkan Baba serta abangnya dari ruangan bermain. Setidaknya ini hari ketiga Wonyoung harus beristirahat total di kamar, membuatnya berada dalam pengawasan penuh Dek Sejin.

“Bubu... aku mau main juga”ucap Wonyoung yang mulai jenuh berada di kamar sepanjang hari.

“Dede emang udah engga pusing? Kata dokter, kalo Dede muntah lagi nanti bisa-bisa dirawat loh dirumah sakit”ucap Dek Sejin memberikan pengertian.

“Hm... Aku bosen...“ucap Wonyoung lagi.

“Nonton tivi aja ya? Tapi sambi; tiduran?“ucap Dek Sejin lagi tetapi Wonyoung menggeleng.

Dek Sejin diam sejenak, hingga pintu kamar terbuka dan memperihatkan Mas Seungyoun serta Dohyon yang masuk dengan tersenyum cerah.

“Bubu... aku mau makan juga!!!!“ucap Dohyon yang tiba-tiba memeluk Dek Sejin.

“Baru inget Bubu kalo laper aja, hm?“ucap Dek Sejin mencubit pelan ujung hidung Dohyong yang membuat Dohyon tersenyum.

“Dede... Bubu keluar dulu ya? Kalo perlu apa-apa telfon ke handphone Baba pake handphone bubu, oke?“ucap Dek Sejin yang sesekali melirik kearah Mas Seungyoun.

“Aku mau ikut...“ucap Dede yang mulai memperlihatkan wajah sedihnya.

Setelah sedikit berdebat dengan Mas Seungyoun, akhirnya Wonyoung diizinkan keluar kamar dengan syarat Dede tetap berada di sofa dengan selimut serta jaket yang tetap ia gunakan.

“Mas...“Dek Sejin menatap Mas Seungyoun yang sedang menyantap makan siangnya tersebut.

“Kalo aku ajak Dede nanti sore ke taman kira-kira gimana ya?“tanya Dek Sejin.

“Hm? Kamu yakin? Kalo Mas engga yakin, soalnya anginnya pasti kenceng terus kalo jalan pasti dia masih lemes”ucap Mas Seungyoun menjelaskan.

“Kasian, liburan dia malah sakit. Nanti pas masuk sekolah, pasti dia iri sama teman-temannya...“ucap Dek Sejin.

Mas Seungyoun diam beberapa saat, memikirkan hal yang dapat menyenangakan putri bungsunya tersebut.

“Mas punya ide... Kalo Dek Sejin setuju, habis makan siang ini kita siapin semuanya”ucapan Mas Seungyoun membuat Dek Sejin bingung. Dek Sejin pun mendengarkan dengan seksama ide Mas Seungyoun tersebut.

(xposhie)

Sakit.


Tengah malam, saat Dek Sejin dan Mas Seungyoun baru saja berhasil memejamkan mata, mereka harus rela tidurnya terganggu karena ketuka pintu serta panggilan Dodo dari luar kamar.

“Baba.... Bubu.... Dede muntah!! Banyakkkk”Dek Sejin segera menyingkap selimutnya, berjalan sedikit terburu untuk membuka pintu kamarnya.

“Muntah dimana?“tanya Dek Sejin panik.

Dodo setengah berlari dan diikuti Dek Sejin berjalan ke arah kamar mandi yang letaknya dikamar Dodo serta Dede. Dikamar mandi, Dede sedang berjongkok sambil sesekali mengeluarkan cairan dari mulutnya.

“Dede pusing?“tanya Dek Sejin lembut sambil berusaha merapihkan rambut panjang Dede yang tergerai. Wonyoung mengangguk lemah dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kenapa?“Dek Sejin menoleh ketika Mas Seungyoun datang dengan wajah super letihnya.

“Muntah ba! Udah tiga kali!!“ucap Dodo santai.

“Tiga kali? Kenapa abang baru bangunin Bubu?“tanya Dek Sejin menatap Dodo tajam dan Dodo menunduk.

“Tadi Dodo udah mau panggil Baba sama Bubu, tapi kata Dede gausah...“ucap Dodo pelan.

“Terus pas terakhir muntah, Dede nangis... Katanya pusing, makanya Dodo panggil Baba sama Bubu”ucap Dodo menjelaskan.

“Abang pinter!! Kalo Adiknya sakit, langsung panggil Baba sama Bubu ya?“ucap Mas Seungyoun menenangkan Dodo. Mas Seungyoun menatap Dek Sejin yang masih menatap Dodo tajam. Dek Sejin pun menarik nafas panjang menetralkan emosinya.

“Abang... Bubu boleh minta tolong? Tolong ambilin air hangat buat Dede ya?“ucap Dek Sejin lembut dan Dohyon mengangguk, lantas pergi ke dapur.

“Aku tau kamu panik... Tapi jangan sampe marahin Dodo kayak gitu”ucap Mas Seungyoun yang sudah menggedong Wonyoung kembali ke kasurnya. Dek Sejin menatap Mas Seungyoun karena merasa bersalah.

“Dede apa yang dirasin sekarang?“tanya Mas Seungyoun sambil mengusap kening Dede yang berkeringat dingin.

“Aku pusing...“ucap Dede lemah.

“Bubu.... Air....“ucap Dohyon. yang membawa satu gelas air hangat untuk Wonyoung.

“Makasih ya sayang”ucap Dek Sejin tersenyum sambil mengusak rambut Dohyon, membuat Dohyon tersenyum.

“Kita kerumah sakit sekarang aja mas?“tanya Dek Sejin panik dan Mas Seungyoun menggeleng.

“Kita tunggu sampai besok pagi, ya?“ucap Mas Seungyoun yang berusaha menenangkan Dek Sejin.

“Dede kalo mau muntah bilang ya? Ini Baba siapin tempat disini...“ucap Mas Seungyoun lagi dan Dede mengangguk.

“Bubu sini aja....“ucap Dede manja dan Dek Sejin mengangguk.

“Iya, bubu disini temenin Dede...“ucap Dek Sejin yang memposisikan dirinya di tempat tidur di sebelah Dede dan selanjutnya Dede masuk ke dalam pelukan bubunya tersebut.

“Dodo Bobo sama Baba dulu ya malam ini?“ucap Mas seungyoun dan Dohyon mengangguk lalu menggandeng Dohyon ke kamarnya serta Dek Sejin.

(xposhie)

Bar.


Seungwoo jalan terburu-buru masuk ke dalam sebuah bar yang sudah ia hafal, bahkan beberapa karyawan menyapanya dan membuat Seungwoo harus melemparkan senyum terbaiknya walau dalam keadaan remang-remang.

“Dimana?“tanya Seungwoo pelan terhadap seorang karyawan yang sudah menunggunya.

“Dia maksa saya ngeluarin minuman sebesar uang yang ia bayarkan, boss”ucap karyawan tersebut sambil menunjukan tempat seseorang berada. Sembari berjalan, Seungwoo memijat pelipisnya.

“Tempat biasa ada orang?“tanya Seungwoo dan karyawan tersebut menggeleng.

“Tolong siapin ya... Terus minuman yang dia minum dihitung aja jumlahnya. Kalo uang yang dia kasih masih ada sisanya, lo ambil aja”ucap Seungwoo lagi. Seungwoo sempat menggeleng saat karyawannya hendak menolak.

Akhirnya karyawan yang bersama Seungwoo tadi meninggalkan Seungwoo untuk menyiapkan tempat yang diperitahkan Seungwoo, sedangkan Seungwoo masih berdiri menatap sosok lelaki jangkung yang wajahnya sudah sepenuhnya memerah.

