semestakapila

Sebuah Pengakuan.


Yuvin mengucapkan kata maaf berulang kali dan Yohan yang masih terisak duduk dilantai dekat tempat tidurnya. Sore itu, Yuvin datang ke kamar kosan Yohan dan menjelaskan semua. Semua yang belum ia ceritakan ke Yohan tentang dirinya dan Wooseok.

Flashback.

“Aku cium ka seungwoo waktu itu...“ucap Yohan terlampau santai, membuat Yuvin menyemburkan air yang sedang ia minum.

“Hah? Gimana?“tanya Yuvin bingung dan meminta penjelasan.

“Aku cium ka seungwoo pas pacaran kemarin! Cuma di pipi aja kok, bentar engga lamaaa”ucap Yohan menjelaskan sambil membasuh wajah serta baju Yuvin yang sedikit basah. Yuvin pun menghela nafa lega ketika mendengar penjelasan Yohan.

“Tapi... habis itu... Ka Seungwoo cium bibir aku! Katanya... 'siapa sih orang yang engga ciuman pas pacaran?' terus aku ngangguk aja, soalnya inget kamu juga cium aku sebelum kita pacaran kan?“tanya Yohan santai dan Yuvin menatap Yohan tidak percaya.

“Tapi kan waktu itu kamu jomblo Haaan, engga punya pacar... Lagipula kan sehari setelahnya kita jadian?“ucao Yuvin putus asa dan Yohan hanya dapat mengerucutkan bibirnya.

“Ihhh kamu lupa? Aku pacar Ka Seungwoo ya sebulan lalu dan bukan pacar kamu!! Lagian Ka Seungwoo cuma ngecup bibir aku kok... Kita engga make out atau sampai having s``“ucap Yohan lagi.

Yohan dan Yuvin diam beberapa saat hari itu, sebelum akhirnya mereka kembali membicarakan kegiatan mereka sebulan lalu.

Flashback End.

“Maaf....“Yuvin ikut duduk bersama Yohan di lantai. Tangannya mengusap rambut Yohan, hanya gerakan itu yang dapat ia lakukan setelah pengakuannya.

“Maaf....“Yuvin berucap sekali lagi ketika Yohan masih menunduk terisak, duduk dilantai.

Yuvin akhirnya memberanikan diri menarik Yohan pelan ke dalam pelukannya. Mengusap rambut serta punggung Yohan beberapa kali, mencoba menenangkan kekasihnya. Pundak Yuvin basah karena air mata Yohan yang masih terus turun membasahi pipi dan wajahnya.

“Jahat!! Kamu... Jahat!!“Yohan memukul punggung Yuvin, menyampaikan kekecewaannya.

“Kamu jahat.... Sama aku... Yuvin!!!“ucap Yohan terisak.

“Lepaashhhin aku YUvin!! Lepassshhh....“ucap Yohan yang berusaha melepaskan dekapan Yuvin, walaupun berakhir gagal.

Yuvin masih di posisinya, duduk dihadapan Yohan dan memeluknya. Mengusap punggung Yohan dan terus mengucapkan kata maaf hingga isakan Yohan lambat laun mereda.

“Maaf....“ucap Yuvin saat isakan Yohan sudah mulai mereda. Yuvin mengusap air mata yang membasahi wajah Yohan. Yuvin menatap sendu Yohan. Isakan kecil masih keluar dari bibir Yohan ketika Yohan menatap balik Yuvin.

Detik berikutnya, Yuvin harus ekstra menahan keseimbangan badannya karena Yohan yang tiba-tiba saja mempertemukan bibirnya dan bibir Yuvin secara kasar. Yohan mengalungkan tangannya di leher Yuvin dengan bibir yang melumat bibir Yuvin kasar. Yuvin tau dengan jelas apa yang terjadi dengan Yohan saat ini. Selanjutnya Yuvin menyeimbangi permainan Yohan.

Yohan yang memejamkan matanya semenjak pergerakan awalnya itu sejenak membuka matanya dan melepaskan bibirnya dari bibir YUvin ketika Yuvin mengangkat tubuhnya dan menggendongnya. Yohan mengedipkan matanya beberapa kali dan menatap Yuvin yang sedang tersenyum menatapnya.

Yuvin dengan lembut membaringkan Yohan diatas kasur kamar Yohan dan berbalik hanya untuk mengunci kamar Yohan dan mematikan lampunya. Yohan memeperhatikan setiap pergerakan Yuvin yang terkesan lambat. Yohan baru dapat melihat wajah Yuvin dengan jelas ketika Yuvin menyalakan lampu tidur yang ada di nakas sebelum tempat tidur Yohan.

Yohan menggeser sedikit tubuhnya ketika Yuvin merangkak naik ke tempat tidur. Kasur Yohan tidak dapat dikatakan besar, sehingga mereka berdua harus benar-benar berbagi tempat. Yuvin berbaring miring di sebelah Yohan, membuat Yohan menyamakan posisinya berhadapan dengan Yuvin.

“Maaf...“ucap Yuvin sekali lagi dan kali ini Yohan menggeleng. Yohan kembali mengalungkan tangannya di leher YUvin sebelum menarik Yuvin dan kembali mencium Yuvin.

Tangan Yohan mencoba meraih saklar lampu yang terletak di belakang Yuvin, membuat Yuvin tertawa dalam ciuman tersebut.

“Bilang kalo mau matiin lampu....“ucap Yuvin melepaskan tautan bibir mereka dan mencubit ujung hidung Yohan, membuat Yohan tersipu dan menyembunyikan wajahnya di dada Yuvin, sedang Yuvin mematikan lampu tidur yang belum lama ia nyalakan.

“Aku sayang kamu....“ucap Yuvin dalam kegelapan.

“Aku juga... Sayang sama kamu...“ucap Yohan membalas dan selanjutnya yang terjadi dalam kamar tersebut hanya Yuvin dan Yohan yang tau, mungkin beberapa tetangga kosan Yohan.

(xposhie)

Tatto.


Hai, apa kabar! Kalian sedang sibuk? Jika tidak, aku ingin bercerita sedikit tentang Mas Seungyoun dan anak-anak. Mumpung mereka sedang asik bertiga di dalam kamar.

Kalian tau, jika Mas Seungyoun memiliki tato di tubuhnya? Aku lupa jumlahnya, tetapi yang pertama aku tau tato di dekat pergelangan tangannya. Aku tau saat Mas Seungyoun menyetir untuk mengantarku pulang.

Waktu itu, aku enggan bertanya karena aku merasa belum punya hak apapun atas Mas Seungyoun. Tetapi, ternyata Mas Seungyoun bercerita kepadaku tidak lama setelah aku mengetahuo tato pertamanya.

“Dimarahin ibu sama bapak pas mereka tau hehe tapi katanya kalo saya dimarahin, engga akan bikin tatonya ilang jadi yaudah dibiarkan saja”

Berbeda denganku, Bapak dan Ibu Mas Seungyoun mengetahui tato pertama Mas Seungyoun yang berada di lengan. Tato tahun lahir bapak dan ibu. Waktu itu Mas Seungyoun bilang, ia terpaksa pake baju lengan panjang saat dirumah. Tetapi akhirnya ketauan saat ia lupa membawa baju ke kamar mandi ketika mandi.

“Tapi tato tidak selamanya membuat orang terlihat tidak baik. Tato itu bagi saya seni, semua tato saya punya makna”

Hari itu Mas Seungyoun menceritakan serta menjabarkan makna tato yang ia miliki satu persatu. Beberapa tato ia perlihatkan kepadaku hari itu, tapi ada beberapa tato yang baru aku lihat saat aku resmi menikah dengan Mas Seungyoun. Salah satunya menjadi favoritku!

“Huaaaa!!! Engga mau di kertas gambarrr!! Badan Baba ajaaa huaaa!!”

