semestakapila

After Shoot.


Seungho mendorong Sejin pelan dan melumat kasar bibir Sejin. Malam itu, setelah perayaan shooting terakhir drama yang mereka bintangi, Seungho dan Sejin memilih pulang bersama ke apartment Seungho.

Awalnya karena jarak apartment Sejin terlalu jauh serta manager pribadi Sejin yang tidak bisa menjemput Sejin malam itu yang membuat Sejin memilih bermalam di apartment lawan mainnya tersebut. Tetapi karena pengaruh alkohol serta bayangan take terakhir, membuat Seungho dan Sejin kembali beradu lumatan bahkan dimulai saat mereka masih di dalam lift.

“Nghhh.... Ho....“Sejin mengerang dalam ciuman tersebut. Bahkan sesekali ia menjambak rambut lawan mainnya tersebut.

Seungho membuka pintu apartmentnya dengan kesusahan. Setelah berhasil membuka pintunya, Seungho menggendong Sejin dan menendang pintu tersebut agar segera tertutup. Terburu-buru adalah apa yang mereka lakukan saat ini. Sepatu Seungho serta Sejin terlempar asal. Jaket yang mereka gunakan teronggok tak berdaya di dekat pintu masuk.

Seungho melempar Sejin pelan ke atas tempat tidurnya. Seungho bahkan tidak sempat menyalakan lampu aparmentnya. Seungho dan Sejin saling beradu tatap sebelum Sejin menarik Seungho kembali untuk bertukar saliva. Tangan Sejin terjulur ke bawah, mencari kancing serta ikat pinggang celana Seungho. Sedangkan Seungho mulai memberikan kecupan di belakang telinga Sejin serta leher Sejin.

“Nghhh... Jangan tanda... Besok ada interviewhhh”ucap Sejin yang masih berusaha membuka jeans lawan mainnya. Seungho menganggul sebelum tangannya menarik kaos Sejin, membukanya dan membuang asal. Selanjutnya Seungho membuka celananya, karena Sejin hanya berhasil melepas kepala ikat pinggangnya. Begitu pun Sejin yang membuka celananya sendiri. Sejin menyamankan posisinya dan melipat kakinya sedikit lebar memberikan akses terbuka untuk Seungho.

“It's my first time... with a man...“ucap Seungho yang kembali merangkak ke atas tubuh Sejin. Wajah Sejin memerah dan rambut Seungho yang sedikit gondrong sudah berantakan.

“Gue yang nge-lead...“ucap Sejin. Seungho pun mengangguk dan bersandar pada headboard tempat tidur sedangkan Sejin memposisikan tubuhnya menunduk tepat dihadapan penis Seungho.

“Jin... Are you okay?“ucap Seungho menahan pergerakan Sejin. Sejin menggeleng tidak mengerti dan detik setelahnya, mulut Sejin sudah menjamah penis Seungho sepenuhnya. Seungho berteriak.

“Anjinghhh.... Jinhhh santai!“ucap Seungho yang terkejut karena servis yang diberikan Sejin.

Sejin tidak perduli. Ia hanya perduli dengan tubuhnya yang memulai memanas karena efek alkohol serta penis dalam mulutnya. Ia butuh sesuatu yang bisa menurunkan rasa tinggi dalam tubuhnya.

Sejin menatap Seungho dengan mulut yang masih penuh oleh penis Seungho. Sejin memerintahkan Seungho untum mengulum jarinya sendiri dan memasukannua ke lubang anal Sejin untuk melakukan penetrasi. Seungho awalnya bingung, tetapi akhirnya Seungho mengikuti perintah Sejin.

“Arrrgghh! Pelan-pelannhh”Sejin melepaskan kulumannya, tangannya menahan tangan Seungho dimana jari jemarinya sudah masuk ke dalam lubang Sejin.

“Sakithhh... Satu-satu...“ucap Sejin meringis dan Seungho memajukan badannya sedikit untuk mencium Sejin, tanda permintaan maafnya.

Seungho dan Sejin melanjutkan aktivitas mereka. Sesekali Sejin menelan habis penis Seungho hingga mengenai pangkal tenggorokannya, membuat Seungho menusuk prostat Sejin keras. Sejin tau Seungho hampir sampai pada pelepasannya hingga ia menghentikan kulumannya.