“Chan.... Bangun yuk?“ucap Seungwoo pelan mengusap rambut Byungchan yang sedikit berantakan. Byungchan berusaha membuka matanya yang berat, senyum kecil merekah di bibirnya.

“Woo... Heung? Kok kamu...“Byungchan mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk dalam pandangannya.

“Bangun yuk? Badan kamu sakit kalo tidur disini...“ucap Seungwoo lagi.

“Heung? Kamu kok bisa disini? Hm...“Byungchan semakin bingung dan semakin mendekatkan dirinya dengan Seungwoo yang ada dihadapannya.

Seungwoo hanya dapat tersenyum menatap Byungchan yang semakin mengikis jarak diantara keduanya hingga Byungchan limbung dan terjatuh dalam dekapan Seungwoo.

“Maafin aku ya Chan....“ucap Seungwoo pelan yang hanya dapat samar di dengan Byungchan.

(xposhie)

Oglio Olio.


Byungchan sesekali bersenandung sambil memperhatikan sang kekasih yang ada dihadapannya. Tepatnya, Han Seungwoo dalam balutan kemeja yang lengannya digulung hingga siku menggunakan apron sedang sibuk dengan wajan dan spatula.

“Mood kamu lagi bagus ya sayang?“pertanyaan Seungwoo membuat Byungchan terdiam.

“Terakhir kan kamu marah sama aku karena aku diemin kamu. Terus kamu kabur dan engga ngabarin aku sama sekali”Seungwoo berbalik dan melihat Byungchan yang sedang mencebikan bibirnya.

“Udah engga marah dong ya sekarang?“ucap Seungwoo yang kembali fokus menuang isi makanan dalam wajan di genggamannya.

“Hm... Aku lebih ke kangen kamu sih dibanding marah!“ucap Byungchan santai, tetapi berhasil membuat Seungwoo terdiam.

“Aku tuh kalo marah paling sebentar aja, engga akan lama-lama. Tapi ka seungwoo jangan bikin aku marah mulu dong! Nanti kalo aku diambil orang, ka seungwoo baru berasa kehilangan aku!!!“ucap Byungchan lagi.

“Maaf ya Chan? Aku terlalu sibuk sampe kadang ngelupain kamu”ucap Seungwoo.

“Kadang? No! Sering kaaa. Kamu akhir-akhir ini terlalu sering sibuk, aku di diemin!!“ucap Byungchan sambil membuang nafasnya kasar.

“Aku engga apa-apa kamu sibuk, beneran!! Tapi jangan lupain aku, ya? Jangan ngabain aku kalo kita lagi berdua. Jangan lupa kabarin aku atau nanya aku lagi ngapain, kalo kamu sibuk.... bisa?“Byungchan berbicara pelan.

“Aku gatau loh ka, aku bisa bertahan kayak gini sampai kapan... Aku gatau apa aku bisa terus bertahan sama kamu yang kelewat dingin ini?“ucap Byungchan menatap Seungwoo sedih.

“Maaf.... Sekarang kamu makan Oglio Olionya dulu ya? Nanti kita lanjut ngobrol?“hening pun menyelimuti keduanya dan yang terdengar hanya detingan garpu dan sendok yang beradu dengan piring.


“Besok aku mau keluar kota, tiga hari...“ucap Seungwoo sambil mencuci piring dan peralatan memasaknya. Byungchan hanya menghela nafasnya kasar, membuat Seungwoo menoleh dan beradu tatap dengan Byungchan.

“Pantesan hari ini kamu ngajak aku ketemu... Aku mau ditinggal tiga hari ternyata”ucap Byungchan protes.

“Maaf... Ini dadakan banget, aku harus dateng ngewakilin kakaku”Seungwoo berjalan menghampiri Byungchan dan memeluknya dari belakang.

“Kita baru ketemu setelah lima hari ga ketemu loh ka... Bahkan kita baru bener-bener bicara sekarang, setelah lima hari”Byungchan menunduk, menatap sendal yang ia gunakan.

“Aku udah kirim uang ke rekening kamu. Kamu bisa belanja atau ajak temen-temen kamu pergi biar engga kesepian, ya?“Byungchan melepas pelukan Seungwoo dan berdiri dari kursinya.

“Aku pulang aja ya ka! Besok kamu hati-hati dijalan”ucap Byungchan acuh tak acuh.

Seungwoo hanya dapat menatap punggung Byungchan yang menutup rapat pintu apartmentnya.

(xposhie)

Bermalam.


Seungwoo yang malam ini kembali menjadi Woochan sudah menyelesaikan pekerjaannya. Bahkan ia juga memperingatkan anak buahnya agar tidak menganggunya malam ini. Seungwoo ingin bertemu Byungchan. Bermodalkan petunjuk Byungchan yang sebenarnya tidak perlu, akhirnya Seungwoo tiba di sebuah unit yang pastinya lebih kecil dari unitnya sendiri.

“Lama!!“Byungchan yang memang sedang dalam mode manja, langsung memeluk Woochan yang sudah ada dihadapannya. Seungwoo pun berusaha menteralkan jantungnya.

“Manja banget emang pacar gueee, bikin betah”ucap Woochan yang mencuri satu kecupan singkat di bibir Byungchan, membuat Byungchan mengerucutkan bibirnya.

“Udah makan?“tanya Woochan lagi sambil merangkul Byungchan dan Byungchan mengangguk.

“Kamu udah makan?“tanya Byungchan menoleh kearah Woochan dan WOochan menggangguk sambil mengusak kepala Byungchan.

“Yaudah langsung ke kamar aja yuk! Kita nonton dikamar”ucap Byungchan agresif yang menarik tangan Woochan ke kamarnya.

Seungwoo menggelengkan kepalanya bingung dengan tingkah berbeda kekasihnya ini. Byungchan jika dihadapan Seungwoo tidak akan seagresif seperti Byungchan sedang bersama Woochan kali ini.

“Ya, kan lonya juga beda Woo!!”Seungwoo tidak sadar jika ia berbicara terlampau keras, membuat Byungchan menghentikan langkahnya dan berbalik.

“Hah? Kamu bilang apa?“Seungwoo kembali menjadi Woochan dan tersenyum dan merangkul Byungchan.

“Engga ngomong apa-apa! Emang kamu denger aku ngomong apa?“tanya Woochan yang suah duduk di pinggiran kasur milik Byungchan. Woochan sedikit menengadahkan kepalanya, menatap Byungchan yang masih berdiri.

“Engga denger sih! Makanya aku nanya”ucap Byungchan sambil mengusak kasar rambut Woochan dan mencuri satu kecupan di bibir Woochan sebelum ia merangkak naik ke kasur.

“Kamu kalo sama Seungwoo itu juga begini?“pertanyaan Woochan membuat Byungchan menatap sebal Woochan dan Woochan terkekeh.

“Hahaha iya udah deh engga ngomongin Seungwoo lagi! Jangan ngambek”ucap Woochan yang mencubit kedua pipi Byungchan.

“Aku engga bawa baju! Boleh pinjem baju kamu engga?“tanya Woochan yang sudah bersiap membuka bajunya. Byungchan yang sudah beberapa kali melihat tubuh polos Woochan meneguk ludahnya kasar.

“Kamu pake baju aku juga ga akan muat kali, Woo!!“ucap Byungchan gemas.

“Udah gini aja, engga guna juga palingan baju aku kalo kamu pake sekarang”ucap Byungchan menarik tangan Woochan agar lebih dekat dengannya dan Woochan kembali tertawa.

