semestakapila

Sangyeon menarik nafas panjang sesaat setelah mengirimkan pesan kepada kekasihnya, Chanhee. Kekasih yang bahkan dalam seminggu kebelakang tidak ia ketahui kabarnya jika tidak melalui Kim Younghoon.

Senyum Sangyeon merekah saat tidak sengaja melihat postingan terakhir Chanhee. Foto yang entah diambil kapan itu baru saja diunggah Chanhee dengan caption memberikan semangat. Senyum Sangyeon yang kelewat sumringah membuat beberapa teman sejawatnya menatap Sangyeon bingung.

“Habis dapat ucapan semangat dari pacarnya ya, pak?“ucap salah satu guru disana.

Sangyeon hanya tersenyum dan engga menanggapi pertanyaan rekannya tersebut. Setengah jam sebelum presentasi dimulai, Sangyeon memilih kembali melihat materi yang akan ia sampaikan serta menata kembali penampilannya, karena bagaimanapun presentasi hari itu menetukan hal yang berkaitan dengan tempatnya mengajar saat ini.


Chanhee melempar ponselnya asal ke atas sofa sebelum berlari kecil ke kamar mandi. Sepuluh menit, rekor tercepat Chanhee berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya pagi itu.

Chanhee menghentakan kakinya gelisah saat mencoba mencari baju di dalam lemarinya yang super besar. Berkat bantuan bibi Jung, Chanhee berhasil menetapkan pilihannya pada sebuah setelan yang kini telah ia gunakan.

“Papi sudah berangkat tuan muda, bagaimana?“ucap bibi Jung bingung.

“Engga apa-apa! Aku naik taksi aja ya? Tapi jangan bilang papi mami, oke?“ucap Chanhee cepat sebelum kembali berlari ke depan rumahnya.

Chanhee terus menggerakan kakinya gelisah, membuat dirinya beberapa kali mendapat pertanyaan dari sang supir taksi. Hari pertama sekolah setelah liburan memang selalu menjadi momok menakutkan bagi semua orang karena jalanan akan kembali padat dari biasanya.

“Masih jauh ya pak?“tanya Chanhee gelisah.

“Seharusnya lima belas menit lagi, mas. Tapi kalo diliat dari ramainya, bisa setengah jam atau bahkan empat puluh lima menit”jawaban sang supir membuat Chanhee menhela nafas berat.

“Saya turun disini aja ya, pak. Ini ongkosnya, kembaliannya bapak ambil aja! Terimakasih pak”ucap Chanhee sebelum keluar dari taksi dan kembali berlari kecil.


“Ka chanhee!!!“Chanhee menoleh dan mendapati Subin berlari kearahnya dan berusaha memeluknya.

“Kenapa Subin diluar? Emang engga ada pelajaran, hm?“tanya Chanhee bingung dan Subin menggeleng.

“Guru-guru rapat, disana! Jadi kita main aja hehe”Chanhee mengusak pelan rambut Subin dan mengusap peluh yang menetes di pelipis sang anak.

“Ka chanhee mau ketemu Pak Sangyeon ya?“tanya Subin dan Chanhee mengangguk ragu.

Subin menarik Chanhee menuju sebuah ruang aula yang dipergunakan untuk rapat pagi itu dan benar saja, disana Sangyeon sedang berbicara yang entah mengapa membuat detak jantung Chanhee berdegup cepat.

“Kamu selalu keren ya, mas!”ucap Chanhee teramat pelan.

Chanhee masih berdiri di depan ruang tersebut, sedangkan Subin sudah kembali bermain bersama teman-temannya saat Sangyeon telah menyelesaikan presentasinya. Chanhee mencoba mengedarkan pandangnya dan menemukan sang papi yang duduk di barisan terdepan, selang beberapa orang dari tempat papi Chanhee duduk, terlihat Daniel yang entah mengapa bisa berada di aula tersebut juga.

Chanhee tidak tau persis tujuan presentasi dan rapat tersebut diadakan, tetapi ia cukup tau bahwa saat ini Sangyeon sedang berusaha menjawab beberapa pertanyaan dari anggota yayasan dan orang-orang yang berasal dari perusahaan sang papi. Nafas Chanhee tercekat saat melihat Daniel mengangkat tangannya dan mulai mengajukan pertanyaan.

Chanhee mengernyitkan keningnya saat mendengat pertanyaan yang diajukan Daniel. Entah mengapa, lelaki tersebut menanyakan kapabilitas Sangyeon sebagai guru disekolah tersebut serta pendidikan yang Sangyeon miliki. Chanhee tahu betul bahwa pertanyaan Daniel hanya bertujuan menjatuhkan harga diri Sangyeon di depan aula.

“Maaf interupsi...“semua orang menoleh saat Chanhee masuk ke dalam aula. Sangyeon terdiam ditempat dengan tatapan tidak percaya.

“Menurut saya, pertanyaan yang diajukan saudara Daniel tidak ada sangkut pautnya dengan presentasi yang disampaikan oleh pak guru Sangyeon pagi hari ini”ucap Chanhee tenang.

“Jika memang anda semua mempertanyakan kapabilitas pak sangyeon, bukankah seharusnya hal tersebut dipertanyakan sejak awal kepada kepala sekolah? Tidak mungkin kepala sekolah merekrut seorang guru yang tidak mempunyai kemampuan mumpuni, bukan?“ucap Chanhee lagi dengan percaya diri.

“Sedikit tambahan dari saya. Jika memang Tuan Choi ingin menjadikan sekolah ini lebih maju dibandingkan sekolah lain, menapa Tuan Choi tidak membiayai Pak Sangyeon bersekolah kembali? Hal itu membuat Pak Sangyeon terikat dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sekolah ini serta yayasan dan Tuan Choi dapat dengan mudah mengontrol Pak Sangyeon sesuai kemauan anda, bukan?“ucap Chanhee menatap tajam sang papi yang tepat berhadapan dengannya saat ini.

“Menurut saya, penjelasan yang disampailan Pak Sangyeon sudah memperlihatkan kapabilitas dirinya sebagai seorang guru. Bahkan jika saya boleh menyarankan, seharusnya Pak Sangyeon tidak lagi menjadi seorang guru honorer disekolah ini melainkan menjadi seorang guru tetap”ucap Chanhee menambahkan.

Chanhee tersenyum diakhir penjelasannya. Ia bahkan sempat menoleh dan tersenyum kepada Sangyeon yang masih berdiri di tempatnya. Pernyataan demi pernyataan yang Chanhee ucapkan sukses membuat anggota yayasan dari perusahaan orang tua Chanhee berbicara satu sama lain.

“Kami setuju dengan apa yang disampaikan oleh Tuan Muda Chanhee. Tetapi kami juga harus mempertimbangkan kembali terkait pendidikan Pak Sangyeon selanjutnya”ucap salah satu perwakilan yayasan.