Cerita tentang tato Mas Seungyoun dimulai hari itu, saat Dohyon anak pertama kami merajuk dan menangis ingin menggambar diatas badan Mas Seungyoun setelah ia melihat banyak gambar di tubuh Mas Seungyoun.

“Engga boleh sayanggg, nanti kalo Dodo gambar di badan Baba kan baba sakit. Gimana?”

Ya, aku mencoba merayu Dodo walaupun rayuanku baru berhasil ketika Dodo aku sogok alat mewarnai dengan 60 warna berbeda.

“Engga bisa dihapus?”

Dodo masih setengah terisak ketika dirinya harus merelakan menggambar diatas kertas menggambar dan bukan dibadan Mas Seungyoun. Aku menggeleng sebagai jawaban dan Dodo menatapku bingung.

Aku menatap Mas Seungyoun sambil menahan tawa. Sedangkan Mas Seungyoun masih berdiri sedikit jauh dari tempatku dan Dohyon berada saat ini.

“Haaaa aku mau anak anjing baaa!!!”

Beberapa tahun kemudian, cerita tentang tato Mas Seungyoun kembali terulang. Kali ini, karena anak kedua kami, Wonyoung melihat potret keluarga beserta anjing di badan Mas Seungyoun.

Lagi, aku harus turun tangan. Kali ini aku harus lebih ekstra merayu Wonyoung yang biasa aku panggil Dede. Berhasil, walaupun aku harus membawanya ke Kafe Anjing yang letaknya lumayan jauh dari tempat tinggal kami.

“Gimana? Kali ini permintaannya agak berat ya pak?”

Malam harinya aku meledek Mas Seungyoun karena kejadian yang menimpanya. Mas Seungyoun mengerucutkan bibirnya, membuatku gemas dan membawanya dalam dekapanku malam itu.

“Dek! Kok bengong?”

Aku menoleh dan mendapati Mas Seungyoun sudah duduk disebelahku. Aku melamun, mengingat cerita tentang tato milik Mas Seungyoun.

“Mikirin apa?”

Seperti biasa, dengan suara lembutnya dan rangkulannya, Mas Seungyoun menanyakan apa yang terjadi padaku saat itu. Aku tersenyum dan menggeleng.

“Engga, aku inget pas anak-anak tantrum cuma karena tato kamu mas”ucapku tersenyum.

“Hm?“Aku bisa lihat, Mas Seungyoun kebingungan.

“Dodo mau menggambar di badan kamu dan engga mau di kertas menggambar. Terus, Dede minta anjing karena liat tato keluarga ituuu”ucapku mengingatkan dan Mas Seungyoun tertawa.

“Aku engga nyangka mereka bisa kayak gitu dek...“Mas Seungyoun tertawa terpingkal.

“Untung cuma Anjing yang diminta ya bukan minta pistol!“ucapku mencubit pipi Mas Seungyoun dan Mas Seungyoun seketika terdiam.

“Bukannya kalo pistol itu favorit kamu, dek?“Mas Seungyoun sengaja berbisik di telingaku.

“Malem ini, mau liat pistol mas engga?“ucap Mas Seungyoun lagi dan aku hanya dapat menahan nafasku.

“Babaaaa Bubuuuu!!!! Gambar aku udah selesai!!!“Mas Seungyoun secara spontan menjauhi badannya dariku dan aku menetralkan nafasku.

“Kok Baba sama Bubu duduknya jauhan?“tanya Wonyoung dan aku tersenyum.

“Mana coba Bubu liat gambar kalian?“tanyaku mengalihkan pembicaraan.

“Aku gambar anak anjing!!!“ucap Wonyoung gembira.

“Dodo gambar pistol!!“ucap Dodo membuatku melirik kearah Mas Seungyoun.

“Kenapa gambar pistol, sayang?“tanyaku mencoba tenang.

“Dodo mau jadi polisi!!! Yeayyy!!!“ucap Dodo bangga.

Aku tersenyum. Ya, Dodo menggambar sesuatu yang berhubungan dengan cita-citanya dan bukan karena tato pistol milik Mas Seungyoun. Setidaknya tato pistol tersebut hanya bisa dan hanya dapat digemari olehku!

(xposhie)

Blokir.


Sejin tersenyum melihat ponselnya. Beberapa detik yang lalu sebuah nomer telah berhasil ia blokir sehingga tidak dapat menganggunya lagi.

Bukan orang iseng yang sebenarnya mengganggu Sejin. Tetapi kekasihnya sendiri, Cho Seungyoun. Setidaknya lima belas menit ponsel Sejin berbunyi terus menerus karena Seungyoun mengirimkannya foto, video hingga voice note dirinya. Awalnya Sejin senang, lama-lama Sejin jengah karena Seungyoun mengganggunya.

Setelah merasa aman, Sejin meninggalkan ponselnya untuk bermain dengan anjing kecilnya yang baru saja selesai menjalani perawatan. Tidak ada bunyi ponsel dan keisengan Seungyoun, membuat Sejin leluasa bermain bersama Gunbam.

Jam menunjukal pukul sembilan malam lewat dua menit. Gunbam baru saja tidur dan saatnya dirinya sendiri yang beristirahat. Sejin pun menyempatkan memeriksa ponselnya dan terkejut ketika melihat panggilan tidak terjawab di ponselnya.

Mommy Cho Missed Calls (15)

Sejin pun buru-buru mengetikan sesuatu di ponselnya. Pesan permintaan maaf serta menjelaskan bahwa ponselnya sengaja ia tinggal dikamar ketika ia bermain dengan Gunbam beberapa saat lalu. Sejin menarik nafas panjang setelah menekan tombol Send pada ponselnya dan dua puluh lima detik kemudian, ponselnya kembali berbunyi.

“Malam Sejin...”

Sebuah suara lembut menyapa Sejin dan membuat wajahnya tiba-tiba memerah. Sejin menteralkan nafas dan detak jantungnya.

“Malam tante...”

Sejin mencoba santai. Tetapi suara di sebrang telefon mendadak hilang, membuat Sejin panik dan memerikasa ponselnya. Panggilannya masih berlangsung.

“Hallo? Tante...”

Sejin panik. Ia berdiri dari posisi duduknya dan berjalan tidak tentu arah di dalam kamarnya, menunggu suara disebrang kembali menyapanya.

“Kayanya lama ya mami engga telfon kamu? Sampe lupa panggilan mami...”

Sejin menepuk keningnya. Sesekali ia melompat salah tingkah.

“Mami... Maaf... Hehe... Sejin engga enak soalnya... Mami telfon sampe lima belas kali enggga kejawab sama Sejin...”

“Nak Sejin sibuk ya?”

“Hm? Engga kok mami... Tadi lagi main sama Gunbam, handphone Sejin tinggal dikamar. Mami apa kabar?“tanya Sejin yang sudah mulai kembali santai.

“Mami baik, sayang... Tapi ini lagi ada yang engga baik disamping mami... Daritadi guling-gulingan di sofa”

Sejin mengerutkan keningnya. Mencerna makna dari ucapan mami Seungyoun di sebrang telefon.

“Kamu berantem sama Seungyoun? Kenapa? Seungyoun nakal?”

Sejin mencoba menahan tawanya. Seungyoun pasti mengadu kepada mami jika Sejin memblokir nomernnya. Atau jangan-jangan mami menelfon karena Seungyoun?

“Engga kok mami, kita engga berantem hehe cuma tadi Seungyoun iseng ngirim foto sama video banyak banget jadi aku blokir nomernya”Sejin terkekeh membuat mami Seungyoun juga ikut terkekeh.

“Ah iya bagus! Kalo ganggu emang blokir aja, biar anaknya tau rasa!!”

Dirumahnya, Seungyoun menatap mami dengan tatapan disedih-sedihkan.