“Oh.. Lampu hijau nih? Udah siap semua emangnya? Langsung aja sih engga usah nonton lagi”ucap Woochan meledek dan membuat Byungchan melemparkan tatapan sinis.

Woochan memposisikan dirinya bersandar pada headboard kasur dengan tangan kanan merangkul Byungchan yang bersandar padanya. Tangan Byungchan menari pada rangakaian gambar bunga di lengan kiri Woochan, sesekali Byungchan juga melirik tato di dada kiri milik Woochan.

“Tatto kamu ada berapa deh?“ucap Byungchan menoleh kearah Woochan.

“Tiga”ucap Woochan santai.

“Tatto kamu yang ini sama kayak tato punya Ka Seungwoo!!“ucap Byungchan polos sambil memainkan jarinya diatas gambar bunga berwarna keungan tersebut. Tubuh Woochan sedikit menegang.

“Hah? GImana?“tanya Woochan sedikit panik.

“Iyaaa tato kamu ini sama kayak tatto ka seungwoo! Dia juga punya tato satu di lengan kiri begini, waktu itu aku liat pas dia gulung lengan kemejanya”Byungchan menjelaskan. Woochan masih terdiam, membuat Byungchan menengadahkan kepalanya dan mencubit ujung hidung Woochan.

“Kok bengong?“tanya Byungchan bingung.

“Hah? Oh! Katanya kamu engga mau ngomongin Seungwoo, kok sekarang ngomongin dia lagi?“tanya Woochan yang membuat Byungchan membulatkan matanya.

“Aku ngambek nih kalo kamu ngomongin Seungwoo!!!“ucap Woochan lagi sambil mengerucutkan bibirnya. Byungchan tersenyum lalu menegakkan dirinya dan menangkup wajah Woochan.

“Oh ngambek? Beneran nih ngambek?“ucap Byungchan menggoda sambil sesekali mengecup bibir Woochan yang masih mengerucut. Selanjutnya, yang terdengar di kamar tersebut hanyalah suara yang dihasilkan dua orang dewasa yang sedang di mabuk cinta tersebut.

(xposhie)

An answer.


Wooseok dan Jinhyuk saling diam. Tidak ada satupun diantara mereka yang membuka suara, bukan karena mereka sedang bersitegang atau apalah itu namanya. Hanya saja, fikiran Jinhyuk dan Wooseok sedang tidak bersama mereka saat ini.

Malam itu, setelah pertemuan dengan teman-temannya yang mengatakan Jinhyuk sudah menceritakan segala hal kepada mereka, Wooseok meminta Jinhyuk bermalam ditempatnya karena da bebeap hal yang ingin ia tanyakan. Tetapi sudah hampir satu jam, belum ada satu kata patahpun yang keluar dari bibir Wooseok maupun Jinhyuk.

“Makasih...”

“Maaf...”

Jinhyuk dan Wooseok beradu tatap setelah keduanya mengeluarkan kata pertama yang saling bertolak belakang. Jinhyuk dengan permintaan maafnya dan Wooseok dengan ucapan terimakasihnya.

“Kamu engga perlu minta maaf Jinhyuk... Kamu ngelurusin semua di depan teman-teman kita, biar aku engga susah jelasin ke mereka kan?“ucap Wooseok bergetar. Jinhyuk terdiam. Bukan, bukan itu sebenarnya maksud Jinhyuk.

“Aku seharusnya yang bilang makasih sama kamu. Kamu udah ngejelasin apa yang engga bisa aku jelasin ke mereka... Bahkan aku terlalu takut untuk minta maaf sama mereka secara langsung...“Wooseok menunduk dan memainkan jari jemarinya.

Jinhyuk menggeser duduknya dan merangkul Wooseok. Jinhyuk pun mengusap kepala serta punggung Woosoek yang membuat Wooseok terisak. Jinhyuk masih diam, masih memikirkan cara yang tepat untyk menceritakan semuanya.

“Seok....“Wooseok melepaskan rangkulan Jinhyuk lalu menghapus jejak airmatanya ketika dirinya sudah lebih tenang. Wajah memerah Wooseok menatap Jinhyuk sayu.

“Aku boleh cerita?“tanya Jinhyuk pelan dan Wooseok mengangguk. Lagi, Jinhyuk kembali terdiam. Jinhyuk tidak sanggup menyakiti kekasihnya untuk ke sekian kalinya.

Jinhyuk akhirnya kembali bersuara dan kembali meminta maaf yang membuat Wooseok kembali bingung. Wooseok pun memutuskan menggenggam tangan JInhyuk yang semula ia letakan di pangkuannya. Dengan ibu jarinya. Wooseok mengusap punggung tangan Jinhyuk, membuat Jinhyuk menatap Wooseok yang tersenyum.

“Kamu udah minta maaf sama aku kan? Kenapa minta maaf lagi? Aku udah maafin kamu Jinhyuk...“Ucap Wooseok lembut, tetapi Jinhyuk menggeleng.

“Bukan... Bukan itu... Untuk yang ini, aku rasa kamu engga akan maafin aku...“ucap jinhyuk lagi.

“Kamu ngeraguin aku? Kenapa aku bisa engga maafin kamu?“nada suara Wooseok naik satu tingkat, membuat Jinhyuk sedikit terkejut.

Jinhyuk menarik nafasnya panjang sebelum menceritakan hal yang sebelumnya belum ia ceritakan. Genggaman tangan Wooseok ditangan Jinhyuk membuat Jinhyuk kembali menoleh dan menatap Wooseok. Pandangan Wooseok kosong, hal itu membuat Jinhyuk semakin merasa bersalah.

Wooseok berdiri saat Jinhyuk sudah selesai menceritakan kisahnya. Menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan Sejin. Menceritakan kembali kebodohannya.

“Aku mau tidur duluan... Kalo kamu mau pulang, silahkan. Kalo kamu mau nginep disini, baju kamu ada di tempat biasa”ucap Wooseok pelan tanpa melihat kearah Jinhyuk sama sekali. Wooseok masuk ke kamar tapi tidak menguncinya, ia masih memberikan ruang untuk Jinhyuk.

Dua jam setidaknya waktu yang diperlukan Jinhyuk untuk akhirnya berjalan mengikuti langkah Wooseok beberapa jam lalu. Pergerakan Jinhyuk terlampau pelan, ia takut menganggu kekasihnya yang sudah terlelap.

Wooseok berbaring menyamping, menyisakan ruang untuk JInhyuk berbaring. Jinhyuk merapalkan doa dalam hati, berharap apa yang ia lakukan kali ini tidak kembali menyakitkan hati Woosek.

Jinhyuk pun ikut membaringkan dirinya pada space kosong di belakang Wooseok. Jinhyuk juga memberikan diri untuk memeluk Wooseok dari belakang. Pegerakan selanjutnya yang terjadi, mengejutkan Jinhyuk karena Wooseok yang tiba-tiba berbalik dan memeluknya. Wooseok menyembunyikan wajahnya di dada Jinhyuk dengan tangan melingkar dipinggan Jinhyuk.

“Dingin Jinhyuk.... Peluk...“ucap Wooseok dalam tidurnya yang semakin merapatkan jarah diantara keduanya.

Jinhyuk pun menarik selimut sebatas dada Wooseok dan melingkarkan tangannya di pinggang Wooseok dan mengusap punggung Wooseok menenangkannya.

(xposhie)

Night Sky.