Hari itu, rapat diakhiri dengan Sangyeon yang dapat tersenyum cerah serta Daniel yang hanya dapat menatap tajam kearah Sangyeon.


Chanhee mengernyitkan keningnya saat berhasil masuk ke dalam flat sederhana milik Sangyeon. Tidak ada satupun lampu menyala di dalam flat tersebut yang membuat Chanhee sempat terdiam ditempat.

Setelah tersadar dari lamunannya, Chanhee memutuskan masuk dan menyalakan lampu di dalam flat tersebut serta meletakan barang bawaannya. Seminggu sudah Chanhee dan Sangyeon tidak bertemu karena kesibukan Sangyeon.

Selama seminggu, baik Chanhee dan Sangyeon hanya bertukar pesan seadanya. Bahkan Chanhee harus rela menunggu Sangyeon membalas pesannya bahkan hingga lima jam pada waktu itu. Beberapa kali rasanya Chanhee ingin marah, tapi ia urungkan karena ia yakin, sesuatu yang sedang Sangyeon sedang kerjakan adalah sesuatu yang sangat penting.

Chanhee menggulirkan layar ponselnya sambil sesekali menikmati keripik kentang dalam pangkuannya. Setelah selesai menata meja makan, Chanhee memutuskan menunggu Sangyeon diruang tamu sambil bermain ponsel.

Guliran layar telfon pintar Chanhee berhenti ketika sebuah pesan ia terima. Chanhee beberapa kali harus mengerjapkan matanya, memperjelas hal yang saat itu sedang ia tatap dalam layar ponselnya. Keripik kentang yang semula berada dipangkuannya, jatuh ke lantai.

Chanhee menarik nafas panjang, mencoba menetralkan detak jantungnya. Sesekali ia menelfon sebuah nomer, walau hasilnya tetap sama, yaitu Chanhee hanya mendengar suara operator di seberang telefon.

Chanhee membuka sebuah chat room yang belum terbalas sejak pukul sembilan pagi. Fikiran positif Chanhee lambat laun berubah menjadi fikiran negatif. Helaan nafas Chanhee terdengar lebih berat dari sebelumnya.

“Hoon, Bisa jemput gue ga?”

“Hah? Lo dimana emang?”

“Ditempat Sangyeon. Please jemput gue sekarang!”

“Lo ngapain disana? Bukannya Sangyeon.....”

“Bukannya Sangyeon apa? Lo nyembunyiin sesuatu dari gue ya?”

“Gue jemput sekarang, lima belas menit lagi nyampe”

Chanhee melempar pelan ponselnya ke sofa. Pernyataan Younghoon yang terputus tadi semakin membuat fikiran negatif memenuhi otak Chanhee. Malam itu, kepercayaan Chanhee terhadap Sangyeon terkikis sedikit demi sedikit.

⚠️ mention about kiss

Sangyeon tersenyun kala sayup-sayup mendengar suara orang yang beberapa hari ini ia rindukan. Sangyeon mengabaikan rasa dingin yang sebelumnya ia rasakan hanya untuk menyambut sosoknya, sosok yang ia rindukan itu.

Sikal Sangyeon mungkin terlihat dingin, tetapi percayalah, untuk Chanhee semuanya berbeda. Sangyeon benar-benar mencintai lelaki yang berhasil mengubah hidupnya itu. Bukan dari segi materi, tetapi kedatangan Chanhee bisa membawa lebih banyak warna di kehidupan Sangyeon.

“Buruan! Lo kok lelet banget sih?“Sangyeon tersenyun tipis mendengar suara Younghoon dan ia dapat dengan jelas membayangkan bagaimana wajah Chanhee menanggapi ucapan Sangyeon tersebut.

“Mas? Mas sangyeon!!“Sangyeon terkejut karena detik berikutnya, tubuhnya di tabrak kencang oleh seseorang. Sangyeon berusaha menahan tubuh tersebut dan membawanya dalam sebuah dekapan hangat.

“Mas... Aku kangen....“Chanhee berucap pelan, tetapi tetap dapat di dengar oleh Sangyeon. Lelaki yang lebih tua itu mempererat dekapannya, membawa si lebih muda untuk tetap berada dalam pelukannya.

“Gue tinggal dulu ya! Nanti gue telfon lagi”ucapan Younghoon hanya berhasil ditanggapi oleh anggukan kecil Sangyeon karena dua orang yang saling merindu tersebut masih betah pada posisi mereka masing-masing.


Sangyeon menatap Chanhee sambil tersenyun. Lelaki yang lebih muda tersebut memainkan jari-jari sang kekasih, mengabaikan rasa dingin bahkan mengabaikan orang-orang disekitarnya.

“Kayanya kamu lebih kangen jari-jari aku ya dibanding sama yang punya jari?“Sangyeon tertawa pelan. Chanhee menghentakan jari Sangyeon dan menatap Sangyeon dengan bibir merengut.

“Kangen....Mas juga....“ucap Chanhee menunduk dan kali ini memainkan jari jemarinya sendiri.

“Kalo kangen, kenapa diem aja daritadi?“ucap Sangyeon.

Sangyeon menarik tangan kecil Chanhee dan mengusapnya, memberikan kehangatan walau sedikit. Pipi Chanhee lambat laun memerah karena perlakuan kekasih nya tersebut.

“Sesuai jadwal, lusa berarti aku pulang”ucap Sangyeon pelan.

Hening, keduanya tidak sama sekali membuka suara setelah Sangyeon pernyataan Sangyeon tersebut. Sangyeon masih betah menggenggam tangan Chanhee, bahkan akan semakin erat ia genggam ketika Chanhee mencoba melepaskan genggamannya tersebut.

“Tinggal sepuluh menit lagi, kesana yuk?“ucap Sangyeon, menunjuk pusat keramaian. Chanhee mengangguk pelan sebelum berdiri dan mengikuti langkah Sangyeon.

Suasana tempat Chanhee dan Sangyeon berada semakin malam semakin ramai. Hal itu membuat Sangyeon memilih berdiri dibelakang Chanhee dan melingkarkan tangannya di pinggang sang kekasih.

Sangyeon dan Chanhee ikut menghitung mundur saat perhitungan mundur tersebut dimulai. Tepat dua detik sebelum tahun berganti, Sangyeon menarik Chanhee agar berhadapan dengannya.

“Selamat tahun baru...“ucap Sangyeon berbisik sebelum menarik tengkuk Chanhee dan mengecup bibir kekasihnya.

Teriakan gemuruh disekitar, tidak membuat Sangyeon dan Chanhee terganggu. Chanhee melingkarkan tangannya ke bagian belakang leher Sangyeon. Tangan Sangyeon yang bebas, menarik pinggang Chanhee untuk semakin mendekat dengannya dan memperdalam ciuman mereka.

Tahun baru kali ini, Chanhee mendapatkan semua yang ia inginkan. Merayakan tahun baru di London, bersama Sangyeon bahkan ia mendapatkan bonus sebuah ciuman dari Sangyeon tepat saat pergantian tahun. Chanhee berharap, kebahagiaan akan terus ia dapatkan bersama Sangyeon dihari-hari berikutnya.