“Hm... Masa baru di blokir gitu doang nangis?”

Sejin menahan tawanya, membayangkan ekspresi Seungyoun saat ini.

“Gimana kalo nanti putus? Hm... pasti deh nangis-nangis!!”

“MAMI KOK NYUMPAHIN AKU SAMA SEJIN PUTUS SIH!!!!”

Sejin terkejut ketika mendengar teriakan Seungyoun dari sebrang telfon. Ia dapat mereka bagaimana ekspresi Seungyoun saat ini.

“Sejin... Kalo bosan sama Seungyoun, bilang mami ya? Nanti mami kenalkan sama keponakan mami!! Sepupunya Seungyoun, tapi tingkahnya engga aneh kok kayak Seungyoun... Jadi kamu tetap jadi menantu mami walaupun putus sama Seungyoun”

Sejin akhirnya tidak bisa menahan tawanya ketika mendengar ucapan mami Seungyoun. Bahkan ia dapat mendengar Seungyoun menghentakan kakinya ke lantai dengan kasar.

“MAMI KAN AKU MINTA TOLONG BUAT TELFON SEJIN BIAR BUKA BLOKIRAN NOMER AKU!!!! KENAPA MALAH NYUMPAHIN AKU PUTUS SIH????”

Sejin dapat mendengar jelas perkataan Seungyoun, suara tawa mami bahkan teriakan mami ketika ponselnya direbut paksa oleh Seungyoun.

“Jin....”Seungyoun berucap lemah.

“Jangan mau ya nak!! Diemin ajaaa Seungyounnya!!”

“MAMIIII DIEM IHHH!!!”

“Youn... Mami kamu itu... Minta maaf terus peluk!!“Sejin berkata tegas dan selanjutnya yang ia dengar adalah suara seseorang berpelukan. Seungyoun memeluk mami dan meminta maaf.

“Udah...”ucap Seungyoun selanjutnya.

“Mau peluk kamu juga...”ucap Seungyoun lagi, membuat Sejin terkejut dan terdiam.

“Kamu suruh aku minta maaf ke mami terus peluk... Aku mau minta maaf terus peluk kamu juga...”Seungyoun berucap santai.

“Ada mami, Youn...“Sejin memejamkan maata sambil sesekali memijat keningnya.

“Mami tau kok aku suka peluk kamu...”

“Jangan mau dipeluk ya Sejin! Seungyoun belum mandi dari studio!!”

Sejin tersenyum mendengar suara mami yang terlampau jauh.

“Mami... Beneran mau aku putus sama Sejin? Mami mau jodohin Sejin sama itu dia tuhhh yang suka mami banggain?”

Sejin mendengarkan perbincangan antara ibu dan anak di sebrang telefon.

“Hm? Mami bangga kok sama kamu! Siapa bilang gitu? Mami engga pernah ya ngomong begitu...”

Suara mami terdengar serius, membuat jantung Sejin sedikit berdetak lebih cepat.

“Mami bercanda sayanggg!! Mana mau sih mami kalo kamu putus sama Sejin? Yang bisa ngatasin keanehan kamu cuma Sejin, mami udah percaya sama dia! Udah sana minta maaf yang bener!!”

Sejin tersenyum mendengar ucapan mami. Betapa mami mempercayakan Seungyoun kepadanya.

“Jin...”

“E-eh iya? Kenapa?”

Suara Seungyoun membuyarkan lamunan Sejin.

“Maaf... Aku bosen tadi di jalan, jadi spam kamu... Maaf yaaa....”

“Udah mandi?”

Bukannya memaafkan, Sejin justru menanyakan hal lain.

“Belum... Tapi janji, habis kamu maafin nanti aku langsung mandi!!”

“Yaudah mandi dulu. Kembaliin handphone mami, nanti aku telefon ke nomer kamu. Tapi kamu harus udah mandi!!“ucap Sejin tegas.

“IYA JANJI!!! AKU LANGSUNG MANDI!!”

“Engga usah teriak-teriak Cho Seungyoun...”

“Hehehe aku seneng! Sayang kamuuu banget!!! Kamu tapi setelah mami yaaa? Jangan marah! Aku mandi duluu biar pas kamu telefon, aku udah wangiiii”

“Iyaaaa udah sana!! Aku matiin telefonnya ya!! Salam buat mami!!”

Sejin memutuskan sambungan telefonnya dan tersenyum. Seungyoun dan seribu kerandomannya. Entah mengapa ia bisa dengan santai mengatasi kerandoman Seungyoun.

Permintaan maaf lewat ponsel mami adalah salah satu kerandoman Seungyoun. Bahkan Sejin sudah berencana membuka blokir tanpa Seungyoun minta. Tapi tidak apa, setidaknya malam ini Sejin dapat berbicara lagi dengan mami.

(xposhie)

Behind Story.


Jinhyuk tersenyum, melihat seluruh temannya sudah tiba di tempat yang telah ditentukan. Tetapi kedatangan Jinhyuk justru membuat keenam temannya bersorak, karena Jinhyuk telat satu jam.

“Sorry!!! Tadi Wooseok tiba-tiba nelfon haha”Jinhyuk tertawa ketika melihat wajah teman-temannya kesal.

“Udah pada pesen nih? Gue yang traktir!! Santai, oke? Kalem...“ucap Jinhyuk terkekeh.

“Udah buruan!! Lo mau ngomongin apaan sih? Sok misterius terus sok penting!!“ucap Byungchan mendecih.

“Bentar donggg, gue minum dulu!! Capek nih gue...“ucap Jinhyuk lagi.

“Lo lari kesini? Engga kan? Sok-sokan capek”kali ini Sejin yang mengejek Jinhyuk.

Setelah memesan minuman dan menyesap sedikit minumannya, akhirnya Jinhyuk mengutarakan maksud dan tujuannya mengumpulkan teman-temannya.

“Makanya! Lo tuh jadi sok posesif padahal cuek gitu deh!!“ucap Seungyoun menasehati.

“Sok posesif kalo Wooseok jalan, tapi engga perduli ketika dirinya sendiri jalan sama temennya hhhh”sambung Seungyoun.

“Hm... youn, diem ya? Kamu juga samanya kok sama Jinhyuk. Makanya aku ngeiyain ide Wooseok ini”ucap Sejin menatap Seungyoun tajam dan Seungyoun tersenyum setelahnya.

“Terus Wooseok gimana? Masih ngerasa bersalah?“kali ini Yuvin bertanya dan Jinhyuk mengangguk.

“Padahal gue juga udah bilang waktu itu, kalo ini bukan kesalahan dia. Terus coba gue tanya.... Ada yang benci Wooseok?“tanya Yuvin dan semuanya menggeleng.

“Tuh!! Lo harus ngeyakinin dia kalo kita engga ada yang benci sama dia, Hyuk”ucap Yuvin mengakhiri. Tanpa Yuvin sadari, Yohan memperhatikan Yuvin sejak tadi.

“Ekhem... Biasa aja Han ngeliatinnya... Jangan terpesona gitu...“Yohan segera mengalihkan pandangannya ketikan Byungchan memergokinya.

“Udah fokus lagi ke Jinhyuk...“ucap Yohan salah tingkah.

“Gini Hyuk... Lo coba kasih pengertian ke Wooseok kalo kita engga benci sama dia. Ide dia emang gila, banget! Gue yakin yang lain ngakuin juga. Tapi dengan ide gila Wooseok, gue juga yakin banget kok kalo yang lain jadi pribadi yang lebih baik, kan?“tanya Seungwoo dan semua mengangguk setuju.

“Iya setuju! Kamu yang jarang ngasih ide tempat pacaran, jadi tiap minggu ngasih ide tempat”Byungchan menggelitik dagu Seungwoo sama tersenyum, membuat Seungwoo ikut tersenyum.