Seungho juga menghentikan gerak jarinya dan mengeluarkan jarinya. Selanjutnya, Sejin membasahi telapak tangannya dan duduk diatas paha Seungho tepat diatas penis Seungho yang menegang. Ia kembali membasahi lubanh analnya sebelum menurunkan tubuhnya untuk membawa masuk penis Seungho ke dalam lubang merahnya.

“Bangsattthhhh!!!! Arghhhh....“Seungho mengerang ketika Sejin mulai menurunkan pinggangnya dan memasukan penis Seungho ke dalam lubang analnya. Seungho memejamkan matanya sedangkan Sejin tersenyum.

Sejin mengusap paha Seungho menenangkan dengan pinggang yang masih lambar turun menyelimuti penis tebal Seungho. Akhirnya Seungho membuka matanya kembali ketika merasakan usapan Sejin dan ia melihat Sejin tersenyum membuat ia inisiatif membantu Sejin dengan menggerakan pinggangnya naik.

“Ahhhh... Penuhhhh”ucap Sejin mendongakkan kepalanya. Akhirnya seluruh kejantanan Seungho masuk ke dalam lubang Sejin. Mereka berdua mengantur nafas, bahkan Sejin meletakan kepalanya di pundak Seungho.

“Lo.. Gerakhhh aja... Kayak biashaa...“ucap Sejin dan detik berikutnya Seungho bergerak.

“Anjing!“Sejin mendongakkan kepalanya lagi.

“Sorry... Sakit?“ucap Seungho yang masih bergerak konstan dan Sejin menggeleng.

“Passs bangettthhh... Itu ahhh...“ucap Sejin terbata. Sejin pun ikut bergerak berlawanan arah. Kamar tersebut berisikan suara desahan dan geraman dari kedua orang dewasa yang sedang bercinta.

Sejin mengocok kejantanannya sendiri sebelum akhirnya kejantanannya mengeluarkan cairan cintanya. Seungho tersenyum melihat betapa pro lawan mainnya yang sedang bergerak di atasnya.

“Nghhh... Enak banget anjing!“Sejin meracau dan mempercepat gerakannya, membuat Seungho melakukan hal yang sama.

Seungho hampir sampai. Ia mengganti posisinya menjadi diatas Sejin dan Sejin berbaring dikasur dengan kedua kaki yang diletakan di pundak Seungho.

“Dalemhhh bangetttthhh”ucap Sejin ketika Seungho merubah posisinya. Seungho merapatkan tubuhnua dengan Sejin sehingga membuat penisnya semakin dalam tertanam.

Seungho dan Sejin beradu tatap saat Seungho menambah tempo gerakannya. Beberapa dorongan dan Seungho keluar sepenuhnya di dalam lubang Sejin. Seungho pun terjatuh diatas tubuh Sejin karena kelelahan.

“Heunggg lo keluar di dalem engga pake kondom!!“ucap Sejin memukul pundak Seungho dan membuat Seungho kembali menegakkan tubuhnya, mencoba mengeluarkan penisnya.

“Sorry... Gue gatau?“ucap Seungho polos dan Sejin tertawa.

“Sprei lo urusan lo ya? Soalnya ini pasti rembes keluar”ucap Sejin dan Seungho mengangguk.

“Pro banget kayanya...“Seungho berbicara sambil menarik selimut menutupi tubuh keduanya.

“Seungyoun. Cho Seungyoun. Woodz? Cowok gue... Ya... Gitulah”ucap Sejin santai yang membuat Seungho membulatkan matanya.

“Santai... Gue engga akan bilang kok”ucap Sejin yang mulai memejamkan matanya.

“Lo engga maksa gue kan? Jangan ngerasa bersalah”ucap Sejin yang sudah mulai terlelap, meninggalkan Seungho yang masih diam terkejut.

(xposhie)

Tanda Maaf.


Sejin melangkahkan kakinya lesu menuju apartmentnya. Pembacaan naskah pertama hari ini untuk drama barunya sungguh menyita tenaganya, karena sebelumnya ia harus mengurus anjing kecil kesayangannya yang sedang tidak dalam kondisi sehat.

Sejin terkejut, ketika membuka pintu dan mendapati punggung seseorang di dapur apartment miliknya. Punggung telanjang dengan rambut hitam kebiruan. Di punggungnya terdapat beberapa tatto yang sangat Sejin hafal letak dan maknanya. Seungyoun, berdiri disana memunggungi Sejin.

“Kopi atau Teh?“ucap Seungyoun tanpa menoleh ke arah Sejin.

“Teh aja. Makasih sebelumnya! Aku mau mandi dulu”ucap Sejin dan Sejin dapat melihat pergerakan kepala Seungyoun sebagai jawaban.

