semestakapila


A sequel from previous work by @bloodys_angel: Read Here


Changmin berjalan keluar dorm kecil tersebut, langkahnya cepat karena ia sengaja meninggalkan Younghoon yang berjalan di belakangnya.

“Changmin, kok aku di tinggal?“ucap Younghoon saat melihat pria yang lebih kecil darinya sudah masuk ke dalam dorm yang lebih besar.

“Kamu mau ngapain?“tanya Changmin sambil menata Younghoon yang bahkan mengikuti dirinya hingga masuk ke dalam kamar.

“Mau kayak Hyunjae....“ucap Younghoon mencicirt. Changmin hampir saja tersedak air liurnya sendiri saat mendengar pernyataan pria rekan satu grupnya itu.

“Ka Hyunjae kan lagi sakit, wajar minta temenin Juyeon. Lah kamu? Kan sehat ka! Kenapa tidur minta ditemenin?“ucap Changmin panjang lebar.

“Jadi, kamu baru mau nemenin aku tidur kalo aku sakit nih? Beneran? Aku harus sakit dulu?“ucap Younghoon dengan penekanan disetiap kata sakit yang ia ucapkan.

Changmin terdiam dan masih berdiri di tempatnya. Ia tidak mungkin mendoakan Younghoon sakit hanya agar dapat ditemani tidur oleh dirinya sendiri. Changmin menarik nafas panjang, tangan yang semula masih bertenger di gagang pintu akhirnya ia lepaskan dan ia membuka pintu kamarnya lebar.

“Ambil selimut sama bantal sendiri! Aku gamau rebutan selimut malem-malem”ucap Changmin ketus dan senyun Younghoon merekah saat mendengar pernyataan Changmin tersebut.

“Oke! Aku ganti baju dulu sama ambil bantal, jangan dikunci pintunya”ucap Younghoon sambil menatap tajam Changmin.

“Iyaaa, bawel! Udah sana cepetan ganti baju”ucap Changmin sambil mendorong pelab tubuh Younghoon agar segera pergi ke kamarnya.


Younghoon kembali ke kamar Changmin setengah jam kemudian. Pintu kamar Changmin sedikit terbuka dan Younghoon tanpa permisi pun memasuki kamar yang letaknya di dekat dapur tersebut.

Younghoon berjalan teramat pelan saat melihat Changmin sedang serius dengan sebuah gambar di hadapannya. Changmin dan hobi barunya yaitu melukis, memang sedang tidak dapat dipisahkan.

Younghoon tidak sama sekali berniat menganggu Changmin. Ia justru duduk di bersila dibelakang Changmin dan mengamati lelaki di hadapannya tersebut. Changmin sering memamerkan hasil karyanya kepada Younghoon, tetapi Younghoon tidak tau bagaimana proses Changmin dalam menyelesaikan setiap lukisannya.

Younghoon tidak hentinya tersenyum saat Changmin mengetukkan jari telunjuknya di dagu. Coretan demi coretan itu di hasilkan Changmin dan Younghoon menyaksikan setiap gerak Changmin saat melukis untuk pertama kalinya.

Tanpa sadar, dua jam telah berlalu sejak Younghoon memasuki kamar Changmin dan memperhatikan Changmin melukis. Selama dua jam itu juga, Changmin tidak menyadari keberadaan Younghoon dibelakangnya.


“Yes, selesai!!“ucap Changmin saat menyelesaikan coretan terakhirnya di canvas. Ia merenggakan badannya yang terasa kaku karena duduk diam selama lebih dari dua jam.

Changmin mencoba mengubah posisi duduknya dengan cara mundur dan meluruskan kakinya, tetapi Changmin justru terkejut saat mendapati seseorang di belakangnya.

“Ka Younghoon? Ya ampun! Aku lupa....“ucap Changmin panik. Changmin pun mengacak-acak rambutnya frustasi karena bingung harus melakukan apa sekarang.

Younghoon tertidur dengan posisi duduk dilantai dan kepala yang ia sandarkan pada tempat tidur Changmin. Posisi Younghoon yang entah sudah berapa lama itu diyakini Changmin bisa membuat Younghoon merasakan sakit diseluruh badannya esok pagi.

“Ka... Ka younghoon? Bangun yuk... Pindah ke tempat tidur?“ucap Changmin pelan. Changmin menepuk pelan pipi Younghoon dan pada tepukan ke tujuh akhirnya Younghoon bangun dari tidurnya.

“Hm... Kamu udah selesai ngelukisnya? Mana hasilnya? Aku mau liat!“ucap Younghoon bersemangat walau dengan kesadarn kurang dari tiga puluh lima persen.

“Besok pagi aja ka, sekarang kaka pindah aja ke kasur ya?“ucap Changmin menunjuk kasurnya sendiri.

“Kamu?“tanya Younghoon polos.

“Iya, aku juga tidur kok... Kamu dipojok, biar aku aja yang dipinggir ka”ucap Changmin lagi dan Younghoon pun mengangguk setuju.

“Sini!!!“ucap Younghoon menepuk sisa space di kasur changmin. Lelaki kecil tersebut menggaruk pelan leher bagian belakangnya sebelum terjatuh di tempat tidur karena Younghoon menariknya.

“Udah tidur! Jangan kebanyakan mikir”ucap Younghoon yang membawa Changmin dalam pelukannya agar Changmin tidak jatuh terjerembab ke lantai karena ukuran kasur Changmin yang kecil.

“Aku tuh mikirin kamu, ka! Bisa-bisa hampir tiga jam di belakang aku, terus aku gatau? Pasti tadi bosen nungguin aku ngelukis...”

Changmin bermonolog dalam hatinya sambil berusaha memejamkan matanya saat ia sudah berada di dalam pelukan Younghoon disebuah kasur kecil malam itu.

fin.


Changmin menghela nafasnya panjang sebelum menghembuskannya perlahan. Pesan yang dikirimkan oleh redaksi kampusnya, ia abaikan. Changmin bingung, karena ini pertama kalinya ia masuk redaksi pojok kampus diluar artikel mengenai beasiswa.

Changmin membaca pesan yang Younghoon kirimkan sejak semalam. Sebuah rasa bersalah menggerogoti hatinya. Changmin bingung kenapa ia menghindari Younghoon hari ini. Changmin sebenarnya hanya tidak ingin gosip yang menyebar di kampusnya itu semakin tidak terkendali.

Changmin sangat tau siapa Younghoon, tetapi Changmin tidak pernah tau bahwa dekat dengan Younghoon bisa menjadikannya bahan pembicaraan di kampus. Kedekatan mereka baru berjalan hampir sebulan dan berita yang beredar saati ini sudah sangat mengada-ada.

“Harusnya lo sadar diri Changmin, jangan sampe suka sama dia! Kalian ga punya hubungan apa-apa aja, udah bikin heboh kampus!”Changmin berbicara pada dirinya sendiri.