“Cin... Bucin...“ucap Seungyoun pelan.

“Ca... Ngaca...“balas Yuvin ketika melihat Seungyoun yang sedari tangan menggenggam tangan Sejin dibawah meja.

“Ihhh fokus!!“ucap Yohan lagi.

“Galak amat...“ucap Yuvin merajuk.

“Fokus yaaa Yuvin sayanggg”ucap Yohan mengusap pipi Yuvin, membuat Yuvin tersenyum.

“Salah banget kayanya gue engga bawa Wooseok kesini...“Jinhyuk menghela nafas panjang, membuat teman-temannya tertawa.

“Gini aja... Besok pas kita ketemuan sama Wooseok, kita engga usah bahas hal itu. Gue yakin, sebenernya susah buat Wooseok ngomongin hal itu.... Lebih parahnya, dia bakalan nangis kalo emang jadi ngomong hal itu”ucap Sejin menjelaskan.

“Jangan nangis-nangisan dong pas ketemuan nanti...“ucap Yohan pelan.

“Iya makanya itu... Ada yang keberatan sama ide gue? Atau masih ada yang ngeganjel?“tanya Sejin dan yang lain menggeleng.

“Berarti masalah ide Wooseok dan bongkar pasang ini, selesai ya?“tanya Sejin menyakinkan sekali lagi dan semua mengangguk setuju.

“Bang... Makasih ya!!“ucap Yuvin kepada Seungwoo ketika suasana hening diantara mereka dan Seungwoo bingung.

“Udah merhatiin Yohan sebulan lalu... Gilakkk sih, gue denger cerita dia tentang lo, bikin gue minder...“ucap Yuvin.

“Awalnya minder, terus gue mikir kalo sebenernya gue bisa kayak lo bahkan bisa lebih dari lo merhatiin Yohan”ucap Yuvin lagi yang membuat Yohan dan Seungwoo tersenyum.

“Wahhh gue sih jujur, engga bisa bilang makasih ke Jinhyuk hahaha soalnya gue kesel beneran denger cerita Sejin tentang lo”ucap Seungyoun.

“Malah aku yang harusnya makasih ke Byungchan, ya? Karena dia, jadi kamu berubah? Hehe”ucap Sejin tersenyum yang membuat Seungyoun mengusak kepala Sejin gemas.

“Emang deh pasangan Seungwoo Byungchan selalu menjadi panutan!!!“ucap Yohan bertepuk tangan.

“Lo engga mau makasih sama gue, Hyuk?“tanya Yuvin ke Jinhyuk.

“Hah? Sumpah? Wooseok cerita lo semua sama gue... Pas di tempat billiard lo sama dia ngapain...“Jinhyuk tersenyum miring menatap Yuvin.

“Hah? Ngapain? Kamu ke tempat billiard yang biasa itu?“tanya Yohan santai. Yuvin hanya dapat tersenyum kikuk.

(xposhie)

The End Game.


Wooseok menghentikan langkahnya. Ia beberapa kali melihat jam yang muncul di ponselnya. Jelas ia tidak salah lihat. Jam masih menunjukkan setengah 7 malam tetapi teman-temannya sudah berada di tempat dimana mereka akan berkumpul walaupun waktu janji temu masih satu jam lagi.

“Ayok, Seok!“ucap Jinhyuk sambil menarik tangan Wooseok pelan.

Wooseok masih terdiam dan enggan melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kafe tersebut. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya, wajahnya memanas tapi telapak tangannya terasa dingin. Wooseok panik untuk sesaat.

“Jinhyuk, aku takut....“ucap Wooseok menatap teman-temannya yang belum mengetahui keberadaan mereka. Jinhyuk tersenyum dan membawa Wooseok masuk ke dalam dekapannya.

“Tenang... Engga perlu takut, oke? Engga akan ada yang marah apalagi benci sama kamu... Ya?“ucap Jinhyuk yang sesekali mengusap punggung Wooseok yang menegang.

“Kita masuk ya?“tanya Jinhyuk sekali lagi dan Wooseok mengangguk pelan.

Wooseok menarik nafasnya panjang, saat Jinhyuk membuka pintu kafe yang menyebabkan bunyi gemerincing yang dihasilkan pintu. Aroma kopi lambat laun memenuhi indera penciuman Wooseok, menenangkan.

“Wooseok!!!!“Byungchan yang pertama menyadari kedatangan Wooseok dan Jinhyuk itu segera berlari menyambut Wooseok dan memeluknya. Wooseok mengedipkan matanya beberapa kali, sebelah tangannya masih di genggam Jinhyuk yang berdiri tidak jauh darinya sedang tangan lainnya menggantung bebas tanpa ada pergerakan untuk membalas pelukan Byungchan.

Wooseok memperhatikan meja di hadapannya. Ada Seungwoo yang sedang tersenyum melihat Byungchan memeluknya, ada Seungyoun yang sibuk dengan ponsel pintarnya serta Yohan dan Yuvin yang sedang berdebat memilih topping apa yang cocok untuk waffle yang akan mereka pilih.

Setelah beberapa saat, Byungchan melepaskan pelukan Wooseok dan menarik sebelah tangan Wooseok yang bebas, membuat Wooseok menatap Jinhyuk yang tersenyum dan mengikutinya dari belakang. Seungwoo, Byungchan, Wooseok dan Jinhyuk duduk bersebelahan dan bersebrangan dengan Yuvin, Yohan, Sejin serta Seungyoun.

“Kangennnn”Wooseok sedikit terkejut ketika seseorang memeluknya dari belakang, Sejin. Sejin yang baru saja kembali dari toilet itu memeluk Wooseok sejenak sebelum kembali ke tempat duduknya.

“Seok, Hyuk! Kalian mau pesen apa? Gue mau nambah pesenan nih”ucap Yuvin santai.

“Gue ikut deh!“ucap Jinhyuk. Tetapi pergerakannya ditahan oleh Wooseok dari bawah meja. Jari telunjuk Jinhyuk di genggam erat oleh Wooseok.

“AYok! Jadi ikut engga? Kenapa duduk lagi?“tanya Yuvin bingung dan Jinhyuk menggeleng.

“Gue nitip aja deh!“Jinhyuk pun menyebutkan dua buah minuman serta satu buah camilan untuk dirinya dan Wooseok. Jinhyuk menoleh kearah Wooseok dan menarik tangan Wooseok lalu menggenggamnya diatas pangkuannya.

“Wooseok kok diem aja!!!“ucapan Byungchan membuat Wooseok terkejut dan tersenyum kecil.

“Main yuk!! Biar Wooseok engga diem ajaaa”ucap Byungchan lagi tetapi dicegah oleh Wooseok.

“Nanti aja yaaa mainnya, aku mau ngomong.... Tapi nunggu Yuvin dulu”ucap Wooseok pelan.

“Hah? Gue kenapa?“tanya Yuvin yang baru saja kembali setelah memesan makanan. Wooseok sempat terdiam beberapa saat, genggaman tangannya dengan Jinhyuk semakin erat.

”....aku mau minta maaf”ucap Wooseok terlampau pelan, tetapi masih dapat di dengar ke tujuh pria dewasa lainnya. Suasana kembali hening hingga pelayan mengantarkan pesanan yang dipesan Yuvin.

“Aku mau minta maaf... Mungkin dari kalian ada yang sakit hati atau bahkan benci sama aku karena ide aku sebulan yang lalu...“ucap Wooseok menunduk.

“Aku....”

“Wooseok, udah.... Lo engga perlu minta maaf ya? Jinhyuk udah cerita ke kita semua kok sebelum ini. Jinhyuk udah bahkan minta maaf juga, karena semua ini akarnya dari sifat dia sendiri”ucapan Wooseok terpotong karena Seungyoun.