“Capek?“Setelah dua puluh menit, Sejin selesai melakukan ritual malamnya, Ia melangkah ke sofa panjang dimana Seungyoun duduk dengan segelas kopi ditangan. Sejin mengangguk dan duduk disebelah Seungyoun.

Sejin menubrukan dirinya ke dada Seungyoun, menghirup dalam-dalam aroma kesukaan dari lelaki favoritnya. Sesekali Sejin menarik nafas panjang, membuat Seungyoun akhirnya melingkarkan tangannya di pundak Sejin.

“Minum dulu tehnya, biar capeknya berkurang”Sejin harus merubah posisinya menjadi bersandar pada sofa ketika Seungyoun bergerak untuk mengambil cangkir teh hangatnya.

“Gimana? Lancar semua?“tanya Seungyoun dan Sejin mengangguk sambil sesekali menyesap minuman ditangannya.

“Aku dateng engga liat Gunbam, dia di Vet?“tanya Seungyoun dan kali ini Sejin menggeleng.

“Aku titipin tempat kakak. Soalnya aku tau beberapa hari ke depan pasti aku bakalan pulang telat mulu, kasian sendirian dirumah...“ucap Sejin lemah.

“Kenapa sih bisa pas?“ucap Sejin menghembuskan nafasnya kasar. Sejin sudah mengembalikan cangkir tehnya ke meja dan kali ini posisinya sudah menghadap ke Seungyoun dengan kedua kaki bersila diatas sofa.

“Pas gimana?“tanya Seungyoun bingung yang kemudian mengikuti Sejin untuk bersila dan duduk berhadapan.

“Aku dapat tawaran drama, kamu comeback dan Gunmabm sakit....“ucap Sejin menunduk.

“Dua point awal engga aku permasalahin... Karena aku tau kamu nyiapin ini semua udah dari lamaaaa banget!! Bahkan sebelum aku dapat tawaran drama baru ini. Tapi... aku jadi engga enak sama kamu, engga bisa nonton MV kamu tepat waktu kemarin. Engga bisa liat showcase kamu juga...“Sejin menunduk dan menarik pelan ujung piyama yang ia kenakan. Setiap kata yang keluar dari bibirnya terdengar nada kekecewaan. Kecewa karena dirinya sendiri.

“Bahkan aku lebih lambat dari temen-temen kamu yang lainnya untuk dukung kamu via media sosial...“Sjein akhirnya menatap Seungyoun. Seungyoun tersenyum menatap Sejin dan mengusak pelan puncak kepala Sejin.

“Kamu nih kecil-kecil banyak banget sih yang difikirin! Mikirnya satu-satu, kasian otak kamu nih capek sayanggg”ucap Seungyoun yang kembali tersenyum.

“Aku engga mempermasalahin dukungan kamu, karena tanpa kamu tunjukin ke orang banyak juga aku udah tau kalo kamu selalu dukung aku, kan?“tanya Seungyoun dan Sejin mengangguk.

“Besok aku udah mulai sibuk promosi dan kamu sibuk lanjutin drama kamu. Jadi malem ini, aku mau puas-puasin sama kamu sebelum kamu diambil orang lain...“ucap Seungyoun yang tiba-tiba menarik Sejin kedalam dekapannya.

“Aku engga diambil siapa-siapa, Younnn!! Engga bakal ada yang ambil akuuu, soalnya aku cuma mau sama kamu aja”ucap Sejin tenang dalam dekapan Seungyoun.

“Kamar yuk? Biar enak ngobrolnya, biar bisa sambil tiduran juga”ucap Seungyoun dan Sejin mengangguk setuju. Seungyoun pun menggendong Sejin seperti Koala kecil. Dalam setiap langkah Seungyoun ke kamar, Sejin memberikan satu kecupan di bibirnya.

“Tanda maaf dari aku... Karena kemaren aku engga nonton MV kamu tepat waktu! Karena aku engga bisa nonton showcase kamu! Karena aku ketinggalan update story buat dukung kamu! Karena aku besok-besok engga bisa dampingin kamu... Karena besok aku mau selingkuh sama orang lain dulu!!!“uacap Sejin disetiap kecupan yang ia daratkan di bibir Seungyoun. Seungyoun menghentikan langkahnya tepat di depan kamar Sejin ketika Sejin mengucapkan kalimat terakhirnya. Sejin tersneyum menatap Seungyoun.