Changmin tidak dapat memungkiri bahwa semua perhatian Younghoon selama sebulan ke belakang, membuat hatinya sedikit menyimpan sebuah rasa yang berbeda. Younghoon baik, bahkan terlampau baik bagi Changmi. Younghoon anak orang kaya, tapi ia tidak pernah membanggakan kekayaan orang tuanya dan hal itu membuat Changmin nyaman di dekat Younghoon.

Sebuah ketukan di pintu apartemennya, membuat Changmin menoleh dan menatap pintu apartemennya lama. Changmin yang masih duduk di sofa sejak kembali dari kampus, akhirnya berjalan dan membukakan pintu untuk tamunya.

“Younghoon?“ucap Changmin terkejut, saat melihat Younghoon berdiri di depan pintu apartemennya.

Sejak Younghoon berdiri di depan pintu apartemennya, Changmin sadar bahwa ia tidak seharusnya menghindari Younghoon hari ini.


Changmin berjalan santai masuk ke dalam kelasnya. Pandangan beberapa orang ia abaikan, karena menurut Changmin hal itu adalah hal biasa. Beberapa orang yang jarang menyapa Changmin tiba-tiba menyapa Changmin pagi itu san lagi, Changmin menganggapnya biasa.

“Changmin!“Changmin menoleh dan tersenyum saat Younghoon memanggilnya tepat setelah mata kuliah pertamanya selesai.

“Mau makan dulu? Atau mau langsung nyiapin presentasi?“ucap Younghoon yang berjalan bersisian di sebelah Changmin.

“Langsung aja ya? Biar engga buru-buru pas dosen masuk”ucap Changmin dan Younghoon menyetujuinya.

Changmin dan Younghoon berjalan disepanjang koridor kampus sambil membicarakan materi presentasi yang akan mereka presentasikan setelah ini.

“Weits! Boss, traktirannya ditunggu ya!”

“Hoon, makan-makanlah!!”

“Bisalah di tempat biasa ya, Hoon? Gue tunggu undangannya nih!”

Younghoon tersenyum saat teman-temannya menyapanya sepanjang jalan tanpa memikirkan maksud perkataan teman-temannya tersebut.

“Aw!!“Changmin mengaduh saat sekumpulan mahasiswi secara sengaja menabrak bahunya. Changmin menoleh dan mengernyitkan keningnya saat tidak mendapat ucapan maaf sama sekali dari sekelompok mahasiswi tersebut.

“Udah ga usah, Hoon! Engga sengaja, mungkin?“ucap Changmin saat merasakan Younghoon ingin memanggil kumpulan mahasiswi tersebut.


Changmin dan Younghoon baru saja menyelesaikan presentasi mereka dan menunggu pertanyaan yang akan diajukan teman-temannya.

“Bagaimana? Tidak ada yang ingin bertanya?“ucap seorang dosen yang berdiri tidak jauh dari Changmin dan Younghoon.

Changmin dan Younghoon saling beradu tatap saat merasa tidak ada satupun mahasiswa dalam kelas tersebut yang memperhatikan mereka bahkan saat mereka presentasi. Beberapa diantara mereka sibuk berdiskusi sendiri dan berbisik satu sama lain.

“Jika tidak ada yang ingin ditanyakan, maka kami—“Younghoon baru aja akan menutup presentasi tersebut saat seorang mahasiswa akhirnya mengangkat tangannya dan bertanya.

“Maaf, mba dan mas sebelah pojok kanan bisa tolong perhatikan kedepan sebentar?“ucap Younghoon sedikit lebih tegas saat Changmin sedang menjawab pertanyaan mahasiswa sebelumnya.

Kelas yang dihadiri Changmin dan Younghoon serentak hening setelah ucapan Younghoon tersebut. Keadaan di dalam kelas kembali kondusif hingga kelas berakhir.

“Asik sekarang ada yang belain ya!”

Changmin menoleh dan menatap seorang mahasiswa dengan tatapan bingung.

“Yuk lah, Hoon! Traktir di kantin”

“Gue mau beresin ini dulu bareng Changmin. Lo pada duluan aja!”

“Berduaan mulu, nanti cepet bosen loh”

Lagi, Changmin terdiam karena ucapan beberapa mahasiswa tersebut. Tetapi Changmin akhirnya tetap memilih mengabaikan ucapan mahasiswa-mahasiswa tersebut.


Changmin hanya dapat diam disebelah Younghoon yang tengah fokus dengan jalanan yang cukup ramai dihadapannya. Kemarin, Changmin akhirnya menyetujui tawaran Younghoon untuk mengantarnya pulang kerumah untuk bertemu dengan Bunda.

“Tapi, kalo besok naik bis aja gimana?”

“Kalo gitu berarti gue engga nganterin dong tapi nemenin?”

Kemarin Changmin dan Younghoon sempat sedikit beradu pendapat tentang kendaraan yang hari ini akan mereka gunakan. Changmin bersikeras untuk mengendarai kendaraan umum, sedangkan Younghoon juga bersikera untuk menggunakan kendaraan pribadinya.

“Ah! Gue ngerti... Besok kita naik mobil aja, engga naik lambo kuning itu kok. Lo tenang aja ya?”

Changmin awalnya tenang mendengar alasan yang Younghoon berikan kemarin, tetapi saat Younghoon datang pagi ini, Changmin kembali tidak bisa tenang. Younghoon mengendarai range rover hitam miliknya yang Changmin yakin harganya juga tidak jauh dari lamborghini yang biasa Younghoon kendarai.

“Changmin, kok lo diem aja? Belum sarapan ya? Mau sarapan dulu ga?“pertanyaan Younghoon sukses membuat Changmin tersadar dari lamunannya.

“Hm... Tadi gue udah minum susu sama makan roti sih. Tapi kalo lo mau makan dulu engga apa-apa, gue temenin kok”ucap Changmin yang mencoba tenang. Younghoon pun mengangguk sejenak sebelum memutar kemudinya berbelok ke sebuah kafe yang menyediakan layakan drive thru.

“Mau minum engga? Atau beli roti lagi?“tanya Younghoon, tetapi Changmin hanya menggeleng dan menolak secara halus.

Changmin sesekali melirik kearah Younghoon yang sedang membacakan pesanannya dan berfikir, mengapa orang semenarik Younghoon bisa dengan santainya menawarkan diri untuk mengantar Changmin pulang. Changmin bahkan tidak pernah bermimpi dapat kenal dengan anak salah satu pengucur dana untuk dana beasiswanya.

“Nih pegang, siapa tau nanti lo haus atau laper”ucap Younghoon yang menyerahkan bungkusan coklat berisikan kue serta satu cup jus yang berhasil membuat Changmin membasahi bibirnya.

“Lo biasanya pulang berapa minggu sekali?“tanya Younghoon yang kembali fokus ke jalanan di hadapannya sambil sesekali menyesap kopi yang sebelumnya ia beli.

“Sebenernya tergantung, tapi paling cepet tiga bulan sekali. Soalnya semakin sering pulang, semakin sering juga kangen bunda”ucap Changmin menjelaskan.