“Iya, Jinhyuk sebenernya yang harusnya tanggung jawab!“ucap Seungwoo menambahkan.

“Tapi....“Wooseok hendak melanjutkan kata-katanya tetapi semua temannya menatapnya tajam.

“Lo harus tau, engga ada yang benci lo. Oke?“ucap Sejin.

“Tauuuu!! Siapa sih yang bisa benci Kucing Kecil kitaaaa”ucap Byungchan yang merangkul Wooseok dari samping, membuat Wooseok tiba-tiba terisak.

“Channnn!!! Tuh kan Wooseok nangis gara-gara lo!!!“ucap Sejin panik sedang Jinhyuk disebelah Wooseok hanya tersenyum.

“Maaf... Engga kok, aku engga nangis...“ucap Wooseok terisak.

“Udah stop! Suasanya jadi sendu gini engga asik!!!“Ucap Yohan merajuk.

“Pindah tempat deh yuk! Yang agak rame gitu, tempat biasa? Gue yang traktir!!!“ucap Seungyoun santai yang di setujui Sejin, Yohan serta Byungchan.

Wooseok menatap Jinhyuk yang juga sedang bersorak karena ajakan Seungyoun sebelumnya. Jinhyuk yang menyadari tatapan Wooseok itu pun menoleh, ia tersenyum dan mengangguk ketika Wooseok mengucapkan ucapan “Terimakasih”.

“Ini... Pesenan yang baru dateng gimana?“tanya Wooseok bingung karena pesanannya dan Jinhyuk yang dipesankan Yuvin belum tersentuh.

“Udah tinggal aja! Udah dibayar yuvin kok”ucap Jinhyuk santai.

“MONYET!!!!!“ucap Yuvin emosi ketika menyadari bahwa Jinhyuk belum membayar minuman serta camilan yang ia pesan. Wooseok pun tertawa melihat Yuvin sambil melangkah keluar dari kafe mengikuti teman-temannya yang lain.

(xposhie)

Pilihan Mama


Yohan menghentakkan kakinya ke kasur setelah membaca pesan singkat dari mamanya yang mengatakan bahwa ia baru saja bertemu kembali dengan anak muda yang membantunya saat mobilnya mogok beberapa minggu lalu.

Jangan lupa mandi! Jangan mentang-mentang hari sabtu, kamu mandinya sehari aja. Setengah jam lagi mama sampai bareng mas-mas yang bantuin mama waktu itu. Nanti kita makan siang bareng!

Itu adalah bunyi pesan singkat yang di kirimkan mama Yohan sepuluh menit lalu. Sekarang Yohan masih berbaring dikasur dengan tatapan kosong ke langit-langit kamarnya. Yohan malas bertemu anak lelaki yang entah bibit bebet bobotnya seperti apa. Iya, mama Yohan selalu menceritakan tentang 'mas-mas' tersebut, katanya “Siapa tau cocok sama kamu!”

Akhirnya setelah dua puluh menit berlalu, Yohan pun memilih untuk beranjak ke kamar mandi mengikuti perintah sang mama. Tetapi, Yohan tidak segera keluar dari kamarnya hingga suara sang mama memanggilnya, “Abang turun!! Mama udah pulanggg”. Yohan menarik nafasnya panjang sebelum keluar dari kamarnya.

“Iya tante... Makasih... Sebenernya engga usah ngerepotin”

Langkah Yohan terhenti ketika mendengar suara 'mas-mas' yang diceritakan sang mama. Matanya memutar malas bahkan hanya dengan mendengar suara orang tesebut.

“Engga apa-apa! Tante kan udah janji mau balas kebaikan kamu...”

Yohan menghentakan kakinya keras di tangga, agar kedua orang yanga sedang berada di ruang tamu mengetahui keberadaannya.

“Kamu ya bang! Mama kan udah bilang kalo mau ada tamu, bukannya turun terus buatin minum dulu gitu”ucap sang mama ketika melihat Yohan turun dari tangga.

“HAH? KA YUVIN?!?!?!“Yohan membulatkan matanya ketika melihat seseorang yang sedang menikmati minuman yang disajikan sang mama. Yuvin yang merasa dipanggil itu seketika terbatuk karena terkejut.

“Pelan-pelan, nak Yuvin... Kamu juga sih bang! Jangan ngagetin orang!!“ucap sang mama mengambilkan tisu yang berada tak jauh dari jangkauannya.

“Tapi... Kamu kenal Yuvin? Emang mama pernah cerita kalo nama mas-mas yang bantuin mama itu namanya Yuvin?“ucap sang mama bingung dan Yohan hanya mendecak sebal.

“Geseran!“ucap Yohan tidak sopan, membuat Yuvin menggeser sedikit posisi duduknya.

Flashback On

“Maaf ya sayang... Kamu kabarin kalo udah sampai rumah!“Yohan memutus panggilan telfon dari sang kekasih petang itu. Yuvin, tidak dapat menjemputnya latihan karena harus menolong seorang ibu-ibu yang mobil mogok.

Disisi lain....

“Maaf ya tante ngerepotin kamu... Soalnya tante engga ngerti mobil sama sekali, jadinya bingunh harus ngapain”seorang wanita paruh baya tidak henti-hentinya mengucapkan kata terimakasih setelah dibantu oleh seorang anak muda dihadapannya.

“Iya tante engga apa-apa. Kebetulan tadi saya pas lewat, ngeliat tante kebingungan di pinggi jalan jadi saya melipir dulu”ucap anak muda tersebut sopan.

“Lain kali kamu tante traktir ya! Tante punya anak sebaya kamu, nanti tante ajak biar kamu engga sungkan!!”

“Hah? Engga usah tante... Engga apa-apa!! Engga ngerepotin juga kok...“Anak muda tersebut berusaha menolak sesopan mungkin.

Setelahnya

“Wahhh kamu mau dijodohin tuh sama anaknya ibu itu!! Makanya ibu itu maksa kamu buat makan bareng dia!!!”Yuvin tertawa di sebrang telefon ketika menceritakan kisahnya tadi sore.

“Iya kali ya? Lumayan kalo anaknya cewek, cantik, bohay...“ucap Yuvin meledek yang membuat Yohan merajuk.

“Mama udah pulang! Nanti telfonnya kita sambung lagi yaaa!! Sayang Yuviiinnn”ucap Yohan sebelum memutus sambungan telefonnya.

“Bang tau engga! Tadi mobil mama mogok!! Tapi untungnya ada mas-mas ganteng, muda nolongin mama...“Yohan mendengarkan cerita mamanya dengan tidak antusias sama sekali.

“Terus mama bilang lain kali mau traktir dia makan! Kamu ikut ya? Siapa tau kamu naksir dia!! Ganteng loh, tinggi lagi”ucap sang mama lagi dan Yohan justru asik dengan martabak di hadapannya.

Flashback Off

Mama Yohan tertawa mendengar rangkaian cerita yang dijelaskan Yohan. Bagaimana Yohan harus berakhir pulang sendiri setelah berlatih taekwondo hari itu, karena mamanya sendiri.

“Terus... Kenapa kamu engga pernah kenalin Yuvin ke mama?”

“Ah! Jadi yang selama ini anter jemput kamu sampe depan rumah itu Yuvin?”

Yohan tersipu malu ketika sang mama sibuk bertanya tentang ini dan itu kepadanya serta Yohan.

“Mamaaa!! Katanya mau traktir Ka Yuvin makan? Mana? Udahhh ih sana siapin makan siang!!!“ucap Yohan yang kadung malu. Sedang Yuvin hanya tersenyum malu.

“Mama diusir nih? Engga butuh restu?“ucap sang mama kembali meledek.

“Hah? Mama kan yang mau ngenalin Yuvin ke aku awalnya? Berarti Yuvin itu udah lolos kandidat awal mama dong?“tanya Yohan santai.