⚠️ mention about alcohol, kiss and abuse


Sangyeon memisahkan dirinya ke pojok ruangan saat acara malam itu telah dimulai. Chanhee berulang kali mengajak Sangyeon ketengah ruangan untuk sekedar mencicipi makanan dan minuman atau menikmati lagu yang berputar, tetapi Sangyeon menolak.

Sangyeon menolak ajakan Chanhee bukan tanpa alasan. Dirinya kurang nyaman dengan aroma alkohol di ruangan tersebut serta musik yang berputar terlalu kencang sehingga membuat indera pendengarannya sakit. Sesekali Sangyeon mencari keberadaan Chanhee, memastikan sang kekasih tetap pada radar pandangannya.

“Engga ikutan bareng Chanhee?“Sangyeon menoleh dan menggeleng. Ia menerima satu gelas jus jeruk dari Younghoon.

“Chanhee suka banget keramaian kayak gini. Jadi anak tunggal itu engg enak, apalagi bokapnya protektif. Jadi selama dia bisa bebas kayak gini, dia bakal puas-puasin seneng-seneng”ucap Younghoon menjelaskan dan Sangyeon mengangguk mengerti.

Satu fakta baru yang Sangyeon ketahui. Chanhee dan keramaian pesta adalah satu kesatuan. Chanhee suka keramaian, walaupun ia tidak suka menjadi pusat perhatian, tetapi keramaian pesta bisa membuatnya merasa bebas, terutama dari sang ayah.

“Tapi sejak Chanhee kenal lo, dia banyak berubah. Salah satunya engga manja lagi! Terus dia ga akan ngeluh kalo dilarang bokapnya dateng ke pesta. Dia bilang, dia jadi punya banyak waktu buat nelfon lo semaleman”Sangyeon tertawa mendengar perkataan Younghoon yang terdengar seperti sebuah pujian di telinganya.

“Gue gabung kesana dulu ya? Lo kalo mau gabung, gabung aja! Santai, engga akan ada yang aneh-aneh kok”ucap Younghoon sebelum meninggalkan Sangyeon seorang diri.

Sepeninggalan Younghoon, Sangyeon kembali mencari Chanhee. Kekasihnya sempat hilang dari radar penglihatannya, akibat Sangyeon berbicara dengan Younghoon beberapa saat tadi. Mata Sanyeon menyipit, mencoba memperjelas pandangannya.

Sangyeon meletakan gelas yang semula ia genggam dan berjalan kearah dimana Chanhee berada. Chanhee sedang berada dilantai dansa dengan sebuah gelas yang mungkin berisi minuman beralkohol. Sangyeon menghentikan langkahnya beberapa meter sebelum benar-benar tiba didekat Chanhee.

“Santai! Ada gue”Sangyeon mengangguk dan berbalik saat melihat Younghoon dan Changmin di sekitar Chanhee.

Setidaknya sudah hampir dua jam Sangyeon berada di pesta tersebut dan belum ada tanda-tanda pesta akan segera berakhir. Baterai ponsel yang sejak tadi ia mainkan pun sudah habis dan membuat Sangyeon hanya dapat menyaksikan pemandangan orang menari dihadapannya.

“Kayaknya lo harus bawa Chanhee balik deh, dia udah agak engga sadar”ucap Younghoon yang entah muncul darimana.

Sangyeon pun berdiri dan mengikuti langkah kaki Younghoon. Berjalan diantara orang-orang menari, membuat Sangyeon harus bisa menjaga langkahnya agar tidak bertabrakan.

“Sayang, pulang yuk...“ucap Sangyeon pelan. Ia menarik gelas yang Chanhee pegang dan menahan Chanhee untuk menegak kembali isinya.

“Mas!! Ayok nari sama aku...“Sangyeon harus sedikit menahan nafasnya karena bau alkohol yang menyeruak. Ia menarik pinggang Chanhee agar lebih mendekat kepadanya dan memastikan Chanhee tidak tumbang.

“Eh siapa lo? Kenapa pegang-pegang cowok gue?“Sangyeon menoleh, saat seseorang menarik bahunya hingga dirinya berbalik dan hampir membuat Chanhee terjatuh.

“Daniel! Gue bukan cowo lo, Mas Sangyeon nih yang cowok gue...“walau terdengar lirih, Sangyeon dapat pastikan bahwa lelaki di hadapannya mendengar ucapan Chanhee.

“Sorry, gue mau bawa Chanhee balik. Dia udah agak ngelantur”ucap Sangyeon sopan.

“Masshhh!! Ihh aku ga ngelantur kok? Kamu kan emang pacar aku!“ucap Chanhee menangkup pipi Sangyeon dan mengecup singkat bibirnya.

“Bawa balik aja, disini mulai ga aman”ucap Younghoon pelan dan mengisyaratkan Sangyeon agar membawa Chanhee kembali ke kamar hotel mereka.


Sangyeon mengangkat sedikit kepala Chanhee yang masih berbaring nyaman berbantalkan lengan kokoh Sangyeon. Lelaki yang lebih tua tersebut melangkah cepat menuju pintu kamar hotel saat mendengar ketukan dan bunyi bel berbunyi sejak tadi.

“Iya, sebentar”ucap Sangyeon pelan, memastikan orang di depan pintu tidak membangunkan Chanhee yang masih lelap tertidur.

Tubuh Sangyeon menegang sesaat setelah membuka pintu kamar hotel tersebut. Selanjutnya yang ia rasakan adalah panas dipipi sebelah kanannya karena sebuah tangan mendarat cepat dipipinya tersebut.

“Kurang aja ya kamu! Siapa yang suruh kamu bawa anak saya ke hotel? Siapa yang ngizinin kamu tidur sama anak saya?“ucap ayah Chanhee emosi.

“Chanhee berbaik hati membawa kamu berlibur kesini, tapi lihat? Kamu seenaknya tidur bersama anak saya saat ia tidak sadarkan diri! Kamu harusnya sadar posisi kamu disini!!“Sangyeon hanya dapat menunduk lemah. Ia tidak dapat mencerna apa yang terjadi pagi ini, karena semua terjadi begitu cepat.

“Kim, bawa Chanhee pergi dari sini! Tidak usah kamu bangunkan dia, angkat saja dia langsung dari kasurnya”Salah seorang lelaki memaksa masuk ke dalam kamar hotel yang ditempati Sangyeon dan Chanhee.

“Tuan, ini tidak seperti yang anda fikirkan. Saya tidak melakukan apapun terhadap Chanhee dan saya berani bersumpah!“ucap Sangyeon tegas.

“Saya engga perlu alasan kamu! Tidak akan ada penjahat yang akan mengakui kejahatannya”ucap ayah Chanhee lagi.