“Sorry mau tanya, lo anak tunggal? Atau punya saudara?“tanya Younghoon lagi.

Terimakasih kepada Younghoon dan pertanyaannya, perjalanan mereka pagi itu dapat diisi dengan cerita-cerita singkat keduanya. Dimana Changmin menceritakan tentang keluarganya dan kakak perempuannya yang sudah berkeluarga serta Younghoon yang menceritakan bahwa kehidupan ia lebih bebas dibanding kehidupan sepupu, Choi Chanhee.

“Chanhee dari kecil jarang punya temen, makanya gue sering nemenin dia. Bokapnya lebih strict dibanding bokap gue. Makanya gue bisa ngelakuin apapun yang gue mau selama belum melenceng dari norma, kalo Chanhee tuh apa-apa harus sesuai dengan apa yang bokapnya mau”ucap Younghoon menjelaskan dan Changmin pun mengangguk mengerti.

“Terus kok kemarin, lo bisa bareng Chanhee? Dia beneran engga cerita apapun kan?“tanya Younghoon penasaran.

“Gue sama Chanhee itu sekelas di beberapa mata kuliah, sama kok kayak kita berdua. Terus kebetulan kemarin dia nyamperin gue nanyain tugas kelompok, soalnya teman sekelompoknya cuma bagi tugas tanpa ngasih penjelasan lebih lanjut gitu”ucap Changmin menjelaskan.

“Dia engga ngomong macem-macem kan?“pertanyaan Younghoon membuat Changmin menatap Younghoon bingung.

“Engga kok, dia cuma nanya tugas aja. Gitu doang?“ucap Changmin tersenyum dan Younghoon pun dapat bernafas lega.

“Eh gue nganterin lo gini, engga ada yang marah kan? Biasanya lo pulang dianter siapa?“pertanyaan Younghoon kali ini adalah pertanyaan yang sengaja ia lontarkan untuk mengethaui apakah Changmin memiliki pacar atau tidak.

“Yang marah? Ada”ucapan Changmin itu berhasil membuat Younghoon menegakkan badannya dan menarik nafas panjang.

“Paling Ayah habis ini marahin gue, soalnya balik sebelum waktunya. Ayah tuh suka sebel kalo gue keseringan pulang, soalnya katanya kalo gue balik ke kampus pasti bunda nangis. Jadi, kata ayah mendingan gue jangan keseringan balik”ucapan Changmin membuat Younghoon tertawa. Sebuah tawa yang mengisyaratkan sebuah kelegaan.


Setidaknya butuh satu jam lebih tiga puluh menit hingga mobil Younghoon berhenti disebuah pekarangan rumah sederhana. Seorang wanita yang menggunakan terusa, sudah berdiri di depan rumah dengan senyum terbaiknya.

“Itu bunda, tadi gue udah ngabarin pas udah deket”ucap Changmin tersenyum cerah. Bahkan senyum yang lebih cerah dari yang biasa Younghoon lihat selama ini.

“Ayok turun!“ucap Changmin dan Younghoon-pun mengangguk.

“Adek, gimana? Kenapa kemarin bisa demam?“tanya bunda Changmin yang membuat Changmin mengerucutkan bibirnya.

“Eh, ini pasti Younghoon kan? Makasih ya, kemarin Adek bilang katanya mamanya temennya buatin dia bubur pas sakit”ucap bunda Changmin menyapa Younghoon.

“Iya tante, sama-sama. Oh iya, dapet salam dari mami ya tante...“ucap Younghoon sopan.

“Panggil bunda aja ya? Temen-temen adek biasa panggil bunda juga kok”ucap bunda Changmin lagi.

“Bunda... Changmin ya, bunda! Bukan adek...“ucap Changmin menatap bundanya tajam.

“Iya, Changmin iya....“ucap bundanya sambil mengusak puncak kepala Changmin.

“Masuk dulu yuk? Belum waktunya makan siang, jadi kita makan kue dulu. Tadi bunda bikin kue brownies kesukaan adek”ucap bunda Changmin ramah.

“Bunda.....“ucap Changmin mengkoreksi panggilan sang bunda untuk dirinya.

Younghoon yang melihat interaksi Changmin dan ibundanya itu hanya dapat tersenyum.

“Adek.... Lucu sih, cocok sama dia”ucap Younghoon dalam hati.


Changmin adalah tipikal mahasiswa biasa penerima beasiswa. Orang mengenalnya pun sebagai mahasiswa penerima beasiswa, bahkan tidak jarang orang-orang memanfaatkannya saat dosen memberikan tugas kelompok.

Berbeda dengan Changmin, Younghoon adalah mahasiswa terkenal dikampusnya. Semua orang kenal dan tau Younghoon bahkan tau siapa orang tua Younghoon. Beberapa orang mengenal Younghoon hanya demi mendompleng nama Younghoon dan Younghoon sudah terlalu biasa dengan hal itu.

Dua minggu berteman dengan Younghoon, membuat hidup Changmin berubah. Tidak terlalu banyak, tetapi perubahan tersebut terkadang cukup membuat Changmin lelah. Lelah karena harus menjadi pusat perhatian orang-orang ketika ia bersama Younghoon.

Jujur, Changmin awalnya sedikit hilang harapan saat dosen memasangkannya dengan Younghoon dalam satu kelompok untuk satu semester ke depan. Tetapi, lambat laun harapan muncul karena Younghoon tidaklah seperti apa yang ia fikirkan sebelumnya.

Younghoon bukanlah anak orang kaya yang suka memanfaatkan posisi orang tuanya. Younghoon tetap menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa tanpa meminta sedikitpun keringana. Younghoon mengerjakan semua tugas yang diberikan kepadanya, bahkan Younghoon tidak pernah terlambat masuk ke dalam kelas.

“Jadi, tugas kita buat minggu depan udah selesai kan?“tanya Younghoon bersemangat dam Changmin mengangguk antusias.

“Habis ini mau kemana? Makan dulu dikantin?“tanya Younghoon kepada Changmin dan lelaki mungil tersebut menggeleng.

“Kayanya gue beli makan diluar aja deh, bosen sama makanan kantin”ucap Changmin tersenyum.

“Gue ikut, ya?“ucapan Younghoon membuat Changmin berfikir sejenak.

“Engga kok! Hari ini gue naik motor, engga bawa mobip yang ngejreng itu”ucap Younghoon meyakinkan dan Changmin pun mengizinkan Younghoon untuk makan bersamanya.

Dulu, Changmin akan sangat canggung jika berdua dengan Younghoon. Beberapa kali mengerjakan tugas bersama bahkan diantar pulang oleh Younghoon, baru bisa membuat Changmin sedikit lebih nyaman jika berdua bersama Younghoon.

“Hari ini, gue yang traktir ya?“ucap Changmin.

“Lo ulang tahun? Kok traktir gue?“tanya Younghoon bingung dan Changmin tertawa.

“Berarti kemarin lo ulang tahun dong? Terus kemarin lusa juga? Minggu lalu?“pertanyaan Changmin membuat Younghoon tertawa.