Byungchan tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Kejutan dari Seungwoo yang menurut Seungwoo bukanlah sebuah kejutan, mampun membuat senyum Byungchan mengembang sejak tadi. Seungwoo yang baru saja keluar dari kamar mandi pun tersenyum kecil menatap kekasihnya yang duduk di depan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan malam dengan kerlap-kerlip lampu rumah dan perkantoran tersebut.

“Kamu engga ngantuk?“pertanyaan Seungwoo sedikit membuat Byungchan tersentak karena kaget, tetapi menit selanjutnya Byungchan menoleh dan merentangkan tangannya, menunggu Seungwoo berjalan ke arahnya dan duduk di sebelahnya.

“Betah banget? Emang segitu bagusnya?“tanya Seungwoo sambil sesekali mengusap puncak kepala Byungchan dan Byungchan mengangguk.

“Suka?“Byungchan kembali menganggukan kepalanya dan menoleh selama beberapa detik kearah Seungwoo sembari tersenyum.

“Yaudah, lain kali aku cariin pemandangan yang lebih bagus dari ini lagi ya?“ucap Seungwoo. Byungchan terdiam, tidak menjawab pertanyaan sekaligus pernyataan dari Seungwoo tersebut. Byungchan menahan pergerakan tangan Seungwoo di puncak kepalanya dan menggenggam erat tangan Seungwoo.

“Engga perlu. Satu kali aja cukup kok ka”ucap Byungchan tersenyum menatap Seungwoo.

“Aku engga perlu sesuatu yang indah lagi, kalo di depan aku udah ada kamu”ucap Byungchan lagi yang melingkarkan tangannya dipinggang Seungwoo dan menyembunyikan wajahnya di dada Seungwoo. Seungwoo tertawa kecil sambil sesekali mengusap punggung Byungchan.

“Kamu gombal kayak gini, diajarin siapa? Seungyoun?“ucapan Seungwoo membuat tubuh Byungchan menegang dan ia kembali menegakkan dirinya.

“Kaaaa, ih!!! Gombal kayak gitu, engga perlu diajarin siapapun tauuuu. Otodidak juga bisa!!!“ucap Byungchan mengerucutkan bibirnya, ia merajuk.

“Iyaaaa maaf.... Udah sini, peluk lagi”ucap Seungwoo yang kembali membawa Byungchan kembali ke pelukannya. Hening menyelimuti keduanya selama beberapa saat.

“Kamu juga ka! Tiba-tiba bisa romantis gini sama aku, diajarin siapa? Yohan?“tanya Byungchan pelan dan santai.

“Hm... Engga diajarin sih. Lebih ke..... apa ya? Dikasih masukan? Ya, semacam itu”ucap Seungwoo menjelaskan dan Byungchan mengangguk mengerti,

“Ka... cerita dong, kamu sama Yohan ngapain aja kemarin sebulan?“tanya Byungchan penasaran.

“Kamu engga mau mandi dulu?“tanya Seungwoo dan Byungchan menggeleng.

“Yaudah, pindah kasur aja kalo gitu ya? Biar enak cerita-ceritanya?“Byungchan pun mengangguk antusias. Bahkan ia melompat dari sofa yang sebelumnya ia duduki ke kasur yang sekarang menjadi tempatnya berbaring.

Seungwoo menggeleng melihat tingkah kekasihnya tersebut. Selanjutnya ia ikut naik ke atas kasur bersama Byungchan. Seungwoo bersandar pada headboard tempat tidur, sedangkan Byungchan bersandar di dada Seungwoo sambil sesekali memainkan tato Seungwoo yang terlihat.

Seungwoo pun mulai bercerita apa yang ia dan Yohan lakukan sebulan yang lalu. Kebanyakan, cerita Seungwoo mendapat protes Byungchan dan Byungchan meminta Seungwoo membawanya ke tempat dimana Seungwoo menghabiskan waktu bersama Yohan sebulan lalu dan tentunya diiyakan oleh Seungwoo.

“Kamu engga ciuman sama Yohan ka?“Byungchan menoleh dan melihat wajah Seungwoo dengan seksama.

“Engga usah tegang kaaaa! Aku tau kita semua bikin peraturan atau apalah namanya itu, tapi aku juga tau kok kita semua lelaki dewasa jadi.... ya gitu”ucap Byungcah sekenanya.

“Kamu engga marah?“tanya Seungwoo dan Byungchan menggeleng. Suasana kamar tersebut kembali hening.

“Kamu juga?“pertanyaa Seungwoo terkesan ambigu, membuat Byungchan menengadahkan kepalanya meminta penjelasan.

“Apa?“tanya Byungchan bingung.

”..... sama Seungyoun?“jeda beberapa detik sebelum Seungwoo menjelaskan maksud perkataannya.

“Ciuman?“tanya Byungchan santai dan Seungwoo mengangguk. Byungchan pun kembali menyandarkan kepalanya di dada Seungwoo dan sebuah anggukan menjadi jawabannya. Seungwoo hanya diam, tangannya justru mengusap puncak kepala Byungchan secara konstan.

“Kamu marah?“tanya Byungchan yang kali ini sudah menegakkan duduknya, berhadapan dengan Seungwoo dan Seungwoo menggeleng.

“Kamu aja engga marah sama aku, kenapa aku harus marah? Kan kata kamu, kita semua lelaki dewasa jadi... hal kayak gitu biasa kan?“ucap Seungwoo mengusak puncak kepala Byungchan.

“Asalkan tidak melewati batas”ucap Seungwoo melanjutkan dan Byungchan menggeleng.

“No! AKu engga melewati batas kok ka!! Aku sama Seungyoun bener-bener tau batasannya. Walaupun kita kemaren pacaran, kita tau sebenernya kita berdua punya siapa”ucap Byungchan cepat.

“Hm? Emang kamu punya siapa?“tanya Seungwoo meledek.

“Punya ka seungwoo kan?“tanya Byungchan gemas dan Seungwoo kembali tertawa gemas.

“Sini dong kalo punya akuuu, aku mau peluk kamu semaleman!!“ucap Seungwoo merentangkan tangannya yang disambut oleh Byungchan semangat.

“Habis ini aku mau bilang makasih ah sama Yohan!“ucap Byungchan dalam dekapan Seungwoo.

“Mau bilang makasih, soalnya udah jagain ka seungwoo sebulan penuh terus balik ke aku tanpa kekuarang satu apapun! Malahan tambah sayang sama aku kayanya hehe”ucap Byungchan menambahkan.

“Hm... Emang sayang aku nambah? Kamu emang bisa nakar rasa sayang aku?“tanya Seungwoo dan Byungchan menggeleng.

“Aku engga bisa nakar, tapi aku bisa ngerasain!!!“ucap Byungchan yang semakin mengeratkan dekapannya.

Malam itu Byungchan benar-benat tertidur nyenyak dalam dekapan Seungwoo. Tidak memperdulikan dirinya yang tidak mandi setelah seharian beraktivitas. Tidak memperdulikan badannya yang semakin lengket karena aktivitas yang ia dan Seungwoo lakukan. Yang Byungchan pedulikan hanyalah Seungwoo ada dalam dekapannya lagi.

(xpsoshie)

Han.


Banyak orang mengatakan, darah lebih kental daripada air. Hal itu benar adanya. Hubungan darah baik itu keluarga maupun saduara akan lebih kental dari apapun. Seungwoo mungkin hanya tau jika papahnya adalah seorang yang tegas dan seseorang yang sangat menjaganya bahkan ketika umurnya sudah menginjak usia dewasa. Tapi Seungwoo tidak tau jika papahnya mengetahui apa yang Seungwoo tidak ketahui.