“Kamu, jangan pernah memperlihatkan wajahmu di depan saya lagi. Saya harap kamu setelah ini berdoa, agar saya tidak mencabut bantuan dari sekolah tempat kamu mengajar”Sangyeon masih terpaku di tempat. Melihat ayah Chanhee dan beberapa pegawainya membawa Chanhee yang masih tertidur.

Setelahnya, Sangyeon hanya dapat terduduk lemah dilantai kamar hingga Younghoon dan Changmin menghampirinya dan membawa Sangyeon masuk ke dalam kamar.

“Sorry, gue liat tapi gabisa ngapa-ngapain”ucap Younghoon bingung. Sangyeon tersenyum dan mengangguk pelan.

“Lo kira-kira tau engga, Chanhee dibawa kemana sama Tuan Choi?“tanya Sangyeon tenang dan Younghoon mengangguk menjawab pertanyaan Sangyeon tersebut.

“Chanhee pasti dibawa ke Mansion keluarganya. Lo mau kesana?“tanya Younghoon, tetapi Sangyeon menggeleng.

“Lo sama Changmin bisa kesana? Tolong bawakn baju-baju Chanhee ya? Sekalian tolong bilang, gue gabisa nemuin dia dulu selama disini”ucap Sangyeon masih dengan senyum dibibirnya.


“Kalo udah mau cerita, chat aja”ucap Hyunjae saat mengembalikan helm milik Juyeon yang baru saja ia kenakan.

Juyeon, lelaki yang lebih muda itu hanya terdiam diatas motornya dan menatap punggung lelaki yang lebih tua beberapa bulan darinya itu berjalan bersama beberapa orang temannya.


To: Hyunjae Gue lagi gamau makan dikantin Mau langsung balik aja Mau ikut apa engga?

From: Hyunjae Udah diparkiran Buruan! Panas!!!!

Juyeon menatap ponsel pintarnya beberapa detik sebelum melangkahkan kakinya cepat ke pelataran parkir. Juyeon sama sekali tidak menduga jika mendapat pesan balasan dari Hyunjae hanya beberapa detik setelah dirinya mengirim pesan.

“Kok bisa udah nunggu disini?“tanya Juyeon bingung sambil memberikan helmnya kepada Hyunjae yang sesekali mengibaskan tangannya di depan wajah karena kepanasan.

“Tadi kan gue udah bilang. Kalo udah mau cerita, chat aja. Tadi lo chat gue kan? Berarti udah mau cerita!“ucap Hyunjae santai.

“Terus kalo gue engga ngechat dan makan justru makan dikantin sendirian? Lo kering disini dong nungguin gue?“tanya Juyeon heran dan Hyunjae menggeleng percaya diri.

“Asisten dan mata-mata gue banyak! Pasti ada yang ngasih tau gue kalo liat lo sendirian”ucap Hyunjae tersenyum.

“Makan tempat lo aja ya! Kamar gue belum diberesin”ucap Hyunjae yang sudah mengeratkan pegangannya pada pinggang Juyeon, membuat Juyeon tersenyum simpul.


Hyunjae tersentak kaget saat sebuah tangan melingkar di bahunya, ia menoleh dan mendapati Yugyeom serta Hyunggu yang sudah berjalan disebelahnya. Hyunjae membuang nafasnya kesal, ia tau betul apa yang akan terjadi setelahnya jika Yugyeom dan Hyunggu muncul bersamaan, terlebih lagi kemarin Hyunjae tidak datang untuk kumpul bersama angkatannya.

“Kemana lo kemarin? Kok ga ikut kumpul angkatan?“tanya Hyunggu to the point.

“Tau lo! Dicariin Younghoon tuh, kemarin anak-anak ditraktir bubble tea sama dia! Eh tapi makasih sih lo ga dateng, jadi jatah bubble tea gue double“ucap Yugyeom tersenyum puas.

Hyunjae menghentikan langkah kakinya saat berpapasan dengan Juyeon yang sedang berjalan bersisian dengan seorang lelaki yang Hyunjae tebak sebagai sumber buruknya mood Juyeon kemarin.

“Chat gue kalo udah mau balik ya!“Hyunjae mengangguk singkat saat Juyeon menyapanya. Setelahnya Hyunjae kembali menarik nafas panjang sebelum menghembuskan nafasnya pelan.

“Hm... Kenapa? Masih denial? Masih mau bilang kalo lo engga suka Juyeon? Masih mau bilang kalo lo sama Juyeon cuma temen dari SMP gitu?“tanya Hyunggu yang membuat Hyunjae menatapnya tajam.

“Ya gimana? Lo liat kan? Dia ngeliat gue cuma sebagai kakak! Yaudah, masa gue mau ngejar-ngejar dia sih? Males! Nanti hubungan gue yang awalnya baik-baik aja, malah jadi ga baik gara-gara cinta-cintaan”ucap Hyunjae males.


“Lah kok lo balik lagi ke kampus, Ju? Bukannya tadi udah balik? Apa nganter doang?“Juyeon barusaja tiba di kantin fakultasnya dan langsung mendapat banyak pertanyaa dari Seungkwan, teman satu fakultasnya.

“Yaelah yang begitu masih lo tanyain? Itu sih akal-akalannya Juyeon doang, mau bikin cemburu Hyunjae eh malah dia yang gabisa lepas sama sekarang. Gimana? Udah dapet petuah dari Hyunjae kemarin?“kali ini Vernon yang bertanya dengan nada sedikit meledek. Juyeon mengangguk malas.

“Kenapa sih, Ju? Gue gregetan deh! Kenapa lo gabilang aja kalo lo suka sama Hyunjae? Lo tuh kelamaan bareng-bareng, jadi sama-sama denial!“ucap Seungkwan sedikit emosi.

“Siapa sih yang denial? Gue engga denial kok”ucap Juyeon santai.

“Oke! Kalo tiba-tiba Hyunjae bilang suka sama lo, gimana?“Vernon membuka suara dan membuat Juyeon terdiam,

“Engga mungkin dia suka sama gue! Kita tuh udah keseringan bareng dan buat cinta-cintaan gitu kayaknya ga mungkin”ucap Juyeon coba membela diri.

“Itu namanya lo denial, Lee Juyeon!!“ucap Seungkwan yang hampir saja menjambak rambut Juyeon jika saja Hyunjae tidak datang ditengah-tengah mereka.

“Udah selesai? Langsung balik?“tanya Juyeon saat melihat Hyunjae sudah berdiri di belakangnya. Hyunjae mengangguk singkat.

Juyeon dan Hyunjae pun melangkah menjauh meninggalkan teman-temannya yang tersenyum melihat mereka berdua jalan ke pelataran parkir.

“Temen lo tuh suruh ngasih kepastian ke temen gue! Perhatian segitunya masa ga ada rasa suka sih?“ucap Hyunggu kepada Vernon.