“Ah engga seru! Harusnya kamu bawa Yuvin lebih cepet kesini. Jadi bisa mama ospek duluan!!“ucap sang mama lagi yang membuat Yuvin terkejut.

“Tante bercanda kok nak Yuvin! Tenang aja....“ucap mama Yohan tertawa yang diikuti tawa Yuvin.

“Yaudah... Mama siapin makan siang dulu”ucap sang mama lagi.

“Biar Yuvin bantu tante...“ucap Yuvin sopan tetapi mama Yohan menggeleng.

“Engga usah! Kan tante udah janji mau traktir kamu makan?“mama Yohan tersenyum.

“Ah! Panggilnya jangan tante lagi kali ya? Panggil mama aja ya nak Yuvin!!“ucap mama Yohan menepuk pundak Yuvin pelan.

“Ihhhh mama!!!!“ucap Yohan merajuk karena sang mama yang terus meneris meledeknya.

“Pilihan mama nih! Pasti engga akan salah pilih”ucap sang mama bangga yang membuat Yohan mengerucutkan bibirnya.

“Ka Yuvin udah duluan jadian sama aku sebelum mama pilih yaaa!!“ucap Yohan merajuk yang membuat sang mama serta Yuvin tertawa.

(xposhie)

Chocolate.


“Aku aja yang bayar...“Wooseok mencoba menahan pergerakan tangan Jinhyuk yang akan mengeluarkan kartunya. Jinhyuk menoleh dan tersenyum, tangan Wooseok yang semula bergerak menahan tangannya, kini ia tahan dan genggam dengan satu tangan. Genggaman yang terlampau erat.

“Aku yang suruh mereka pulang. Aku lupa minuman yang mereka pesan belum dibayar, jadi ini tanggung jawab aku”ucap Jinhyuk santai.

“Tapi aku yang booked tempat ini dan suruh kalian kesini...“Wooseok menunguk dan berbicara terlampau pelan.

“Kamu kesini naik apa?“Jinhyuk menatap Wooseok yang berdiri disebelahnya, Wooseok menoleh dan menatap Jinhyuk walaupun beberapa detik selanjutnya ia kembali menunduk.

“Sepatu kamu baru? Diliatin aja dari tadiii”ucap Jinhyuk lagi sambil mencolek dagu Wooseok yang membuat Wooseok mengerucutkan bibirnya gemas.

“Lagian, aku tuh disini loh Seok! Ngapain ih nunduk mulu, uang kamu jatoh atau ada apaan?“tanya Jinhyuk penasaran tapi dengan nada meledek. Wooseok terdiam.

“Yuk”Jinhyuk menarik pelan tangan Wooseok yang kini tertinggal beberapa langkah dibelakangnya.

“Mau langsung pulang? Atau ada janji lain?“tanya Jinhyuk dan Wooseok menggeleng.

“Berarti kalo aku ajak ke suatu tempat, mau?“Jinhyuk kembali bertanya ketika mereka sudah berdiri di sebelah mobil Jinhyuk yang terparkir dan Wooseok mengangguk.

“Kamu sariawan? Dari tadi diem aja?“Jinhyuk mengusak rambut Wooseok karena gemas. Kekasihnya sejak tadi hanya diam, sekalinya mengeluarkan suara, terlampau pelan.

“Wahhh kalo gini caranya, aku mau minta Yuvin tanggung jawab nih! Sebulan kamu sama dia kok langsung jadi pendiem... Wahhh engga bagus nih”ucap JInhyuk yang sudah membukakan pintu untuk Wooseok.

“Ayok masuk nanti kemaleman kita”ucap Jinhyuk dan Wooseok mematuhinya.

Sepanjang perjalanan hanya diisi celotehan Jinhyuk, sedangkan Wooseok lebih banyak tersenyum atau sesekali mengangguk dan menggeleng. Bahkan suara tawanya saja tidak terdengar.

Jinhyuk kembali menggandeng Wooseok dan masuk ke dalam sebuah kafe. Wooseok berjalan di belakang Jinhyuk dengan tangan terulur yang digandeng Jinhyuk erat. Setelah memesan dua buah minuman dan sepotong kue, JInhyuk berjalan ke salah satu spot dengan tulisan reserved yang terletak di meja.

“Aku yang pesen”ucap Jinhyuk ketika melihat tatapan bingung Wooseok dan Wooseok mengangguk.

“Buat kamu... Maaf engga nanya kamu mau apa, tapi kayanya kamu butuh itu”ucap Jinhyuk mendorong gelas berisi coklat hangat yang beberapa saat lalu diantarkan oleh seorang pelayan.

“Makasih”ucap Wooseok terlampau pelan. Jinhyuk menghela nafas berat dan membuat Wooseok akhirnya menatapnya.

Jinhyuk menatap Wooseok dalam tanpa ada satu patah katapun yang terucap, membuat Wooseok bingung harus berbuat apa. Wooseok hendak mengalihkan pandangannya tepat ketika Jinhyuk menarik tangannya dan meletakan telapak tangan Wooseok di pipinya.

“Aku liatin, kamu ngehindar. Aku ajak ngomong, kamu balas seadanya... Gini dulu yaaa, Seok...“ucap Jinhyuk memejamkan matanya dengan nafas yang berulang kali ia hembuskan berat.

Wooseok mengusap pipi Jinhyuk yang lain dengan tangannya yang bebas, membuat Jinhyuk kembali membuka kedua matanya menatap Wooseok lekat. Wooseok tersenyum dengan ibu jari yang masih mengusap-usap pipi Jinhyuk.

“Malem ini nginep di tempat aku, mau? Sebelum kamu ketemu yang lain... Aku mau denger cerita kamu, boleh?“tanya Jinhyuk dan Wooseok mengangguk. Jinhyuk pun tersenyum sambil sesekali mengecup tangan Wooseok yang masih ia letakan di pipinya.

(xposhie)

Nyamuk Besar.


“Sini!!!“Seungyoun menepuk pahanya kala Sejin datang memasuki studio pribadinya. Sejin dengan beberapa kertas ditangan menatap Seungyoun heran.

“Quality time kita tuh sekarang kurang banget! Jadi sembari aku mixing lagu, aku mau tetep bisa peluk kamu. Jadi siniiii”ucap Seungyoun merentangkan tangannya. Sejin tersenyum sebelum berjalan ke arah Seungyoun.

“Engga akan ada yang masuk emang?“tanya Sejin dan Seungyoun menggeleng. Sejin pun duduk dipangkuan Seungyoun dengan posisi berhadapan. Kaki Sejin ia lebarkan diantara dua sisi kursi, merepotkan tapi Sejin suka karena dirinya jadi bisa mencium aroma Seungyoun tepat di tulang selangkanya!

“Kamu mau hafalin script?“tanya Seungyoun dengan wajah fokus ke komputer di hadapannya. Sejin mengangguk. Ia membaca script ditangannya, dibelakang kursi yang Seungyoun duduki. Jadi Sejin benar-benar seperti sedang memeluk Seungyoun saat ini dengan dada yang saling menempel satu sama lain.

Seungyoun sesekali menggeser kursi beroda tersebut. Entah ingin mengambil pulpen atau sekedar membuang kursi ke tempat sampah di sudut ruangan. Sedang Sejin, masih betah dipangkuan Seungyoun dengan dagu yang istirahat nyaman dipundak Seungyoun. Sesekali Sejin menggelengkan kepalanya ketika tidak mendapatkan feel dari naskah yang ia baca.

“Kok dibuang?“Seungyoun menoleh ketika mendengar suara kertas dibuang kearah Sofa dibelakang mereka.

“Bosen!!“ucap Sejin yang kini memeluk leher Seungyoung dengan wajah yang ia benamkan di leher Seungyoun.