“Ah oke! Hari ini lo traktir makan, setelahnya gue traktir es krim. Gimana?“Changmin tersenyum dan mengangguk setelahnya.


Changmin mengedarkan pandangnya ke penjuru kantin untuk mencari Younghoon. Beberapa menit lalu, Younghoon mengabarkan bahwa ia sudah tiba di kantin.

“Sorry! Changmin kan?“Changmin sedikit berjengkit, kala seseorang yang jauh lebih tinggi darinya itu muncul dibelakangnya.

“Gue duduk disana. Tadi gue udah ngelambaiin tangan, tapi kayanya lo ga liat. Makanya gue samperin”ucap Younghoon menjelaskan dan Changmin mengangguk mengerti.

Changmin pun berjalan bersisian disamping Younghoon ke tempat yang telah ditempati Younghoon terlebih dahulu. Jujur, Changmin sedikit risih dengan tatapan orang-orang kepadanya karena berjalan bersama Younghoon dikantin.

“Kenapa? Engga nyaman dikantin? Lo mau di perpustakaan aja?“tanya Younghoon saat melihat gelagat Changmin yang kurang nyaman.

Changmin terdiam beberapa saat dan pandangannya terhenti pada sebuah piring makanan yang masih tersisa setengah. Changmin berpikir itu adalah milik Younghoon yang belum sempat ia habiskan.

“Eh? Gausah! Disini aja, lo lagi makan kan belum habis tuh. Tapi engga apa-apa gue jelasin pas lo lagi makan?“tanya Changmin menimbang-nimbang.

“Lo engga makan juga? Baru selesai kelas kan? Makan dulu aja!“ucap Younghoon lagi dan Changmin pun akhirnya menyetujuinya.

Changmin dan Younghoon makan dalam diam, walau sesekali Younghoon mencoba mencairkan suasana dengan menanyakan kepada Changmin mengenai tugas yang diberikan dosen kepada mereka.

Changmin tau siapa Younghoon. Lelaki bermarga Kim itu bukanlah mahasiswa sembarangan dan karena itulah, Changmim merutuki dosen mata kuliah yang memasangkannya dengan Younghoon untuk satu semester ke depan.

“Jadi, udah lo kerjain setengah? Sisa bagian gue dong?“tanya Younghoon setelah dirinya dan Changmin menyelesaikan santap siang mereka.

“Hm... Tapi kalo lo rasa bagian lo masih kebanyakan, ga apa-apa kok! Nanti gue lanjutin lagi aja”ucap Changmin santai.

“Engga usah! Ini yang lo kerjain udah lebih dari setengah, berarti sisanya kerjaan gue”ucap Younghoon bersikeras.

“Kenapa? Lo engga percaya sama kerjaan gue ya? Setelah gue kerjain, lo boleh kok periksa kerjaan gue. Kalo perlu gue revisi, pasti gue revisi”ucap Younghoon menjelaskan saat ia melihat tatapan Changmin yang penuh pertanyaan.

“Engga kok! Gue percaya kok...“ucap Changmin pelan.

“Ah! Lo pasti aneh, kenapa gue mau ngerjain tugas ya? Lo pasti mikir, gue tetep bakal lulus mata kuliah apapun walaupun engga pernah ngerjain tugas? Karena bokap gue?“tanya Younghoon menebak.

Perubahan raut wajah Changmin membuat Younghoon tertawa. Kabar burung seperti itu sudah sering Younghoon dengar dan Younghoon tidak pernah mempermasalahkannya. Jika Younghoon tidak merasa seperti yang orang-orang katakan, mengapa ia harus marah? Itu hanya membuang-buang waktunya saja.

“Yaudah engga apa-apa kalo lo mau percaya omongan orang-orang! Tapi gue engga kayak gitu kok”ucap Younghoon santai.

“Buku literaturnya boleh gue pinjem?“tanya Younghoon, tetapi Changmin hanya diam menatap Younghoon.

“Changmin? Ini boleh gue bawa engga?“tanya Younghoon lagi dan Changmin pun mengangguk pelan.

“Gue balikin dua hari lagi ya? Nanti gue chat lo lagi! Semoga bagian gue udah kelar, jadi bisa sekalian lo periksa”ucap Younghoon lagi.

“Engga usah buru-buru, deadlinenya masih dua minggu lagi kok!“ucap Changmin dan Younghoon mengangguk.

“Lo aja ngerjain sehari bisa, masa gue dua hari engga bisa?“ucap Younghoon percaya diri yang membuat Changmin tersenyum.


Juyeon memperhatikan Hyunjae yang sedari tadi memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. Sesekali Hyunjae meraba dadanya sendiri yang membuat Juyeon mengernyitkan keningnya.

“Kamu ngapain sih, yang?“tanya Juyeon bingung.

“Kamu ngerasa engga sih, dada aku nih membesar?“ucap Hyunjae memutar badannya menatap Juyeon.

“Hah? Biasa aja kok! Emang kamu cewek yang dadanya bisa membesar?“ucap Juyeon tertawa setelahnya.

“Ih! Kan siapa tau gara-gara suka kamu pegang jadi membesar?“ucapan Hyunjae tersebut berhasip membuat Juyeon terbahak.

“Kok malah ketawa sih? Aku nih serius! Liat deh masa pake kaos keliatan gini dadanya? Bidang engga, gede iya!“ucap Hyunjae lagi merajuk.

“Sini coba aku liat”ucap Juyeon menarik tangan sang kekasih agar mendekat kearahnya.

“Mau ngapain?“Hyunjae mendelikan matanya saat Juyeon mencoba menarik kaos Hyunjae keatas.

“Mau meriksa? Katanya suruh ngeliatin?“tanya Juyeon bingung dan akhirnya Hyunjae pun pasrah.

“Nghh... Jangan diremes, bisa?“ucap Hyunjae yang mencoba menahan lenguhannya saat Juyeon meraba dadanya. Juyeon mencoba menahan tawanya saat mendengar Hyunjae menahan lenguhannya.

“Kamu tau engga yang bikin aku suka megang dada kamu?“pertanyaan Juyeon membuat Hyunjae berfikir keras.

“Soalnya kamu tuh langsung bereaksi kalo aku elus gitu, makanya aku seneng”ucap Juyeom tersenyum.

“Ck! Ini udah belum meriksanya?“ucap Hyunjae menatap tajam ke arah Juyeon masih asik mengelus dada Hyunjae.

“Kamu buka aja kaosnya, gimana? Kan mau tidur, gausah pake kaos”ucap Juyeon menggoda sang kekasih.

“Engga mau! Nanti gue masuk angin”ucap Hyunjae yang akhirnya melepaskan tangan Juyeon dari dadanya dan membuat kekasihnya menatapnya sayu.


“Nghhh....“Hyunjae melenguh dalam tidurnya saat merasakan seseorang mengusap dadanya.

“Ju, stop ah!“ucap Hyunjae saat tau siapa dalang dibalik usapannya tersebut.