“Yeu! Harusnya temen lo yang nolak kalo emang ga ada rasa! Temen gue rela nungguin sampe malem, masa temen lo ga liat sih hal lain di temen gue?“ucap Seungkwan menjawab pertanyaan Hyunggu sebelumnya.

“Stop! Ini kenapa jadi kita yang ribut sih? Biar ketauan yang sebenernya tuh coba lo kenalin Juyeon sama orang lain terus nanti gue kenalin Hyunjae sama orang lain. Kalo emang mereka saling suka, kan pasti nolak pas dikenalin”ucap Yugyeom memberikan saran.

“Yakin lo? Hyunjae liat Juyeon sama orang rangkul-rangkulan aja langsung lemes ga bertenaga, apalagi tau Juyeon jadian sama orang lain!!“ucap Hyunggu tertawa.

“Tuh kan! Emang temen lo tuh suka sama temen gue!!“ucap Seungkwan bersemangat.

“Iya, tapi temen lo tuh diem aja, ga ada pergerakan apapun. Cuma perhatian doang, tapi engga bilang suka. Jadi temen gue gamau kalo dia bilang suka duluan terus malah canggung satu sama lain”ucap Hyunggu menjelaskan.

Tanpa mereka berempat sadari, Juyeon dan Hyunjae berdiri mematung beberapa meter dari tempat Seungkwan, Vernon, Hyunggu dan Yugyeom berkumpul. Juyeon melirik ke arah Hyunjae yang hanya dapat menunduk sambil memainkan ujung kemejanya.

Hyunjae tersentak kali Juyeon menarik tangannya dan menggenggamnya. Juyeon berjalan kembali mendekati teman-temannya serta teman-teman Hyunjae itu untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.

“Sorry! Hape gue ketinggalan!“ucap Juyeon santai yang membuat keempat orang lelaki dewasa tersebut terdiam.

“Oh iya1 Ga usah ngenalin gue sama siapa-siapa! Nanti gue bakalan bergerak kok”ucap Juyeon menepuk pundak Yugyeom pelan, sambil melambaikan tangganya yang masih menggenggam tangan Hyunjae.

Hyunjae melirik tajam Hyunggu dan Yugyeom secara bergantian sebelum akhirnya mengikuti langkah Juyeon untuk kembali berjalan ke pelataran parkir.

“Jadi, kamu suka sama aku?“tanya Juyeon menghentikan langkahnya beberapa meter dari tempatnya memarkirkan motornya. Hyunjae hanya terdiam.

“Kalo kamu suka sama aku, bilang. Jangan diem aja, kan aku gatau?“ucap Juyeon menatap Hyunjae yang masih diam ditempat.

“Ih! Kenapa jadi ganti aku kamu sih? Geli! Udah ayuuukk pulang”ucap Hyunjae yang menyentak tangan Juyeon pelan dan berjalan cepat menuju motor milik Juyeon. Bahkan Hyunjae langsung menggunakan helm yang biasa ia gunakan untuk menutupi wajahnya yang memerah.

fin


Sangyeon sesekali menghela nafasnya berat saat membuka koper untuk merapihkan isinya. Younghoon yang merupakan teman satu kamar Sangyeon sesekali melirik, ingin menanyakan apa yang menjadi beban fikiran Sangyeon hingga lelaki yang lebih tua darinya itu sering kali menghela nafas berat.

“Kalo ada yang mau lo ceritain atau tanyain masalah Chanhee, tanya aja ke gue. Walaupun kita sering banget berantem, tapi kita berdua tetep sepupu paling deket dibanding sepupu yang lain”Sangyeon menoleh dan mendapati Younghoon yang mengangkat sebelah alisnya dan menatapnya.

Sangyeon dan Younghoon akhirnya memilih merapihkan koper mereka berdua dahulu sebelum kembali berbicara empat mata. Sangyeon menceritakan semuanya kepada Younghoon mengenai hubungannya dengan Chanhee dan itu adalah kali pertama ia menceritakan hubungan asmaranya kepada orang lain.

“Lo kenapa waktu itu akhirnya nembak Chanhee? Udah tau kan kalo Chanhee itu siapa?“tanya Younghoon sambil sesekali menyesap minuman kaleng ditangannya. Sangyeon mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Younghoon.

“Jujur, itu pertama kalinya gue ngeliat ada orang yang bener-bener tulus sama anak kecil. Bahkan beberapa rekan gue di sekolah dasar, banyak yang engga benar-benar tulus dengan anak kecil. Tapi, Chanhee beda. Gue bisa ngeliat itu dari pertama kali kita ketemu”ucap Sangyeon menjelaskan.

“Chanhee itu emang suka banget anak kecil. Dari dulu, dia selalu mau punya adik tapi ga pernah kesampean sampe sekarang. Makanya dia juga lebih suka ikut acara amal yang ngelibatin anak kecil, dibanding acara amal yang isinya cuma orang -orang dewasa”ucap Younghoon menambahkan.

“Jadi, yang bikin lo ngerasa kayak gini tuh apa? Maksud gue, apa yang bikin lo ngerasa beda banget sama Chanhee?“tanya Younghoon pelan.

“Gue sama Chanhee udah sepakat, gamau ngomongin hubungan kita sama siapapun. Karena hubungan ini kita berdua yang ngejalanin dan selama kita saling sama dan support each other menurut gue itu cukup. Tapi ternyata, fikiran gue itu salah”ucap Sangyeon memberikan jeda pada penjelasan panjangnya.

“Chanhee punya orang tua yang amat terpandang. Semua orang mungkin kenal sama keluarga Chanhee—”

“Sorry motong, semua orang mungkin emang kenal keluarga Chanhee. Tapi, cuma segelintir orang yang kenal keluarga Chanhee diluar kekayaan mereka. Lebih dari setengah orang yang kenal dan deket keluarga mereka tuh cuma ngincer harta Chanhee sekeluarga”ucap Younghoon menambahkan.

“Beberapa hari sebelum Chanhee ngajak gue ke London, ada acara amal di sekolah gue dan engga sengaja ayahnya Chanhee ngeliat Chanhee lagi berduaan sama gue”ucap Sangyeon lagi.

“Gue bisa ngeliat disitu, kalo ayahnya Chanhee liat gue cuma sebagai seorang guru yang sekolahnya nerima bantuan dari dia dan engga lebih dari itu. Selain itu, gue juga bisa ngeliat gimana Chanhee tertekan sama semuanya. Tertekan karena gabisa ngenalin gue sebagai pacarnya dan tertekan karena dia selalu harus ngikutin kemauan ayahnya”ucap Sangyeon lagi.

“Gue ngeliat sore itu, Chanhee yang hampir aja ngelawan ayahnya karena dia yang tetep mau stay sama gue di sekolahan sampai acara selesai. Tapi karena ayahnya bersikeras mau ngenalin Chanhee sama anak kolega ayahnya itu, akhirnya Chanhee nurut dan pulang sama ayahnya sore itu. Malamnya dia telfon gue, biasa ngeluh karena lagi-lagi dikenalin sama anak kolega ayahnya. Dia bilang, mau ngenalin gue sebagai pacarnya. Dia juga bilang, kalo orangtuanya ga setuju, dia mau pergi dari rumah dan tinggal sama gue dengan ngelepasin title anak tunggal dari keluarga kaya raya”ucap Sangyeon sambil menarik nafas panjang.