“Parfum baru?“tebak Sejin dan Seungyoun menggeleng.

“Punya manager aku, tadi punyaku ketinggalan di mobil yaudah aku minta parfum dia”ucap Seungyoun santai.

“Enak wanginya?“tanya Seungyoun yang sesekali melirik Sejin yang sekarang tengah menggesekan hidungnya di leher Seungyoun. Sejin mengangguk sambil sesekali menghirup dalam aroma parfum yang masih tertinggal.

Seungyoun mengusap punggung Sejin dengan tangan kirinya. Tangan kanannya masih sesekali menggerakan kursor. Seungyoun tau jika lelaki dalam dekapannya sekarang sudah mulai mengantuk.

“Arghhh sejin!!!“Seungyoun berteriak karena tiba-tiba Sejin mengecup tulang selangkanya. Bahkan Sejin harus menutup mulut Seungyoun karena berteriak terlalu keras.

“Berisik!!! Nanti yang lain dengerrr”ucap Sejin panik sedangkan Seungyoun masih dalam mode terkejutnya.

“Lagian ngapain sih tulang aku kamu sedot-sedot? Engga akan keluar apa-apa juga!!“ucap Seungyoun yang mencubit dua pipi Sejin karena gemas.

“Terus yang aku sedot bakalan keluar sesuatu itu apa dong?“tanya Sejin dengan tatapan tajam kearah Seungyoun dan membuat Seungyoun tak berkutik.

“Nghhh Sejin... Sayang? Please jangan sampe aku ngapa-ngapain kamu disini, ya?“ucap Seungyoun ketika Sejin menggoyangkan bokongnya tepat diatas penis Seungyoun yang terbungkus. Seji n tertawa kecil.

“Lagian aku tanya!! Yang kalo aku sedot keluar sesuatu itu apaaa?“tanya Sejin memaksa.

“Hm... Cola? Kamu kalo minum Cola pake sedotan kan keluar tuh Colanya!!“ucap Seungyoun tertawa hambar dan Sejin mengerutkan keningnya.

“Hm.... Yang lain! Dari diri kamu yang kalo aku sedot keluar sesuatu itu apaaa?“tanya Sejin lagi.

“Tubuh aku? Ngeluarin sesuatu? Hm... Apa ya? Hehehe”Seungyoun pura-pura berfikir walaupun sebenarnya ia sudah tau jawabannya.

“Ih gampang tau! Nih yaaa aku sedot, pasti keluar sesuatu”ucap Sejin lagi dan berikutnya bibir Sejin sudah kembali menyapa kulit Seungyoun. Sejin mencium bahkan menyedot kulit Seungyoun membuat Seungyoun mendesah pelan.

“Tuh kan keluar!! Hehe”ucap Sejin meledek dan Seungyoun semakin bingung.

“Apaan?“tanya Seungyoun.

“Suara kamu keluar tadi!! Enak ya sampe engga sadar?“tanya Sejin.

“Kamu tuh tadi kayak.... Nghhh Jinnnhhh... Ahhhh sejinnhhh.... Nghhh udahhh... Gitu tauuu!!“Sejin benar-benar mengulangi apa yang Seungyoun lakukan tadi. Suara desahannya bahkan mampu membuat Seungyoun naik.

“Aku mau mastiin satu hal!“ucap Seungyoun sebelum mencium kasar bibir Sejin.

“Hhhh.... Mastiin apaaa?“Sejin berkata terputus karena Seungyoun mencium seluruh wajahnya hingga lehernya dengan tidak beraturan.

“Mau mastiin kalo studio aku kedap suara! Kamu kalo mau desah, coba aja yang kenceng”ucap Seungyoun lagi yang berusaha membuka kaos yanh Sejin gunakan.

“Nghhh... Younnnhhh!!! Pintuuu itu belum dikunci!!“ucap Sejin mendesab frustasi dengan dada yang mulai diberikan kecupan oleh Seungyoun.

“Engga akan ada yang masuk!!“ucap Seungyoun yang sesekali meremas bokong Sejin dan semakin membuat Sejin mendesah tidak karuan.

“Younnhhh!! Jangan diisep ihhh, gelihhhh”ucap Sejin berusaha menjauhkan kepala Seungyoun dari salah satu noktah di dadanya.

“Nih liat! Kerjaan kamu tadi, sampe merah gini! Jadi aku mau gantian!!“ucap Seungyoun dengan nafsu yang mulai membara.

“Haha Younhhh gelihhh”Sejin tertawa dan mendesah bersamaan karena sensasi aneh yang ia rasakan.


“Anjing! Bilangin Seungyoun kalo mau main distudio tuh kunci pintu!! Matiin lampu kek setidaknya. Gue kira sepi karena kaga ada orang, gue intip malah lagi sedot-sedotan!!”

Kegiatan Seungyoun dan Sejin malam itu membuktikan bahwa Studio Seungyoun benar-benar kedap suara karena Nathan tidak mendengar kegiatan mereka dan justru melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat.


(xposhie)

Packing.


Aku tersenyum melihat Mas Seungyoun menarik koper hitam besarnya, yang akan digunakan untukku dan Mas Seungyoun selama liburan nanti ditambah dua buah tas jinjing hitam kecil.

“Baba tolongggg!!!“Mas Seungyoun yang hendak memelukku karena lelah menurunkan koper hitamnya itu harus menarik nafas panjang ketika teriakan Dohyon dan Wonyoung saling bersautan.

“Yakin mau nambah satu lagi? Kayanya dua aja kamu udah kecapean”aku menjulurkan lidahku kearah Mas Seungyoun sebelum berjalan ke kamar Dohyon dan Wonyoung, tentunya diikuti Mas Seungyoun dibelakangku.

Aku membulatkan mataku ketika melihat penampakan kamar Dohyon dan Wonyoung. Koper mereka berdua sudah berada di lantai bersama mainan mereka yang beserakan.

“Abang! Yang ambil koper aku abang, terus mainannya jatuh dari kasur”ucap Wonyoung terbata dan aku tertawa.

“Oh abang? Biasanya Dodo?“Mas Seungyoun tersenyum menatap Wonyoung yang menatapnya tajam.

“Yaudah ayok rapihin mainan kalian dulu, baru kita packing baju kalian”ucapku mulai mengambil satu persatu mainan masa kecil Dodo dan Dede yang memang sudah kusimpan rapih dalam kardus.

“Wahhh pricess kepala botak!!!“Dodo tertawa terbahak-bahak ketika menemukan boneka putri yang kepalanya plontos karena ulahnya beberapa tahun lalu. Mas Seungyoun pun ikut tertawa ketika melihat penampakan boneka dalam genggaman Dodo.

“Nih ya, gara-gara boneka ini! Dede nangis sampe demam terus Baba harus cari yang sama persis sampe jam sebelas malam”ucap Mas Seungyoun menjelaskan.

“Ketemu ba?“tanya Dede dan Mas Seungyoun menggeleng.

“Bubu kamu tuh yang akhirnya bikin princess kepala botak jadi punya rambut lagiii”ucap Mas Seungyoun melirik kearahku.

“Terus ini kok tetep botak?“tanya Dodo penasaran dan Mas Seungyoun kembali tertawa.

“Iya, soalnya copot tiga jam kemudian”ucap Mas Seungyoun yang kali ini membuatku tertawa.

“Udah rapihin lagi mainannya! Malah ngomongin princess kepala botak”ucapku yang kembali merapihkan mainan Dodo dan Dede.

Setidaknya sejam waktu yang diperlukan untuk kami berempat merapihkan mainan masa kecil Dodo dan Dede hingga akhirnya kardus kembali diletakan oleh Mas Seungyoun diatas lemari. Setiap mainan yang kami rapihkan mempunyai cerita sehingga menyita banyak waktu.