“Kamu tidur lagi aja ya? Aku cuma mau usap doang, gabisa tidur soalnya”ucap Juyeon santai.

“Karena kamu usap-usap begini, aku malah gabisa tidur!“ucap Hyunjae menyentak tangan Juyeon pelan dan berbalik menatap sang kekasih.

“Buka kaosnya ya?“ucap Juyeon dengan memohon yang membuat Hyunjae kembali mendecak sebal.

“Udah tidur!“ucap Hyunjae sesaat setelah membuka kaosnya. Juyeon pun tersenyum dan merapatkan wajahnya ke dada sang kekasih.

“Anak bayi, mau tidur aja harus elus-elus”ucap Hyunjae tersenyum sambil mengusap pelan puncak kepala Juyeon.

“Kalo aku minta elus-elus yang lain boleh?“ucap Juyeon sambil menatap Hyunjae lagi.

“Lee Juyeon, please! Gue takut Ka Sangyeon bangun dan kita diomelin lagi. Udah tidur, jangan ngomong lagi”ucap Hyunjae emosi.

“Tapi ini bangun....“ucap Juyeon pelan.

“Yaudah makanya lo tidur, biar itu ikutan tidur”ucap Hyunjae lagi.

“Sayang, kamu tega?“ucap Juyeon memelas.


Satu jam kemudian, Hyunjae masih berada diantara kaki Juyeon yang sudah duduk dipinggir kasur. Hyunjae masih tidak memakai kaosnya yang beberapa waktu lalu ia buka karena keinginan Juyeon tersebut.

“Lama banget sih? Capek tau!“ucap Hyunjae melirik Juyeon tajam.

Juyeon yang semula sedang mengadah karena rasa nikmat itu pun harus membuka matanya dan menatap kekasihnya yang berada dibawahnya itu.

“Apa? Mau minta yang lain lagi?“ucap Hyunjae saat melihat tatapan Juyeon yang kembali dibuat memelas.

“Mending lo tidur dikamar sendiri lo aja deh, Lee Juyeon!“ucap Hyunjae berdiri dan hendak memakai kaosnya kembali.

“Yang.... Jangan dibuka pintunya”ucap Juyeon panik saat Hyunjae membuka pintu kamarnya. Juyeon menarik selimut di dekatnya untuk menutup tubuh bagian bawahnya yang polos.

“Tutup! Aku ke kamar mandi habis ini”ucap Juyeon dan Hyunjae pun menurut.

“Jangan balik ke kamar gue lagi!“ucap Hyunjae saat Juyeon berjalan pelan keluar kamarnya.

“Tega?“ucap Juyeon mencoba menahan pintu kamar yang hendak Hyunjae tutup.

“Tega!! Dibanding dada gue makin gede gara-gara lo elus-elus terus!!!“ucap Hyunjae mendorong pintu kamarnya dan menguncinya rapat.

fin


“Lain kali aja ya? Hari ini, aku udah ada yang jemput!”

Kamu menekan tombol kirim sebelum memasukan kembali ponselmu ke dalan tas yang sedari tadi berada dipangkuanmu. Menit selanjutnya, suara klakson membuatmu tersenyum dan berjalan menghampiri sebuah motor yang berhenti di depan rumahmu.

“Selamat pagi, princess!“Juyeon membuka kaca helm yang ia kenakan sembari tersenyum dan memberikanmu sebuah helm yang biasa kamu gunakan.

“Sesuai aplikasi ya, mba?“pertanyaan Juyeon membuatmu tertawa dan mengeratkan peganganmu pada ransel yang Juyeon kenakan.


“Maaf ya? Tiba-tiba kelas pagi ini jadi diundur sore”

“Iya, engga apa-apa Juyo! Aku bisa nebeng ke yang lain kok atau naik ojek online kan banyak hehe”

“Jangan ojek online! Kalo ga ada yang bisa nebengin, aku aja yang anter kamu sebelum kelas. Kabarin aku ya?”

“Hahaha iya santai ih! Kalo kamu nganterin aku, nanti kamu telat masuk kelas. Engga apa-apa kok, beneran!!!”

Kamu dapat mendengar helaan nafas Juyeon disebrang telfon. Kamu sangat hafal bahwa Juyeon sedang kecewa dengan dirinya sendiri karena tidak bisa mengantarmu pulang seperti biasanya.

“Ju? Dosenku udah dateng nih, nanti ketemu dikantin ya pas makan siang! Bye Juyeon!!!“ucapmu sebelum memutuskan sambungan telfon tersebut.

Saat jam istirahat, kamu melangkahkan kakimu ke kantin. Kamu juga sudah mengabarkan Juyeon. Jika Juyeon belum muncul di depan kelasmu, kamu yakin bahwa kelas Juyeon akan berakhir lebih lama dari biasanya.

“Juyeon! Disebelah sini”ucapmu melambaikan tanganmu saat melihat Juyeon dari kejauhan. Juyeon pun berjalan cepat menghampirimu sambil tersenyum.

“Ju, kenalin teman sekelas aku namanya Wonwoo. Dia ikut gabung ga apa-apa ya?“ucapmu tersenyum saat memperkenalkan seorang laki-laki yang duduk disebelahmu.

“Nu, ini temen yang tadi gue ceritain namanya Juyeon”ucapmu memperkenalkan Juyeon kepada Wonwoo dan Wonwoo mengangguk tersenyum ke arah Juyeon.

“Ju, nanti aku nebeng Wonwoo! Jadi kamu ga perlu khawatir mikirin aku pulang sama siapa ya”ucapmu santai dan Juyeon mengangguk.


Sore itu hujan turun cukup deras tepat sama kamu dan Juyeon baru saja akan pulang dari kampus. Kamu dan Juyeon sama-sama menatap hujan yang entah kapan akan berhentinya tersebut.

“Hey, belum pulang?“kamu menoleh dan mendapati Wonwoo sudah berdiri disebelahmu. Kamu menggeleng dan tanpa sengaja mengerucutkan bibirmu.

“Mau balik bareng gue aja?“tanya Wonwoo santai yang membuatmu melirik kearah Juyeon yang sedang menunduk memainkan genangan air di depan sepatunya.

“Hm... Aku balik bareng Juyeon aja deh, Nu! Nunggu hujan reda”ucapmu tersenyum dan jawabanmu diterima oleh Wonwoo.

“Yaudah gue duluan ya? Ju, duluan ya!“ucap Wonwoo sebelum melambaikan tangannya dan berlari kecil ke arah parkiran mobil.

“Ju, mau hujan-hujanan ga? Udah lama kita engga hujan-hujanan loh!“ucapmu memberikan ide yang membuat Juyeon menatapmu bingung, walaupun akhirnya Juyeon menerima usulanmu dan membuatnya terjangkit flu selama seminggu kedepan.

“Ju, sorry! Gara-gara aku nih, kamu jadi flu”hari itu kamu menjenguk Juyeon yang sudah dua hari tidak masuk kuliah karena sakit.

“Santai, kan aku juga mau? Kamu kesini sama siapa?“tanya Juyeon bingung.