“Karena omongan dia itu, gue semakin sadar kalo gue sama Chanhee itu beda. Jauh banget berbeda. Gue gamau, karena kebahagiaan gue, terus gue harus ngelepas kebahagiaan Chanhee gitu aja. Gue gamau, Chanhee harus berubah tinggal sama gue dengan sederhana padahal dia punya segalanya pas tinggal sama orang tuanya. Gue mikir, kalo gue engga boleh egois...“ucap Sangyeon mengakhiri.

“Gue tau arah cerita lo ini kemana, tapi menurut gue, lo bakalan tetap jadi orang egois kalo lo ngelakuin hal yang ada di fikirian lo saat ini. Lo padahal udah tau, Chanhee bahagia sama lo kan? Kalo lo ngelepas dia, berarti lo juga ngelepas kebahagiaan dia. Apa itu engga bisa dibilang egois?“ucapan Younghoon membuat Sangyeon semakin terdiam.

“Gue sama Changmin juga beda kok. Gue yang negjar-ngejar Changmin dari jama kuliah. Tapi, sekarang lo liat kan? Bahkan kabar Changmin yang paling sering ditanyain orang tua gue, dibanding kabar anaknya sendiri”Sangyeon tertawa kecil mendengar ucapan Younghoon tersebut.

“Gue emang lebih muda dari lo, tapi kalo gue boleh kasih saran. Jangan pernah ngelepasin Chanhee sampai kapanpun. Gue liat kok gimana dia bener-bener bahagia saat sama lo. Percaya sama gue”ucap Younghoon meyakinkan.

Perbincangan Younghoon dengan Sangyeon harus terhenti saat mereka mendengar suara ketukan dari luar kamar hotel mereka. Beberapa detik kemudian, mereka berdua tertawa karena mendengar suara Chanhee dari depan pintu.

“Tuh, kalian baru pisah sejam tapi dia udah nyariin lo kayak lo hilang ditelan bumi. Kan?“ucap Younghoon yang membuat Sangyeon tersenyum lebar.

“MAS!!!! YOUNGHON!!! KALIAN NGAPAIN SIH? PLEASE, KALIAN JANGAN SELINGKUH DIBELAKANG AKU!!!! MAS!! BUKAIN PINTUNYAAAAAAA”

kapila

“Masih marah sama sepupu kamu?“Chanhee terkejut saat mendengar suara seseorang bicara terlalu dekat dengannya.

“Diem kamu mas! Aku juga marah sama kamu”ucap Chanhee menggeser tubuhnya sedikit menjauhi Sangyeon.

Sangyeon tertawa kecil dan berjalan mendekati Chanhee lagi. Singkat cerita, sumber kemarahan Chanhee adalah karena kesibukan Sangyeon mengurus acara amal yang kembali diadakan disekolah tempat dimana Sangyeon mengajar.

Sangyeon, terpilih menjadi ketua panitia sehingga kesibukannya semakin bertambah. Beberapa chat Chanhee terlambat dibalas bahkan ada yang terabaikan, karena acara amal yang menguras tenaga serta fikiran Sangyeon ini.

“Beneran nih marah sama aku? Berarti aku balik ke ruang panitia aja ya?“ucap Sangyeon berbisik yang justru sukses membuat Chanhee mendengus pelan dan menarik ujung kemeja yang digunakan Sangyeon.

“Jangan! Kalo mas ke ruang panitia, nanti aku bingung buat alesan masuk kesana... Mendingan mas temenin aku liat-liat aja”ucap Chanhee pelan dan Sangyeon pun mengangguk.

Chanhee dan Sangyeon berjalan bersisian. Tidak ada satupun orang yang menatap mereka curiga, karena Sangyeon tetaplah terlihat seperti seorang ketua panitia yang mengajak anak penyumbang dana terbesar di sekolahnya untuk berkeliling.

“Duduk situ dulu, ya? Kamu kepanasan”ucap Sangyeon saat melihat wajah Chanhee mulai memerah.

Chanhee menuruti perintah Sangyeon dan duduk disebuah kursi dibawah pohon rindang, sedangkan Sangyeon pergi sejenak mencari minuman dingin yang menyegarkan.


“Mas, nanti kamu cape! Lagian kan kita dibawah pohon, ga panas kok”ucap Chanhee protes saat Sangyeon beberapa kali mengipaskan sebuah kertas ke hadapab Chanhee. Lagi, Sangyeon hanya tersenyum.

“Choi chanhee”Chanhee dan Sangyeon serempak menoleh dan berdiri saat melihat beberapa orang sudah berdiri dihadapan mereka.

“Selamat siang, Tuan”ucap Sangyeon ramah kepada lelaki paruh baya dihadapannya.

“Papi, kalo mau pulang duluan saja! Aku masih mau disini sampai acara selesai”ucap Chanhee santai.

“Untuk apa? Acara selanjutnya tidak begitu penting. Lebih baik kamu pulang sama papi”ucap sang ayah tegas.

Acara selanjutnya tidak begitu penting, Sangyeon tersenyum kecil mengulang penyataan ayah Chanhee di dalam fikirannya. Acara yang telah menguras tenaga dan fikirannya ini dianggap acara tidak penting oleh orang tua dari lelaki yang ia cintai.

“Papi! Semua rangkaian acara bagian dari acara amal ini penting! Papi jangan bilang begitu”ucap Chanhee sedikit kesal.

“Terserah kamu. Tapi kamu tetap pulang bersama papi, kita makan siang bersama kolega papi. Dia bilang mau memperkenalkan anaknya denganmu”ucapan sang ayah suksea membuat Chanhee mematung.

Chanhee menatap Sangyeon lesu. Sangyeon mengisyaratkan Chanhee agar mengikuti perintah sang ayah agar tidak terjadi keributan ditempat tersebut dan Chanhee pun terpaksa mengikuti sang ayah untuk pulanh dan bertemu dengan kolega serta anak dari kolega sang ayah tersebut.

Chanhee menghela nafas berat sembari berjalan dibelakang sang ayah memasuki pekarangan sebuah Sekolah Dasar. Entah sudah acara amal keberapa yang Chanhee datangi dalam tiga bulan belakang tersebut. Chanhee beberapa kali menolak, tetapi sang ayah selalu memaksanya dengan alasan bahwa Chanhee adalah satu-satunya pewaris perusaan yang sedang di pimpin sang ayah saat ini.

BRUK

Chanhee menoleh sata mendengar suara sebuah benturan dan ia mendapati seorang ana lelaki tersungkur di aspal, mungkin terjatuh karena berlari. Chanhee menghampiri anak lelaki tersebut yang sedang menahan tangisnya. Baju dan beberapa bagian tubuh anak tersebut kotor bahkan terluka.