“Anak kamu engga cerita apapun?”

Sore itu setelah pulang dari perjalanan dinasnya, Tn. Han bercengkrama ringan dengan sang istri. Perbincangan sederhana dan ringan di sebuah balkon milik keluraga Han. Nyonya Han menggeleng sambil melihat ke arah suaminya.

“Kamu jangan terlalu tegas sama Seungwoo... Setiap dia bawa Byungchan kesini, kamu selalu tanya yang macam-macam...”ucap sang istri lagi.

Tuan Han tertawa renyah, tawanya persis tawa Seungwoo. Sesekali tuan han menyesap kopi hitam dalam cangkir di gengamannya. Fikirannya sesekali berkelana jauh sekali.

“Papah cuma mau Seungwoo jujur. Papah engga mau kalo Seungwoo harus selalu kita setir atau suruh ini itu. Kamu ingat masalah unit apartment?”Nyonya Han mengangguk.

“Papah bahkan sudah siapkan beberapa unit jika Seungwoo memang minta, tapi apa? Tetap harus papah yang menawarkan kan?”

“Papah tidak bodoh... Papah tau Byungchan siapa. Papah juga pernah muda...”

Perbincangan kedua orang tua tersebut harus terputus ketika Seungwoo datang menghampiri mereka bersama Byungchan yang mengekor di belakangnya.

“Pah... Mah... Aku mau antar Byungchan dulu ya?”

“Sudah besar kok masih diantar?”

“Pah... Biarin aja...”

“Ka... Kan aku udah bilang, engga usah dianterin! Aku pulang sendiri aja, nanti kemaleman kamu baliknya”

Byungchan berbicara terlampau pelan, berharap ucapannya tidak di dengar kedua orang tua kekasihnya.

“Engga apa-apa! Biar Senu antar Byungcah pulang aja”

Nyonya Han melirik ke arah suaminya yang hanya fokus dengan halaman kecil di hadapannya. Nyonya Seungwoo pun menggeleng pelan sebelum mengantarkan Seungwoo serta Byungchan ke pintu utama.


“Kalo Seungwoo tiba-tiba akhirnya ngaku kalo Byungchan pacarnya, gimana pah?”

Malam itu, di dalam kamar pribadi Tn. & Ny. Han kembali berbagi cerita. Cerita yang mereka bagi tidak lain dan tidak bukan adalah cerita mengenai anak semata wayang mereka.

“Papah pukul? Atau usir dari rumah?”

“Loh?!?!”

“Aku usir dari rumah setelah anak kamu nikahin Byungchan! Enak banget ya, udah bawa anak orang kesana kemari tanpa dikenalin statusnya ke papah!!”

Nyonya akhirnya dapat bernafas lega karena suaminya gurauan suaminya itu.

“Senu sekarang lebih sering pulang ke unit dibanding ke rumah”

Setelah hening beberapa saat, Nyonya Han kembali berbagi kisah bersama suaminya.

“Iya lah! Kalo disini nanti kamu ganggu mah!! Lagi enak kok malah di ganggu!!”

“Ih papah!!! Apaan sih? Yeee ngomongnya sembarangan!!!”

“Papah bener loh? Lagi enak main PS, udah mau GOL eh kamu panggil jadinya melenceng, engga masuk deh! Pasti sebel deh Senu”

Tuan Han tertawa terbahak. Lagi, gurauan khas orang tua kembali ia lontarkan dan cukup membuat kesal sang istri.


“Emang Senu sama teman-temannya itu Pecinta Mobil? Kok mobil Senu itu-itu aja? Kalo pecinta mobil bukannya suka koleksi berbagai jenis mobil ya pah?”

Setelah makan siang, kedua orang tua tersebut memutuskan kembali ke kamar untuk beristirahat.

“Hm... Itu anakmu kan alesannya emang berbagai macam biar papah engga marah. Sebenarnya, papah engga akan marah kalo apa yang dilakuin dia itu positif”

“Pas bawa temannya enam orang itu, papah tanya mereka siapa dan Senu bilang mereka sesama pecinta mobi. Awalnya papah percaya karena sebagian besar dari mereka mengendarai mobil, tapi semakin lama papah sadar...”

*“Terus papah marah?”

*“Kamu tau?”

Nyonya Han mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan suaminya.

“Senu sama mama kan udah dari kecil, Jaebum sama Namjoon juga mamah kenal. Engga perlu alasan Pecinta mobil juga mama udah tau”

“Pah... Mah... Senu sama temen-temen pergi lagi ya!!!”

Mendengar suara sang anak. Tuan dan Nyonya Han memutuskan keluar kamar dan mendapati wajah anaknya yang panik.

“Mau kemana? Kenapa kamu panik begitu?”

“Hm... Gini om...”

“Aku mau jemput Byungchan”

JB, RM dan seungsik menoleh bersamaan ketika Seungwoo mengatakan maksudnya.

“Byungchan emang darimana? Kenapa kalian harus jemput rame-rame?”

“Om... Jadi....”

Untuk kesekian kalinya, ucapan Jaebum mendapatkan intrupsi.

“Pah... Please? Senu janji, malam ini Senu pulang ke rumah dan engga ke unit. Izinin Senu pergi ya Pah, please....”

Nyonya Han merangkul lengan suaminya dan memberikan tanda agar suaminya mengizinkan anaknya pergi.

“Janji malam ini pulang ke rumah”

Seungwoo mengangguk sebelum mengambil langkah seribu keluar rumah bersama ketiga orang temannya.

(xposhie)

Spill the tea.


“Chat siapa?“Seungyoun menoleh dan mendapati Sejin baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah setelah mencuci mukanya. Seungyoun segera meletakan ponselnya di nakas dan merentangkan tangannya, memberikan tanda agar Sejin masuk ke dalam pelukannya.

“Chat Siapa?“tanya Sejin sekali lagi setelah ada di dalam pelukan Seungyoun.

“Jinhyuk”ucap Seungyoun singkat dan tubuh Sejin seketika menegang.

“Santai sayanggg, engga apa-apa kok. Aku cuma nanya aja sama dia, engga ngapa-ngapain”ucap Seungyoun yang mengusap punggung Sejin, memberikan ketenangan kepada Sejin.

“Nanya apa?“Sejin semakin penasaran karena penyataan Seungyoun.

“Di cafe kemarin... Jinhyuk kan ngeledekin Yuvin masalah billiard”ucap Seungyoun pelan yang semakin membuat Sejin bingung dan menolehkan wajahnya menatap Seungyoun.

“Hehehe aku gatau sih Jinhyuk ngeledekin Yuvin begitu karena apa.... Tapi aku tiba-tiba keingetan Wooseok aja setelah pulang dari cafe kemaren...“ucap Seungyoun lagi.

Flashback On.

“Kangen.....“ucap Seungyoun yang sudah membawa Sejin dalam pelukannya. Jari jemari Sejin menari diatas piyama yang Seungyoun gunakan.

“Jadi... rasanya meluk Byungchan, kayak gimana?“Sejin mendongakkan kepalanya menatap Seungyoun dan Seungyoun mencuri satu kecupan singkat di puncak hidung Sejin, membuat Sejin memejamkan matanya.

Seungyoun menceritakan semua, apa yang ia lakukan bersama Byungchan sebulan belakang kemarin. Hingga mereka berdua menghabiskan malam bersama diluar kota hanya karena Seungyoun yang rindu ramen favoritnya. Sejin sesekali tertawa mendengar cerita kekasihnya tersebut.