“Dianter Wonwoo, ini aku mampir bentar sekalian mau ngerjain tugas”ucapmu santai dan Juyeon pun mengangguk mengerti.


To: Juyeon Ju, kamu hari ini udah mulai kuliah? Engga usah jemput aku ya! hehe Aku bareng Wonwoo Hari ini kita mau presentasi Jadi mau nyiapin presentasi dulu sebelum masuk Sampai ketemu nanti, Ju! Jangan ngebut loh

Entah sejak kapan, kamu juga tidak menyadari bahwa kamu semakin jarang pergi dan pulang bersama Juyeon. Kamu lebih sering bersama Wonwoo, terlebih kelasmu dan Wonwoo lebih banyak kesamaan dibanding dengan kelas Juyeon.

“Ju, dimana? Aku dikantin nih sama Wonwoo! Makan dikantin kan?”

“Aku langsung balik ya? Lupa ada tugas yang harus dikumpul dulu. Kamu pulang sama Wonwoo kan?”

“Yaaaah, masa udah mau pulang? Kita kan belum ketemu hari ini”

“Maaf, gabisa kalo hari ini. Besok deh ya? Tugasku banyak soalnya, udah ya? Jangan lupa makan yang banyak!!”

Kamu mengerucutkan bibirmu setelah mematikan sambungan telfon dari Juyeon tersebut yang menimbulkan pertanyaan dari Wonwoo yang duduk dihadapanmu.

“Kenapa? Juyeon ga bisa gabung? Kamu juga mau pulang aja?“tanya Wonwoo lembut dan kamu menggeleng menjawab pertanyaan Wonwoo.

“Makan es krim mau? Kemarin kan aku janji mau traktir kamu makan es krim kalo kita berhasil dapet A pas presentasi”ucapan Wonwoo akhirnya memunculkan senyum kecil dibibirmu dan kalian berdua memilih keluar kampus untuk mencari kedai es krim terdekat.

Saat sedang menikmati es keim dihadapanmu, Wonwoo tiba-tiba bertanya perihal hubunganmu dengan Juyeon entah dengan maksud apa. Kamu tidak langsung menjawab pertanyaan Wonwoo dan justru hanya menatap Wonwoo bingung lalu tertawa.

“Juyeon? Temen aku! Sama kayak kamu, tapi bedanya kalo sama Juyeon tuh udah kenal dari awal masuk SMA. Kalo sama kamu kan baru dari awal semester ini”jawabmu santai.

“Kalo aku minta kita lebih dari temen gimana?“pertanyaan Wonwoo itu sukses membuatmu tersedak. Wonwoo pun memberikan sebuah botol air mineral untuk meredakan batukmu.

“Kamu nembak aku? Kamu suka sama aku? Dari kapan?“kamu memberikan Wonwoo banyak pertanyaan hingga ia tertawa.

“Emang ga keliatan ya? Aku suka nawarin kamu berangkat sama pulang bareng, walaupun selalu kamu tolak soalnya kamu selalu milih pulang bareng Juyeon. Aku bersyukur kita satu kelompok presentasi kemarin, jadi aku lebih leluasa kalo mau ajak kamu berangkat atau pulang bareng dengan alasan tugas”ucap Wonwoo menjelaskan.

“Ah satu lagi! Selamat ulang tahun?“kamu menatap Wonwoo tidak percaya. Lelaki dihadapanmu memberikan paper bag dengan pita berwarna merah muda. Wonwoo tau hari itu ulang tahunmu.

“Aku ngasih kado ini bukan sebagai sogokan, ya? Kamu tetep boleh ambil hadiah ini walaupun kamu mau nolak aku”ucap Wonwoo menambahkan dan kamu hanya dapat terdiam.


Kamu melangkahkan kakimu santai masuk ke dalam perkaranganmu. Karena terlalu asik melihat paper bag yang kamu jinjing, kamu sampai tidak menyadari bahwa Juyeon sudah berdiri di depan rumahmu.

“Hei, Happy birthday!!“kamu terdiam dan mematung di tempat. Juyeon dengan senyum kecilnya membawa sebuah kue ulang tahun dengan lilin yang telah siap ditiup. Bahkan ada beberapa balon disekitarnya, sebagai dekorasi tambahan malam itu.

“Maaf ya, aku tadi nolak makan bareng dikantin. Soalnya aku harus nyiapin ini semua”ucap Juyeon berjalan menghampirimu.

“Selamat ulang tahun, princess! Aku sayang kamu”kalimat terakhir yang Juyeon ucapkan lagi-lagi membuatmu tidak percaya. Kamu menatap Juyeon dengan tatapan sedih hingga membuat Juyeon bertanya.

“Hei, kenapa? Aku telat ya? Maaf...“ucap Juyeon lembut. Juyeon mengangkat dagumu agar menatapnya dan saat itulah tangismu pecah.

“Wonwoo ya?“tanya Juyeon lagi dan kamu mengangguk. Kamu mengigit bibirmu kuat-kuat untuk menahan tangismu hingga Juyeon menarikmu ke dalam dekapannya.

Juyeon memelukmu dengan sebelah tangannya dan mengusap punggungmu untuk menenangkan. Kamu menangis sejadi-jadinya di pundak Juyeon malam itu.

“Wonwoo orang baik kok, keliatan banget kalo dia sayang banget sama kamu”ucap Juyeon masih menenangkan.

“Udahan ya nangisnya? Nih lilinya ditiup dulu sebelum mati dan jangan lupa make a wish“ucap Juyeon lagi sambil melepaskan pelukannya.

Juyeon bersorak gembira setelah kamu meniup lilin tersebut. Ia bahkan menghapus jejak air mata yang masiu membasahi pipimu. Juyeon berbalik dan meletakan kue diatas meja yang berada di teras rumahmu.

“Ini hadiah dari aku! Aku langsung pamit pulang ya?“ucap Juyeon tersenyum kecil. Kamu menarik ujung kemeja yang Juyeon kenakan, menahan langkah Juyeon untuk pergi dari rumahmu.

“Ju, please.... Stay?“ucapmu yang kembali terisak. Kamu dapat dengan jelas mendengar tarikan nafas Juyeon sebelum ia melepaskan tanganmu di kemejanya.

“Besok kita ketemu di kampus ya? Sekali lagi selamat ulang tahun!!“Juyeon mengusak rambutmu sebelum benar-benar pergi dari rumahmu.

Kakimu lemas seketika. Sebuah buket bunga dan kotak hadiah pemberian Juyeon masih berada dalam dekapanmu. Kamu berjongkok dan menangis sejadi-jadinya malam itu. Hari ulang tahumu, tidak akan pernah sama lagi semenjak hari itu. Perilaku Juyeon terhadapmu, tidak akan pernah pernah sehangat dulu lagi.

fin


“Jae, pinjem motor dong?“Hyunjae menoleh saat Younghoon muncul dari luar ruang BEM. Butuh setidaknya lima detik untuk Hyunjae akhirnya menyadari permintaan Younghoon tersebut.