“Hey, kamu ga apa-apa?“ucap Chanhee lembut. Chanhee mensejajarkan posisinya dengan anak lelaki yang jauh lebih kecil darinya itu. Ia menghilangkan noda di baju serta tubuh sang anak. Chanhee meringis saat melihat lutut dan siku anak tersebut terluka dan berdarah.

“Ayok kita obatin dulu luka kamu, kamu tau dimana ruang kesehatan?“tanya Chanhee dan dibalas anggukan pelan sang anak. Chanhee pun menggendong anak lelaki tersebut karena ia tidak tega menyuruh anak kecil yang baru saja terjatuh tersebut untuk berjalan sendiri.

“Permisi....“Chanhee mencoba mengentuk ruang kesehatan berulang kali tapi nihil, tidak ada jawaban dari dalam. Chanhee pun memutuskan untuk membuka pintu ruang kesehatan dan benar saja, ruangan tersebut kosong.

“Tunggu disini ya? Kakak cari obatnya dulu!“ucap Chanhee tersenyum setelah mendudukan anak lelaki tadi di atas kasur yang berada di ruang kesehatan. Chanhee memang tidak berkuliah dibidang kesehatan, tapi ia cukup dewasa untuk mengetahui apa-apa saja yang dibutuhkan untuk mengobat luka kecil seperti yang di dapat anak lelaki tadi.

Chanhee meniup-niup pelan luka yang sedang obatin karena beberapa kali ia mendengar anak lelaki tersebut meringis dan berujar sakit, walau pelan. Kegiatan Chanhee ditutup setelah ia memasangkan plester di luka anak lelaki tersebut. Chanhee pun tersenyum puas dengan apa yang baru saja ia lakukan.

“Subin?“Chanhee dan anak lelaki tadi menoleh. Seorang lelaki yang tidak Chanhee ketahui jelas siapa itu memasuki ruang kesehatan tersebut dengan terburu-buru. Chanhee pun sedikit menjauh kala lelaki dewasa tersebut mendekati anak kecil tersebut.

Singkat cerita, lelaki yang baru saja masuk ke dalam ruang kesehatan tersebut merupakan wali kelas anak kecil yang baru saja Chanhee obati. Namanya Sangyeon, seorang lelaki hangat yang begitu menyukai anak-anak bahkan terlihat dari pertemuannya pertama dengan Chanhee hari itu.

“Tuan muda... Anda dicari Tuan Besar sejak tadi”Chanhee dan dua orang di dalam ruang kesehatan tersebut menoleh. Chanhee pun berpamitan dengan Subin, anak lelaki yang terjatuh tadi dan juga Sangyeon, wali kelas Subin yang berhati hangat.

“Sampai ketemu lagi, Subin! Jangan lari-lari lagi ya, biar engga jatuh!“ucap Chanhee tersenyum sambil mengusak kepala Subin. Tidak lupa, Chanhee juga berpamitan kepada Sangyeon yang sejak tadi tersenyum dan membuat hati Chanhee tidak karuan.

Kapila


Changmin mendengus kesal saat melihat ketoprak dihadapannya bertabur bawang goreng. Jelas dalam ingatan Changmin, bahwa ia mengatakan untuk tidak menambahkan Bawang Goreng pada menu makan siangnya tersebut. Changmin semakin kesal ketika tidak mendapati telur mata sapi setengah matang yang sudah ia pesan bersamaan dengan sepiring ketoprak.

“Kenapa ga dimakan?“ucap Chanhee sambil menatap heran teman satu jurusannya tersebut. Chanhee melirik piring pesanan Changmin sebelum mendecak sebal.

“Mau diganti aja? Lagian Mang Asep kebiasaan deh pasti ga dengerin pesenan orang!“ucap Chanhee kesal.

“Misi, sorry... Kayanya pesenan kita ketuker ya?“Changmin yang baru saja berniat memisahkan bawang goreng itu menoleh saat sebuah suara mengintrupsi gerakannya.

“Punya gue soalnya harusnya engga pake telur mata sapi setengah mateng gini, kata Mang Asep mungkin ketuker dan kayanya ketuker sama punya lo ya?“Changmin melirik piring yang dipegang lelaki dihadapannya dan matanya otomatis berbinar saat melihat telur mata sapi setengah matang di piring tersebut.

“Iya! Ini pesenan gue”ucap Changemin tersenyum cerah, membuat Chanhee menggeleng tidak percaya dengan perubahan drastis mood sahabatnya tersebut.

“Ini, punya lo belum gue apa-apain kok! Tadi mau gue pisahin aja bawang gorengnya, tapi belum jadi kok hehe”ucap Changmin sambil tersenyum.

“Tuh kan! Protes aja ke Mang Asep, pasti bisa”ucap Chanhee sesaaat setelah lelaki yang pesanannya tertukar dengan Changmin tersebut menjauh pergi.

“Ih ga enak tau! Masa gara-gara bawang goreng aja, gue protes?“ucap Changmin mendengus kesal.


Changmin mengetukkan jari jemarinya ke meja sambil menunggu pesanan nasi gorengnya tiba. Malam ini, Changmin makan seorang diri karena Chanhee mendadak harus pulang ke rumah orang tuanya.

“Sorry, disini ada orangnya ga ya?“Changmin menoleh dan terdiam sejenak sebelum akhirnya menggeleng mempersilahkan lelaki yang masih berdiri untuk duduk di kursi kosong di hadapan Changmin tersebut.

Tidak sampai sepuluh menit, dua piring nasi goreng sudah tersaji dihadapan Changmin dan membuat Changmin dengan segera mengambil sendok dan garpu untuk menyantap makan malamnya tersebut.

“Ketuker lagi....“Changmin menoleh saat lelaki dihadapannya menggumam kecil yang masih dapat di dengar jelas oleh Changmin. Lelaki dihadapan Changmin tersebut tersenyum sebelum merubah letak piring di meja tersebut.

“Bener kan? Punya lo yang telur mata sapi setengah mateng?“tanya lelaki tersebut dan Changmin mengangguk pelan. Setelahnya, perbincangan diantara Changmin dan lelaki yang diketahui bernama Younghoon tersebut mengalir begitu saja.

“Ya kan terus kenapa gitu kalo gue ga suka bawang goreng? Kan engga ngerugiin orang? Lagian ga semua orang kesukaannya itu sama”ucap Changmin sedikit emosi dan membuat Younghoon tertawa.

“Persis kayak temen-temen gue! Kalo gue misahain kuning telur, pasti diceramahin seakan-akan gue itu orang paling aneh”ucap Younghoon lagi.

“Tapi aneh sih, Hoon.... Kuning telur kan enak? Apalagi kalo setengah mateng, kenapa lo ga suka?“ucap Changmin menatap Younghoon bingung.