“Byungchan manja yaaa? Enak donggg, hobby menyayanginya tersalurkan?“ucap Sejin meledek yang mendapat kelitikan di pinggangnya.

“Gantian dong ceritanya”ucap Seungyoun. Sejin pun menarik nafasnya dalam dan melepaskan pelukan Seungyoun lalu membaringkan kepalanya di paha Seungyoun, membuat mereka berdua lebih leluasa beradu tatap.

“Hm.... Apa ya? Aku bingun dari mana ceritanya....“ucap Sejin sambil mengusap wajah Seungyoun yang mulai tumbuh rambut-rambu tipis disekitar dagunya.

“Tentang updatean twitter kamu? Hm.... atau masalah di pub? Jinhyuk engga jemput kamu kan malem itu?“Sejin tersenyum miring lalu mengangguk dan menjelaskan semuanya.

“Jangan kesel, kan udah lewat juga?“ucap Sejin ketika melihat Seungyoun merubah raut wajahnya.

“Ada yang mau aku ceritain lagi....“Ucap Sejin yang kembali merubah posisinya menjadi duduk dan berhadapan dengan Seungyoun.

Sejin menatap lekat Seungyoun, membuat Seungyoun bingung karena sikap kekasih mungil di hadapannya. Sejin mengusap pipi Seungyoun dengan mata yang berkaca-kaca, menahan tangis.

“Kamu kenapa nangis?“Air mata Sejin akhirnya turun ketika Seungyoun bertanya, tetapi Sejin menggeleng dan segera menghapus air matanya dan kembali tersenyum.

“Aku cuma mau bilang... Setelah aku cerita ini.... Terserah kamu... Aku serahin ke kamu apapun yang mau kamu lakuin... Tapi janji sama aku, jangan sakitin orang lain ya? Sakitin aku aja, hm?“ucap Sejin yang masih menahan tangisnya.

Sejin memulai ceritanya. Semuanya, tanpa ada yang ia kurangi. Selama bercerita, sebisa mungkin Sejin menahan tangis, ia tidak mau Seungyoun berbelas kasih kepadanya. Selama bercerita, Sejin menunduk dan enggan menatap Seungyoun.

“Maaf.... Aku... Aku bodoh engga bisa nolak waktu itu... Maaf”ucap Sejin mengakhiri ceritanya malam itu, membuat suasana hening beberapa saat.

Seungyoun menarik nafas panjang, membuat Sejin akhirnya menatap Seungyoun yang sedang menatap Sejin bingung. Seungyoun pun bangkit lalu mengambil sebatang rokok yang memang masih ia simpan di laci dan berjalan ke jendela besar yang langsung berhadapan dengan balkon.

Semua pergerakan Seungyoun diamati oleh Sejin. Tidak, Sejin tidak bisa meminta Seungyoun memaafkannya karena memang, apa yang ia lakukan tidak pantas dimaafkan. Angin malam yang berasalah dari jendela yang terbuka membuat tubuh Sejin bergidik.

“Kamu mungkin butuh sendiri.... Aku pulang aja kalo gitu, ya?“Tidak ada jawaban dari Seungyoun, yang Sejin lihat hanya kepulan asap yang berasal bibir Seungyoun.

Sejin pun bangkit dan berdiri dari kasur nyaman milik Seungyoun, sambil menahan air mata yang mungkin dapat sesekali keluar dari kedua matanya. Langkah Sejin yang baru saja akan keluar dari kamar Seungyoun mendadak terhenti ketika sebuah suara mengintrupsinya, suara Seungyoun yang bergetar.

Sejin berbalik dan melihat Seungyoun berjalan kearahnya. Hidungnya memerah, itu yang Sejin tangkap dari pandangannya saat ini. Seungyoun sudah membuang batang rokoknya, tetapi Sejin masih dapat mencium sedikit aroma nikotin yang Seungyoun hasilnya.

“Younhhh....“Sejin berusaha menstabilkan badannya ketika Seungyoun menabrak badannya. Seungyoun menyusupkan wajahnya di perpotongan leher Sejin dan menangis setelahnya dengan tangan yang menggenggam dan sedikit menarik kemeja Sejin.

“jangan pergi....“Seungyoun terisak dengan nafas yang sedikit tersenggal. Ini kali pertama Sejin melihat Seungyoun menangis begitu menyedihkan. Sejin pun memberanikan diri mengusap punggung Seungyoun menenangkan.

“Maaf....“Setidaknya butuh satu jam untuk Sejin membuka suara kembali. Kali ini posisinya terbalik, dimana Seungyoun berbaring di paha Sejin dengan tangan yang ia lingkarkan di pinggang Sejin dan wajah yang ia sembunyikan di perut rata Sejin. Seungyoun menggeleng.

“Aku boleh tonjok Jinhyuk kalo ketemu?“tanya Seungyoun pelan tanpa menatap Sejin.

“Jangan... Ini engga sepenuhnya salah Jinhyuk. Aku juga salah...“ucap Sejin pelan. Seungyoun pun menatap Sejin yang sedang menatapnya sendu. Detik berikutnya Sejin mendaratkan bibirny di bibir Seungyoun.

“Nghhhh... Younhhh... Pelannhhh.... Ga usah burrr...u... buruuu...“Sejin sudah mendesah dibawah kukungan Seungyoun setengah jam kemudian.

“Maaghhhhfff....“ucap Seungyoun setengah menggeram karena pergerakan pinggangnya yang semakin cepat.

Malam itu, Sejin menginginkan Seungyoun mengambil alih atas tubuhnya. Menghilangkan semua jejak Jinhyuk yang menempel pada tubuhnya.

“Akhhhh Younhhhh... Nghhh... Gak kuathhhh....“ucap Sejin lagi yang membuat Seungyoun menambah pergerakan pinggangnya.

Seungyoun menarik Sejin untuk duduk dipangkuannya. Diatas Seungyoun, tubuh Sejin bergerak naik dan turun, mencari kenikmatan yang akan segera mereka dapatkan.

Seungyoun menghentakkan pinggangnya, membuat tubuh Sejin terhentak keatas. Sejin memeluk Seungyoun, mempertahankan posisinya karena posisi tersebut, ia dapat merasakan titik terdalamnya di sentuh oleh Seungyoun.

“Nghhh.... Ah.... Jinhhh...”

“Ahhhh...”

Seungyoun dan Sejin mendesah bersamaan saat mereka mencapai pelepasannya.

Flashback End.

“Aku yakinkan kok Jinhyuk bakalan jujur, tapi aku gatau Wooseok bakalan bersikap kayak gimana.... Mungkin benci sama aku?“tanya Sejin menatap Seungyoun tetapi Seungyoun justru menggeleng.

“Engga mungkin! Wooseok engga akan benci sama kamu. Coba liat aku? Emang aku jadi benci Jinhyuk?“Tanya Seungyoun dan Sejin menggeleng.

“Yaudah berarti Wooseok engga akan benci kamu!! Udah ah jangan ngomongin orang, kita bobo aja!!“ucap Seungyoun mengakhiri perbincangan malam mereka.

“Kok tidur?!?!?!?!“ucap Sejin dengan nada tinggi yang membuat Seungyoun bingung.

“Semenjak kita ketemuan lagi, kamu kok engga pernah minta sih Youn?“Sejin merajuk.

“Tiga kali! Tiga kali aku yang minta muluuuu!!! Kenapa? Kamu jijik sama aku karena aku pernah main sama Jinhyuk?“Sejin mengercutkan bibirnya.

“Ga gitu sayangggg... Beneran! Ngapain sih aku jijik sama pacar sendiri? Aku... mau berubah...“ucap Seungyoun pelan.