Seperti sebuah boneka kelinci yang telinganya hilang satu karena Dodo menariknya paksa bahkan membuat Dede jatuh dari sofa dan meninggalkan benjolan di dahinya. Atau robot yang tangan dan kakinya sudah berpindah tempat karena hobby Dodo terdahulu adalah membongkar barang tanpa bisa memasangkannya kembali.

Selanjutnya, kami berempat kembali disibukan dengan baju dan segala perlengkapan milik Dodo serta Dede yang akan dibawa berlibur. Kali ini aku bekerja sendiri, dengan tiga orang yang tidak membantu sama sekali terlebih Mas Seungyoun yang terkadang hanya meledek anak-anaknya beserta diriku tentu saja.

“Do... emang ini masih muat?“tanyaku kepada Dodo.

“Tapi aku mau samaan sama Baba....“ucap Dodo gemas dan Mas Seungyoun menahan senyumnya.

“Kalo engga muat, engga bisa kamu pake dong? Tetep engga samaan sama Baba?“tanyaku sekali lagi.

“Heunggg... Tapi Bubu sama Dede kembaran!!!“Dodo mulai merajuk.

Kali ini Mas Seungyoun turun tangan. Setelah susah payah membujuk Dodo, akhirnya Dodo mengalah, tentunya setelah berbagai macam cara yang ditempuh.

Aku menghabiskan waktu di kamar Dodo dan Dede selama lebih dari dua jam. Dimulai dari merapihkan mainan yang terjatuh sampai merapihkan baju dan pakaian yang akan dibawa Dodo serta Dede saat liburan. Tetapi aku masih punya satu tugas, merapihkan bajuku dan Mas Seungyoun serta menyiapka makan siang.

Dek Sejin semangat!!!


(xposhie)

Shopping.


Hallo!! Kali ini udah bener-bener lama banget kita engga ketemu, ya? Ini aku. Sejin! Yang dulu biasa dipanggil Dek Sejin oleh Mas Seungyoun. Tapi semenjak ada Dodo dan Dede panggilanku berubah menjadi Bubu karena kalo tidak diubah, Dodo dan Dede akan mengikuti Mas Seungyoun memangilku Dek Sejin!!

“Dek, liat dasiku yang hadiah dari kamu waktu itu?“Mas Seungyoun malam itu menghampiriku yang sedang menyiapkan makan malam di dapur.

“Ada kok ditempat Dasi kamu mas!“ucapku sambil mengerutkan keningku, karena hal seperti ini sudah biasa terjadi. Mas Seungyoun yang tidak dapat menemukan barangnya sendiri di apartment miliknya sendiri

Aku pun berdecak kecil sebelum berjalan beriringan dengan Mas Seungyoun ke dalam kamar, untuk mencari dasi yang dimaksud Mas Seungyoun. AKu menemukannya dengan mudah, karena memang dasi tersebut ada ditempatnya.

“Mashh Younhh....“Sebuha suara kecil memanggil Mas Seungyoun, aku dan Mas Seungyoun menoleh dan mendapati Dodo dengan sebelah celana yang telah terbuka

“Lepashhh! Pakein agiii”ucap Dodo lagi. Tetapi aku dan Mas Seungyoun masih terdiam

“Hm... Mashh younhh lama! Deek jin olonggg”Aku menahwan tawa saat Dodo berbicara dan merentangkan tangannya kepadaku. Aku menatap Mas Seungyoun yang masih terdiam bingung.

“Dodo sayang... Panggilnya Baba sama Bubu, ya? Jangan Mashh kan ini Baba sama Bubunya Dodo, oke?“ucapku sambil merapihkan celana yang Dodo kenakan. Dodo menatapku bingung.

“Hm... Tapi Baba panggil Dek! Bubu panggilnya Masshhhh”ucap Dodo gemas dan aku tertawa

Malam itu, aku menjelaskan kepada Dodo hingga ia mengerti dan aku sepakat bersama Mas Seungyoun akan mengganti nama panggilan kami jika di depan Dodo dan akan memakai nama panggilan biasa jika sedang berdua!!

“Hayooo, mikirin apa kamu Dek?“aku tersentak dan menatap Mas Seungyoun yang entah datang darimana, aku tersenyum sebelum menyapu pandanganku mencari dua orang anak kecil yang sedang sibuk memilih pakaian.

“Kamu engga bantuin Dodo cari baju?“tanyaku dan Mas Seungyoun menggeleng.

“Aku diusir sama bodyguard pribadi kamu!!“ucapan Mas Seungyoun membuatku tertawa. Iya, Dodo beberapa kali melarang Mas Seungyoun mendekatiku dan menganggap dirinya adalah pengawal pribadiku.

Oiya! Aku lupa, kalo hari ini aku dan Mas Seungyoun mengajak Dodo dan Dede, anak kami untuk berbelanja. Tiga hari lagi kami akan pergi berlibur!! Aku dan Mas Seungyoun memberikan kebebasan untuk Dodo dan Dede untuk memilih baju mereka sendiri. Kami mulai mengajarkan mereka, suara mereka tetap akan di dengar dirumah walaupun mereka masih kecil dan berstatus sebagai anak. Setelahnya, tinggal aku dan Mas Seungyoun yang pelan-pelan memberikan nasihat jika suara yang mereka utarakan tidak tepat.

“Selesaiiii!!!“Dede membawa keranjang dengan berisikan baju pilihannya ke depanku. Sepuluh baju sesuai dengan perjanjian awal. Aku tersenyum dan mulai memilih satu persatu baju yang Dede sudah pilih sebelumnya.

“Hm... Baju renang?“Dede mengangguk antusias.

“Kita liburan ke tempat dingin loh! Dede yakin mau renang? Kan dingin?“tanyaku pelan dan lembut membuat Dede berfikir.

“Ba... Dihotel ada tempat mandi besaaarrr? Pakai air hangat?“Dede bertanya kepada Mas Seungyoun yang berada disebelahku. Mas Seungyoun mengangguk setelah berfikir beberapa saat. Oke, kali ini aku kalah dan mengizinkan Dede membeli baju renang tersebut.

“Ini.... Mau dipake kapan?“tanyaku memegang dua buah summer dress yang pasti tidak dapat Dede gunakan di tempat liburan kami.

“Kita mau liburan ke tempat bersalju! Dede yakin mau pake dress?“tanyaku dan Dede mengerucutkan bibirnya lucu. Total hanya empat baju yang sesuai dengan kualifikasiku dan aku harus membantu Dede mencari bajunya kali ini.

“Aku titip Dodo ya mas! Jangan kebanyakan kaos loh, harus ada sweater dan baju hangat!! Kalo kebanyakan dia beli kaos, coat kamu dipake dia selama kita liburan”aku memperingatkan Mas Seungyoun yang mengangguk mengerti.

Setidaknya, dua jam waktu yang kami butuhkan hingga bisa sampai dikasir dengan Dodo dan Dede membeli sepuluh buah baju sedangkan aku dan Mas Seungyoun masing-masing membeli tiga baju tambahan karena kami sudah lumayan banyak memiliki baju yang sesuai dengan tempat liburan kami nanti.

“Nanti sampai rumah tidur ya! Besok kita masukin baju kalian ke dalam koper, oke?“ucapku melirik bangku belakang yang berisikan dua anak yang sudah setengah sadar karena mengantuk. Aku tersenyum menatap Mas Seungyoun yang juga menatapku.

“Anakmu tuh”ucapku meledek Mas Seungyoun.

“Bener aku doang? Yakin? Hm....“Aku mencubit lengan Mas Seungyoun. Dodo dan Dede adalah anakku dan Mas Seungyoun. Mereka berdua anak kami. Bukan hanya Anakku atau hanya Anak Mas Seungyoun.

(xposhie)