“Hahaha kan tadi lo bilang sendiri, ga semua orang itu kesukaannya sama!“ucapan Younghoon membuat Changmin tersenyum.

Setelah saat itu, Changmin dan Younghoon sering menghabiskan waktu mereka bersama. Dari sekedar makan siang bersama dikampus atau makan malam di dekat kosan mereka, hingga jalan ke pusat perbelanjaan bersama.

Changmin juga tidak pernah protes lagi jika terdapat bawang goreng pada makanannya, karena Younghoon dengan sigap akan memisahkan bawang goreng tersebut untuk dipindahkan ke piring miliknya dan sebaliknya, Changmin akan dengan sukarela menerima dan menghabiskan kuning telur yang terdapat pada makanan milik Younghoon. Win win Solution, bukan?

END


Juyeon tersenyum, melihat pintu kedatangan yang sudah ia nantikan berjam-jam lamanya. Hampir sepuluh tahuh menghabiskan waktu di New York, Juyeon akhirnya memilih pulang ke Korea, negara tempatnya dilahirkan.

“Lo yakin? Kerjaan lo disini udah bagus posisinya. Masa mau lo tinggal gitu aja?”Pertanyaan dari salah seorang rekannya dua minggu lalu, diabaikan oleh Juyeon. Ia tetap pada pendiriannya, pulang ke negara asalnya.

Sebuah senyum tipis masih menghiasi wajah Juyeon sore itu. Lalu lalang calon penumpang pesawat maupun anggota keluarga yang menjemput kerabat, Juyeon abaikan kehadirannya.

“Welcome home!”

Sebuah pelukan hangat di dapatkan Juyeon dari seorang lelaki yang bertubuh lebih besar darinya tetapi tidak lebih tinggi darinya itu. Juyeon menarik koper besarnya mengikuti langkah lelaki tadi, kesebuah mobil hitam keluaran terbaru.

“Hasil kerja keras gue nih!”

Juyeon tersenyum melihat lelaki dihadapannya membanggakan mobil hitam tersebut. Sebuah mobil yang bahkan bisa ia beli setelah dua tahun bekerja di New York. Bagi Juyeon, Seoul telah banyak berubah. Selain gedung pencakar langit yang kian bertambah jumlahnya, sepertinya pertumbuhan penduduk serta jumlah turis yang datang ke Seoul juga terus bertambah jumlahnya

“Lo balik dulu kan? Anak-anak ngajak ngumpul jam tujuh, masih ada waktu tiga jam lagi nih. Gimana?“Juyeon melirik kearah Sangyeon yang telah fokus dengan jalanan dihadapannya tersebut.

Sangyeon, lelaki yang menjemput Juyeon sore itu sedikit melirik saat lelaki yang lebih muda tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Juyeon terdiam dengan senyum tipis menghiasi bibirnya dan Sangyeon tahu persis apa yang ada di dalam fikiran Juyeon saat ini.

“Gimana? Lo balik dulu kan? Masa ga mau mandi atau dandan dulu gitu sebelum ketemu anak-anak lain?“tanya Sangyeon lagi dan Juyeon akhirnya mengangguk.

“Gue nanti berangkat sendiri aja, kayanya mobil adek gue bisa dipinjem buat tiga sampai empat jam”ucap Juyeon menambahkan dan Sangyeon mengangguk.

“Ah yaudah! Berarti gue kabarin Chanhee, kalo gue bisa jemput dia. Soalnya demi lo, gue titipin cowok gue tuh ke Younghoon sama Changmin, biar ga telat karena nungguin gue jemput lo dulu”ucapan Sangyeon membuat Juyeon tertawa lepas.


“Jangan terlalu malam pulangnya! Kamu tuh baru sampai beberapa jam yang lalu, pasti capek”ucap Ibunda Juyeon, sesaat sebelum Juyeon melajukan mobilnya membelah jalanan ramai di negara kelahirannya tersebut.

Malam itu, Juyeon mengendarai mobilnya dengan perasaan campur aduk. Keputusannya untuk meninggalkan New York dan kembali ke Seoul bukan tanpa alasan. Selain karena kerinduannya terhadap keluarga, ada stau orang yang sering membuat Juyeon uring-uringan di negara asing tersebut.

Tapa disadari, senyum Juyeon muncul menghiasI wajah tampannya malam itu. Entah sudah berapa banyak skenarion lewat di dalam fikiran Juyeon. Skenario-skenario yang membuat perasaan Juyeon semakin tidak karuan. Skenario yang membuat Juyeon harus memikirkan apa yang harus ia katakan ketika kembali bertemu dengan orang tersebut.

Langkah Juyeon pelan tapi pasti memasuki sebuah kafe yang telah diberitahu oleh Sangyeon sebelumnya. Sambil sesekali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, Juyeon menyapukan pandangannya ke penjuru kafe. Lambaian tangan Sangyeon membuat Juyeon menyadari kehadiran teman-temannya.

“Nah yang punya hajat udah dateng nih!“ucap Sangyeon heboh saat Juyeon sudah tiba di meja dimana teman-temannya sudah berkumpul. Juyeon kembali menyapu pandangannya ke orang-orang yang berada di depannya. Senyum tipisnya perlahan menghilang saat ia tidak menemui orang yang menjadi alasannya kembali ke Korea.

“Duduk kali! Emang di New York kalo ngopi sambil berdiri ya?“ucapan Younghoon, salah satu teman Juyeon itu sukses membuat semua orang tertawa terbahak.

“Je! Disini”Juyeon baru saja menyamankan dirinya di sebuah sofa di samping Sangyeon, saat Chanhee memanggil nama seseorang sambil melambaikan tangannya. Tubuh Juyeon terdiam dengan jantung yang berdebar lebih cepat dari biasanya.

“Sorry telat! Macet banget tadi ada kecelakaan di belokan situ”sebuah suara yang sangat Juyeon rindukan itu menyapa indera pendengaran Juyeon. Juyeon masih terdiam, hingga lengannya disentak pelan oleh Chanhee.

“Hai, Hyunjae! Aku pulang....“ucap Juyeon pelan sambil memberikan senyum terbaiknya.

Hyunjae yang selama ini hanya dapat ia lihat lewat gawai pintarnya, kini dapat ia lihat langsung berdiri di hadapannya. Hyunjae, yang suaranya hanya dapat ia dengan dari panggilan telfon, kini suaranya menyapa indera pendengaran Juyeon secara langsung. Hyunjae, alasan mengapa Juyeon kembali ke Korea.

“Selamat datang kembali, Juyeon!“ucap Hyunaje tersenyum.

“Udah gitu doang? Engga mau dipeluk tuh Juyeonnya? Selama ini bilang mau peluk Juyeon, sekarang orangnya udah di depan mata malah di diemin”Hyunjae melirik tajam salah seorang temannya. Terimakasih kepada Changmin, karena ucapannya itu, Juyeon berani menarik Hyunjae masuk ke dalam dekapannya.

fin