“Dulu... Kayanya setiap kamu kesini, aku selalu minta. Engga pernah ngelakuin hal lain kayak ngobrol atau apapun itu... Jadi, aku mau rubah itu....“ucap Seungyoun melanjutkan.

“Bukannya aku gamau! Aku liat kamu sih selalu mau, sayang.... Tapi.... aku ngerhargain kamu...“ucap Seungyoun mengusap pipi Sejin yang masih merengut lucu.

“Tidur ya?“ucap Seungyoun lagi.

“Ga!! Aku mau iniiiiii”

“Akhhhh Shit!!!”

Sejin merangkak diatas tubuh Seungyoun dan meremas pusat tubuh Seungyoun, membuat Seungyoun mengerang. Setelahnya, sama seperti Yohan dan Yuvin, dikamar Seungyoun dan Sejin kembali terdengar suara decitan kasur dan geraman dua manusia yang mencari nikmat.

(xposhie)

Anggota Baru.


Sejin berjalan pelan memasuki sebuah ruangan gym. Hari ini adalah kelas gym pertamanya. Sebelumnya, ia sudah melakukan pendaftaran serta penentuan jadwal kelas pertamanya. Sejin sengaja memilih kelas pribadi dengan seorang instruktur, karena ia terlalu malu serta malas jika harus berbagi kelas & instruktur dengan orang lain.

Sejin mengerucutkan bibirnya ketika membuka pintu dan mendapati ruangan yang kosong karena sang instuktur belum datang. Sejin pun memilih masuk dan melihat-lihat ruangan gym yang setidaknya akan ia datangai seminggu dua kali dalam enam bulan ke depan.

“Lee Sejin?“Sejin menoleh karena terkejut serta karena seseorang memanggil namanya. Sejin menatap seseorang dihadapannya dan menggangguk.

“Gue Seungyoun! Hari ini instruktur Kim minta tolong gue buat ngasih kelas pertama ke lo, soalnya instuktur Kim harus nganterin anaknya yang demam”ucap lelaki dihadapan Sejin dan Sejin mengangguk mengerti.

“Oiya, lo boleh ganti baju dulu. Ruang ganti ada disana”ucap pria tersebut yang sebelumnya sudah memperkenalkan diri sebagai Seungyoun.

Sejin pun mengangguk dan berjalan ke sebuah ruangan yang terletak di dalam ruangan tersebut. Selesai mengganti pakaiannya, Sejin kembali keluar ruangan ganti dan sedikit tekejut melihat Seungyoun yang juga sudah berganti pakaian dengan pakaian khusus untuk orang yang biasa melakukan workout.

Sejin dapat melihat dengan jelas otot lengan Seungyoun yang tidak dapat dikatakn besar, tetapi juga tidak kecil. Dari balik kaos ketatnya, bahkan Sejin dapat melihat jika perut Seungyoun mempunyain bentuk yang indah, tidak seperti perut miliknya sendiri.

“Hallo! Sejin?“Sejin mengedipkan matanya beberapa kali ketika menyadari bahwa Seungyoun sudah berada dihadapannya.

“A-ah iya?“jawab Sejin terbata.

“Instruktur Kim bilang, buat latihan hari ini jangan berat-berat soalnya dia takut lo kabur dan engga dateng lagi dikelas ke dua gara-gara pas latihan pertama udah terlampau berat”Seungyoun tertawa diujung kalimatnya, membuat Sejin juga ikut tertawa.

“Pemanasan dulu ya? Biar engga ada kram pas mulai latihan nanti”ucap Seungyoun dan Sejin mengangguk setuju.

Pemanasan berlangsung 15 menit dan demi apapun, Sejin rasanya ingin kabur dari menit pertama Seungyoun mengarahkan setiap gerakan pemanasan yang ia lakukan. Seungyoun wangi, itu yang Sejin ketahui ketika Seungyoun berdiri persis dibelakangnya.

“Jangan kaku, rileks aja... Kalo salah, gue engga akan gigit kok”ucap Seungyoun yang kembali tertawa dan Sejin tersenyum kikuk.

Sejin melirik ke arah jam yang terletak di salah satu sudut ruangan, setengah jam latihan yang sudah Sejin lakukan diluar pemanasan selama lima belas menit tadi. Kali ini Sejin sedang mencoba sebuah alat yang Seungyoun bilang dapat membentuk bagian perut.

“Jangan ditahan kelamaan nafasnya... Nanti cape...“ucap Seungyoun yang tau Sejin menahan nafasnya ketika sudah melewati hitungan ketiga.

Seungyoun yang semula berada di sebelah Sejin, berjalan dan duduk dihadapan Sejin. Kaki Sejin yang semula bertumpu pada sebuah alat, kali ini juga dipegangi oleh Seungyoun dan Seungyoun memberikan aba-aba kapan Sejin harus menarik dan membuang nafasnya.

“Istirahar dulu aja, minum dulu nanti kita lanjutin lagi”ucap Seungyoun dan Sejin mengangguk.

Sejin menarik nafas dan membuangnya kasar ketika Seungyoun sudah sedikit jauh dari posisinya kali ini. Tetapi, helaan nafas Sejin justru membuat Seungyoun menoleh dan menatap Sejin dengan tatapan bertanya.

“Kalo latihannya dilampau terlalu berat, bilang gue aja ya! Jangan sampe latihan selanjutnya lo engga dateng gara-gara gue...“ucap Seungyoun yang menyerahkan satu botol minuman isotonik ke arah Sejin.

“Eh? Gue udah bawa kok...“ucap Sejin, tetapi Seungyoun tidak menyingkirkan tangannya dari hadapan Sejin, membuat Sejin menerima minuman tersebut.

“Latihannya engga terlalu berat kok, gue masih bisa ngikutin dan... lo tenang aja, latihan selanjutnya gue pasti dateng”ucap Sejin setelah meneguk minuman ditangannya dan Seungyoun tersenyum mendengar pernyataan Sejin.

“Mulai lagi?“tanya Seungyoun setelah beberapa saat beristirahat dan Sejin mengangguk.

Latihan mereka baru kembali berlangsung selama sepuluh menit, tetapi Sejin sudah menggigit bibirnya menahan nafas karena jarak Seungyoun terlampau dekat. Mengarahkan bagaimana cara Sejin menggunakan sebuah alat yang sekarang di duduki Sejin.

“Pas lo tarik, ambil nafas. Setelahnya, buang nafas. Pelan-pelan... Jangan langsung dilepas”ucap Seungyoun dan Sejin mengangguk.

“Lepas... Pelan-pelan...“ucap Seungyoun. Sejin mengiggit bibirnya sambil menatap Seungyoun yang sudah bermandi peluh di hadapannya.

“Ah bangsat!“Itu kata terakhir yang Sejin dengar sebelum Sejin merasakan Seungyoun menyambar kasar bibirnya, membuat Sejin terkejut.

Sejin mengedipkan matanya berkali-kali sebelum sadar bahwa Seungyoun sedang menciumnya sekarang dengan posisi Sejin duduk pada sebuah alat olahraga dan Seungyoun setengah menunduk. Setelah sepersekian detiak, Seungyoun melepaskan dan menjauhkan bibirnya.

“Jin... Sorry... Gue kelepasan...“ucap Seungyoun panik dan berjalan menjauh. Sejin tau jika Seungyoun sedang merasa bersalah. Maka menit selanjutnya, Sejin berjalan menghampiri Seungyoun dan menarik tengkuk Seungyoun. Sejin mencium Seungyoun.