“Nih! Nanti balikin ke kosan gue aja ya?“ucap Hyunjae santai.

“Lah lo baliknya?“tanya Younghoon bingung.

“Ah iya oke!“ucap Younghoon sedetik kemudian tepat sebelum Hyunjae menjawab pertanyaannya.

“Jangan ngapa-ngapain lo, kena grebek Bang Sangyeon baru tau rasa!“ucap Younghoon sambil lalu.

Hyunjae melirik kearah Juyeon yang sedari tadi duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.

“Tuh denger kata Younghoon, ga boleh ngapa-ngapain! Nanti di grebek Bang Sangyeon”ucap Hyunjae yang kembali mendudukan dirinya disebelah Juyeon dan menyamankan posisinya seperti sediakala, yaitu bersandar di bahu Juyeon yang sedari tadi asik dengan ponselnya.

“Kamu sendiri loh ini yang bikin kita bisa di grebek Bang Sangyeon?“ucap Juyeon melirik wajah Hyunjae yang jaraknya hanya beberapa sentimeter dari wajahnya.

“Ya lagian aku dicuekin dari tadi? Kamu dari tadi sibuk banget sama handphone”ucap Hyunjae merajuk dan menjauh dari Juyeon, memberi jarak antara dirinya dan Juyeon di sofa tersebut.

“Sebentar lagi ini, yanggg. Engga sampe lima belas menit”ucap Juyeon melirik sejenak ke arah Hyunjae sebelum membaringkan kepalanya diatas paha Hyunjae yang masih merajuk.

Hyunjae menarik nafasnya panjang sebelum meletakan tangannya di rambut Juyeon dan mengusapnya lembut. Hal yang Hyunjae lakukan, sukses membuat Juyeon mengabaikan ponselnya dan menatap Hyunjae sambil sesekali tersenyum.

“Ju, gue.... Eh? Sorry! Pintunya engga ditutup soalnya”Juyeon dan Hyunjae yang kaget segera mengubah posisi mereka hingga menyebabkan kepala Juyeon terbentur pipi Hyunjae.

“Aduhhh....“ucap Hyunjae meringis.

“Jae, sorry.... Sorry, ga sengaja”ucap Juyeon panik sambil mengusap pipi Hyunjae dan tetap mengabaikan Sangyeon yang masih berdiri di depan pintu.

Hyunjae mengedipkan matanya beberapa kali kearah Juyeon dan melirik ke arah Sangyeon yang masih mematung, membuat Juyeon mengalihkan padangannya ke arah Sangyeon.

“Eh iya bang, butuh apa?“ucap Juyeon mencoba menjawab dengan santai.


“Juyeon sama Hyunjae mana ya? Mereka tau kan kalo rapat mulai jam 3 sore?“tanya Sangyeon bingung.

“Tau kok, bang! Tadi pagi gue ketemu Juyeon, udah ngabarin juga. Dia bilang mau balik dulu, soalnya cuma ada kelas pagi”ucap Younghoon menjelaskan.

“Kalo Hyunjae?“tanya Sangyeon kepada teman-teman lainnya.

“Hyunjae sih setau gue hari ini engga ada kelas, tiap hari rabu tuh dia libur”ucap Jacob mencoba mengingat jadwal kuliah Hyunjae untuk hari itu.

GUBRAK

Semua anggota BEM serempak menoleh saat bunyi hantaman keras menabrak pintu BEM yang terbuka, disana ada Hyunjae yang tersungkur dilantai karena berlari terburu dan mengakibatkan ia terjatuh.

“Jae, engga apa-apa?“Dibelakang Hyunjae muncul Juyeon dengan nafas terengah, mencoba membantu Hyunjae bangun dan kembali berdiri.

Seluruh anggota BEM diruangan tersebut menahan senyumnya dan memilih mengalihkan padangan mereka dari Hyunjae dan Juyeon yang masih berada di depan ruang BEM.

“Ketiduran ya lo, Ju? Berantakan amat!“ucap Chanhee menatap Juyeon yang baru saja akan duduk sambil merapihkan rambutnya.

“Baju lo tuh lecek banget!“ucap Changmin yang berbisik setelahnya, membuat Juyeon mengibaskan kemeja flanel yang ia gunakan untuk mengurangi lipatan yang tidak beraturan tersebut.

“Habis ngapain lo sama Juyeon? Baju lo berdua sama leceknya!!“Hyunjae menatap Younghoon tajam saat temannya berbisik dan bertanya hal yang membuat Hyunjae terkejut.

“Udah lengkap kan? Kita mulai rapatnya aja ya”ucap Sangyeon yang kemudian membuka rapat hari itu.


“Jae, nitip ya punya cowok lo”Hyunjae mengeryitkan keningnya heran saat Changmin memberinya sebuah buku catatan.

“Hah? Cowok gue, siapa?“ucap Hyunjae bingung.

“Juyeon lah! Masa Bang Sangyeon? Itu sih cowoknya Chanhee! Titip ya, please? Gue udah ditungguin Younghoon, bye!!!“Changmin pun pergi menjauh dari Hyunjae yang masih terlihat bingung.

“Jae, cowok lo mana? Katanya dia mau nanya sesuatu sama gue?“tanya Sangyeon yang menempatkan dirinya duduk di hadapan Hyunjae dikantin siang itu.

“Siapa sih bang cowok gue?“tanya Hyunjae bingung.

“Ya, Juyeon? Siapa lagi deh?“ucap Sangyeom tertawa setelahnya.

“Siapa sih yang nyebar gosip gue jadia sama Juyeon, bang? Tadi Changmin juga bilang kalo Juyeon cowok gue”ucap Hyunjae menghela nafas.

“Lo beneran nanya begitu karena engga tau atau cuma mau ngetest gue aja nih?“tanya Sangyeon lagi.

“Gue... Beneran nanya?“ucap Hyunjae lagi.

“Sebentar, gue jawab sebentar lagi”ucap Sangyeon sambil menatap seseorang yang berjalan mendekati meja mereka berdua.

“Nih jus mangga kamu”ucap Juyeon meletakan satu gelas jus mangga di hadapan Hyunjae.

“Jelas kan? Jelas banget malah! Gue sama anak-anak lain malah bingung kalo kalian engga ngaku pacaran”ucap Sangyeon tertawa renyah.

Hyunjae menghela nafasnya berat sebelum menyembunyikan wajahnya dilipatan tangannya. Sedangkan Juyeon yang baru bergabung itu menatap Sangyeon dan Hyunjae bingung.

“Kenapa deh, bang?“tanya Juyeon bingung.

“Tanya aja cowok lo tuh kenapa tiba-tiba nunduk! haha”ucap Sangyeon dengan nada meledek.

Juyeon diam, ia akhirnya mengerti mengapa Hyunjae tiba-tiba menyembunyikan wajahnya. Juyeon pun mengusap punggung Hyunjae pelan yang semakin membuat wajah Hyunjae yang tersembunyi itu memerah.