“Hmppghh...“Seungyoun baru saja akan protes, tetapi tangan Sejin yang melingkar di leher Seungyoun membuatnya diam.

Seungyoun dan Sejin saling melumat satu sama lain dengan kaki Seungyoun melangkah ke ruang ganti, tempat dimana Sejin berganti pakaian sebelumnya. Mereka melepaskan dan menjauh bibir masing-masing ketika mereka sudah berada di dalam ruang ganti tersebut.

Sejin dan Seungyoun beradu tatap sebelum akhinya Seungyoun terlebih dahulu membuka bajunya yang basah dan melempar ke sembarang arah. Ia kemudian menghampiri Sejin dan menggendongnya dengan bibir yang kembali saling beradu taut.

Seungyoun menggendong Sejin dan membawanya masuk ke sebuah cubicle closet. Seungyoun membawa badan Sejin berhimpitan dengan tembok. Sejin menjauhkan bibirnya dari bibir Seungyoun sebelum hanya untuk melepaskan bajunya.

“We don't have much time...“ucapan Seungyoun membuat Sejin bingung.

“Habis ini ada kelas lain. Kelas gue sama temen gue yang lain, kemungkinan mereka datang kurang dari setengah jam...“ucap Seungyoun sambil mencium perpotongan leher Sejin.

“Aarghhh... yaudah langsungghhh ajaaa...“Seungyoun menghentikan laju bibirnya dan menatap Sejin.

Sejin menarik tangan kiri Seungyoun dan memasukan tiga jari Seungyoun ke dalam mulutnya, mengulum tidak jari tersebut dengan sensual membuat Seungyoun terdiam. Sejin menyudahi kulumannya sebagai tanda bahwa Seungyoun dapat melakukan tindakan selanjutnya.

“Akhhh.... Sakitthhh....“ucap Sejin yang mengeratkan pelukannya di leher Seungyoun.

Seungyoun hanya menurunkan celana pendek Sejin pada bagian bokong dan langsung memasukan tiga jari yang sebelumnya sudah dikulum Sejin.

“Sorry... Maaf...“ucap Seungyoun yang mencoba mengalihkan perhatian Sejin dengan menggigit-gigit kecil tulang selangka Sejin.

“Udahh.... Younhhh....“ucap Sejin yang berusaha menarik jari Seungyoun.

“Engga kuatthhh... Langsung aja...“ucap Sejin menangkup pipi Seungyoun sebelum kembali melimat bibir Seungyoun.

Seperti Sejin, Seungyoun menurukan celananya sedikit tetapi mampu mengeluarkan penisnya yang tegang berdiri. Sejin sedikit terkejut ketika kepala penis Seungyoun mengenai tulang ekornya. Seungyoum kembali membasahi tangannya untuk membasahi penis tegangnya.

“Nghhh.... Akhhh....“Sejin kembali mendesah kala Seungyoun berusaha memasukan penisnya ke dalam anusnya yang berkedut.

“Nghhh... Gigithh atauhh cakarhhh aku ajahhh”ucap Seungyoun yang masih berusaha memasukan seluruh penisnya. Sejin menggeleng enggan dan masih terus mendesah.

“Akhhhh....“Seungyoun mendesah panjang ketika berhasil memasukan penisnya ke dalam anus Sejin.

Sejin kembali menangkup pipi Seungyoun. Keduanya sama-sama berantakan dan bermandi peluh. Wajah keduanya merah dan nafas mereka sama-sama tidak beraturan. Sejin mengangguk kecil, memberikan tanda bahwa Seungyoun dapat menggerakan pinggangnya.

Seungyoun menyamankan posisi Sejin dengan kedua lengan Seungyoun berada di bawah paha Sejin. Sedangkan Sejin semakin mengeratkan pelukannya di leher Seungyoun karena posisi tersebut benar-benar membuat penis Seungyoun semakin dalam menyentuh prostatnya.

“Gilakhhh.... Akhhhh....“Seungyoun menggerakkan pinggangnya membuat tubuh Sejin bergerak naik dan turun.

“Janganhhh diketatinnn....“Seungyoun mendesah dan mengerang sekaligus.

“Nghhh.... Biar enakhhh...“ucap Sejin dan Seungyoun menyunggingkan senyum miring yang tidak dapat dilihat Sejin.

“Akhhh... Oke...“Detik berikutnya, Seungyoun menambah gerakan pinggangnya membuat tubuh Sejin semakin terhentak keatas.

“Aghhh Younhh.... Sumpahhhh....“ucap Sejin terbata.

“Nghhhh.... Boleh di dalemhhh?“tanya Seungyoun yang tidak sekalipun mengurangi pergerakan pinggang.

“Nghhh... Iyahhh.... Bolehhh....“ucap Sejin kacau.

“Youn! Cho Seungyoun?”

“Arrghhhh shithhh”ucap Seungyoun yang semakin memojokam Sejin ke dinding.

“Eh curut! Di dalem?”Seungyoun harus rela menghentikan gerakan pinggangnya karena suara temannya dari luar kloset.

“Iya!! Gue mandi dulu, habis ngajar anak baru!!“Sejin menahan mulutnya dengan tangannya, menahan desahan yang akan keluar.

“Lah anak barunya mana?”

“Mana gue tau! Balik kali!!! Udah gue mau keramas dulu!!!“ucap Seungyoun yang selanjutnya membuka keran shower yang berada tepat diatas dirinya dan Sejin.

“Sssstttt....“Seungyoun menurunkan Sejin dan membuat Sejin memutarkan badannya, menungging dihadapannya.

“Nghhh....“Sejin masih menahan desahannya ketika Seungyoun kembali menghujam lubangnya dengan penisnya yang masih menegang.

“Anjinghhhh.... Gue dikithhh lagi keluarrhhh”ucap Seungyoun yang menambah kecepatan pinggangnya dan membuat Seungyoun berpegangan dengan dinding basah di hadapannya.

“Akhhhh....“Seungyoun mendesah terlampau keras.

“Eh woy! Kenapa lo?”

“Hah? Njirrr mata gue perih kena shampo!! Akhhh...“Seungyoun berlasan dan desahan terakhir disebabkan Sejin yang melepaskan penis Seungyoun dari lubangnya, membuat cairan keputihan merembas keluar bersama kucuran air dari shower.

Sejin tersenyum menatap Seungyoun yang sedang menatapnya. Sejin kembali mengalungkan tangannya di leher Seungyoun, membuat Seungyoun tertawa pelan.

“Gimana latihan pertamanya?“tanya Seungyoun sensual.

“Hm... Aku ganti instruktur bisa engga sih?“tanya Sejin dan Seungyoun tertawa.

“Kalo kamu ganti instruktur nanti yang ada kita engga latihan-latihan, Jin...“ucap Seungyoun tepat disebelah telinga Sejin.

“Aku engga masalah selama aku puas sama latihannya...“ucap Sejin yang kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Seungyoun.

“Woyyy, nyet! Buruan!!!”

Sejin dan Seungyoun melepaskan tautan bibir mereka sebelum akhirnya tertawa. Mereka berdua memutuskan mandi bersama dalam satu kubikle kloset hari itu.


“Bangsat!!! Seungyoun belum apa-apa udah dapet anak baru njir!!!”

“Hah? Beneran???”

“Tuh tas mereka masih disitu, lo pikir anak baru dimana?”

“ANJING SEUNGYOUN!!!!”

“Shampo shampo tai kucing!!! Gue yakin dia teriak gara-gara udah keluar!”

“BUSETTTT TMI!!!”


(xposhie)