“Aku mau pulang.... Cepetan!!“ucap Hyunjae berbisik.

“Hahaha balik aja, Ju. Cowok lo masih kaget tuh”ucap Sangyeon yang masih tertawa. Hyunjae akhirnya kembali mengangkat wajahnya dan menatap Sangyeon tajam.

“Jangan lupa traktiran buat anak BEM! Anak-anak udah pada tau semua tuh haha”ucap Sangyeon setengah berteriak saat Hyunjae dan Juyeon berjalan menjauhinya.

“Ya kali ah siapa yang gatau! Jelas banget gerak-gerik lo berdua tuh”Sangyeon masih bermonolog sambil menggelengkan wajahnya hingga Juyeon dan Hyunjae sudah tidak terlihat lagi dihadapannya.

fin

Chanhee tidak henti-hentinya tersenyum melihat Sangyeon yang telah duduk di sofa ruang tamunya. Sangyeon datang satu jam lebih cepat dari undangan yang diberikan dan hal itu membuat Chanhee senang bukan kepalang.

“Kamu potong rambut ya, mas?“tanya Chanhee memperhatikan Sangyeon lekat.

“Wah papi lebih istimewa dong dari aku? Buktinya kamu sampe potong rambut buat ketemu papi!“ucap Chanhee dengan nada merajuk.

“Karena mas ga mungkin dateng dengan rambut berantakan pake hoodie kayak pas di flat kan?“ucap Sangyeon tersenyum.

“Ini yang namanya Pak Sangyeon ya, perkenalkan saya maminya Chanhee”Chanhee merubah posisi duduknya sedikit berjauhan dari Sangyeon ketika maminya datang ditengah-tengah mereka.

“Minum dulu minumnya, bukan buatan Chanhee kok jadi dijamin enak”ujar mami Chanhee santai.

“Mami! Ini tuh aku yang buat, diajarin sama Bibi Jung”protes Chanhee yang membuat Sangyeon kembali tersenyum.

“Sebenarnya mami udah tau kalo Chanhee udah punya pacar. Dia jadi lebih sering bangun pagi, kuliahnya juga lancar dan engga semanja dulu”ucap mami Chanhee memulai ceritanya.

“Chanhee ini anak tunggal, teman mainnya cuma Younghoon itu sepupunya sendiri. Dari dulu suka diajak papinya dateng ke acara perusahaan, jarang punya teman sebaya”mami Chanhee menjelaskan dan Sangyeon mengangguk mengerti.

Sebenarnya, Sangyeon sudah hafal diluat kepala kisah mengenai Chanhee dan masa kecilnya. Bahkan Sangyeon juga tau bagaimana sosok Chanhee yang manja, lambat laun berubah ketika bersamanya.

Chanhee bisa mengendarai kendaraan umum saat bersama Sangyeon. Chanhee bisa memasak mie instan sendiri jika sedang menunggu Sangyeon di flat sederhananya, bahkan Chanhee juga bisa berbelanja bulanan jika persediaan di flat Sangyeon mulai menipis.

“Gimana? Chanhee manja ya? Maaf ya, kalo dia terlalu manja. Soalnya apa-apa selalu disediain dan dilengkapi dari kecil”ucap mami Chanhee lagi.

“Engga apa-apa kok, Nyonya...”

“Mami! Panggil mami, kayak Chanhee manggil saya”ucapan Sangyeon terputus kala nama ganti orang yang ia lontarkan diperbaiki oleh mami Chanhee.

“Iya, ma-mi...“ucap Sangyeon terbata.

Percakapan Sangyeon dan mami Chanhee terhenti ketika papi Chanhee datang dan memasuki rumah mewah milik keluarga Choi tersebut.

“Keruang makan duluan ya? Papi pasti mau ganti baju dulu. Diajak Sangyeonnya sekalian”

Chanhee mengangguk dan menarik pelan lengab Sangyeon serta membawanya ke ruang makan utama. Berbagai jeni hidangan mewah, sudah tertawa di meja makan. Sangyeon tidak mengerti apakah hal ini lumrah di kalangan orang kaya atau tidak.


Detingan sendok, garpu serta piring memenuhi ruang makan tersebut. Tidak ada senda gurau seperti biasanya. Suasana hangat pun tidak dapat dijumpai siang itu.

“Jadi, Pak Sangyeon sudah tau mau melanjutkan kuliah dimana?“pertanyaan tiba-tiba dari Tuan Choi membuat Sangyeon tersedak. Chanhee dengan sigap memberikan air mineral kepada Sangyeon.

“Papi! Mas Sangyeon kan masih makan? Nanyanya bisa nanti aja kan?“ucap Chanhee malas. Sangyeon mengusap punggung tangan Chanhee lembut dan mencoba menenangkan sang kekasih.

“Untuk saat ini saya belum memikirkan untuk melanjutkan kuliah lagi, tuan...“ucap Sangyeon pelan.

“Kamu sudah panggil istri saya dengan sebutan Mami, tapi kenapa panggil saya masih dengan panggilan Tuan?“ucap Tuan Choi dengan tatapan tajam dan berhasil membuat Sangyeon terdiam.

Suasana di ruang makan tersebut kembali hening setelah pertanyaan yang dilontarkan Tuan Choi terakhir kali. Bahkan Sangyeon tidak dapat melanjutkan makan siang karena pertanyaan papi Chanhee tersebut.

“Sebelumnya, saya minta maaf atas kejadian di London beberapa waktu lalu. Kamu pasti tau, setiap orang tua akan melakukan dan memberikan yang terbaik untuk anaknya, bukan?“Sangyeon mengangguk menyetujui ucapan Tuan Choi tersebut.

“Chanhee tidak pernah memberitahu saya jika dia memiliki kekasih. Itu juga menjadi penyebabnya, mengapa saya beberapa kali ingin menjodohkannya dengan anak kolega saya”ucapan Tuan Choi membuat Chanhee melirik kearah Sangyeon.

“Saya sangat hafal siapa anda Pak Sangyeon. Anda merupakan salah satu guru terbaik di sekolah tersebut dan waktu itu, saya hanya berfikir bahwa Chanhee dekat dengan anda karena Chanhee mulai tertarik dengan perusaahn keluarga. Tetapi ternyata tidak, Chanhee lebih tertarik dengan anda dibanding perusahaan keluarga”Tuan Choi tertawa renyah diakhir kalimatnya yang sukses membuat wajah Chanhee merah padam.

“Setelah makan siang, apa anda sudah ada janji bertemu dengan orang lain? Jika belum, saya ingin mengajak Pak Sangyeon untuk berbicara berdua”tanya Tuan Choi.

“Tidak, Papi tidak izinkan Chanhee untuk ikut bergabung”sambung Tuan Choi lagi saat Chanhee baru saja akan melemparkan kata protesnya.

“Engga, Chanhee... Mas, kesayangan kamu ini engga akan papi apa-apakan. Papi janji...“ucapan Tuan Choi sedikit dapat membuat Chanhee bernafas lega.