“Ayokkkk masuk kamar dikit lagi!! Kenapa berhenti?“ucap Sejin bingung. Suengyoun pun melanjutkan langkahnya sebelum melempar Sejin keatas kasur, membuat Sejin tertawa lepas. Selanjutnya Seungyoun mengungkung Sejin dibawahanya.

Kali ini, Seungyoun yang mengecup seluruh permukaan wajah Sejin membuat Sejin merasa geli karena beberapa rambut Seungyoun yang terjatuh mengenai wajahnya. Bahkan sesekali Seungyoun mengusap wajahnya ke dada dan perut Sejin yang membuat Sejin semakin tertawa karena geli.

“Younhhhh hahaha udah!! Kenapa sih kamu?“Sejin menarik wajah Seungyoun agar menatapnya, karena sungguh, tertawa sejak tadi membuatnya semakin lelah.

“Karena kamu besok-besok mau dipinjem orang... Jadi malem ini, aku mau kamu....“ucap Seungyoun tajam.

“Bukannya aku emang milik kamu ya? Mau milikin kayak gimana lagi?“tanya Sejin yang semakin bingung.

“Kayak gini....“Seungyoun mendaratkan bibirnya ke bibir Sejin. Kali ini, bukan hanya kecupan tetapi lumatan yang diterima Sejin atas perlakuan Seungyoun. Sejin akhirnya tau apa yang dimaksud Seungyoun. Tanpa pikir panjang, Sejin mengalungkan tangannya dilher Seungyoun dan mengikuti permainan Seungyoun dengan mengabaikan rasa lelah mereka.


Nafas Sejin dan Seungyoun beradu cepat. Sprei rapih yang biasanya menjadi kebanggan Sejin, sudah berantakan. Bahkan selimut sudah tergelatak di lantai bersama dengan beberapa potongan pakaian milik Seungyoun serta Sejin. Mereka berdua belum melakukan permainan tetapi keduanya sudah berkeringat hanya karena foreplay yang mereka mainkan akibat lebih dari sebulan tidak bertemu.

Sejin mengangguk lemah sebelum akhirnya Seungyoun bangkit dan berjalan menuju salah satu laci yang sudah ia hafal diluar kepala. Sejin menyamankan posisinya sembari menunggu Seungyoun kembali.

“Kamu belum beli kondom lagi?“Seungyoun menoleh kearah Sejin yang matanya terbuka lebih lebar karena terkejut. Sejin menggeleng cepat. Seungyoun pun kembali dengan sebuah botol ditangan kanan.

“Kamar kamu berantakan banget, nanti aku bantu rapihin...“ucap Seungyoun yang menendang celananya sendiri ke ujung ruangan yang membuat Sejin tersenyum kecil.

“Jadi? Aku juga lagi gabawa karena emang awalnya engga niat gitu...“ucap Seungyoun lagi.

“Yaudah”ucap Sejin santai dan Seungyoun menatap Sejin bingung karena merasa jawaban Sejin bukan sebuah solusi.

“Maksudnya?“ucap Seungyoun setelah beberapa saat.

“Ih berisik! Lama dehhhh”ucap Sejin menarik Seungyoun hingga berbaring di kasur dan ia menduduki perut Seungyoun yang terbilang tidak rata tersebut.

“Kamu kalo udah mau kuat juga ya tenaganya?“ucap Seungyoun meledek dan Sejin menatap Seungyoun malas sebelum menarik botol dalam genggaman Seungyoun, mengocoknya dan mengeluarkan isinya.

Sejin sedikit memundurkan posisinya hingga ia duduk di paha Seungyoun yang membuat Seungyoun mengerang ketika bokong Sejin bergesekan dengan kejantanan Seungyoun yang sudah menegang. Sejin dengan lihai membaluri lubricant yang sudah ada di telapak tangannya langsung ke kejantanan Seungyoun.

“Aghhhh... Aku ga ada niat ngew* malah dapet bonus super plus nghhh....“ucap Seungyoun yang menahan geramannya karena pijatan tangan Sejin. Sebelumnya Seungyoun sudah menerima servis langsung drai mulut Sejin dan kali ini tangan Sejin yang langsung memberikan servis untuk kejantannya.

“3 in 1, aku dapetin tiga-tiganya dalam semalem... Arrrggghhhhh”ucap Seungyoun ketika Sejin memijat kejantanannya dengan sedikit kasar. Sejin tidak ingin menguluru waktu lebih lama, karena jam sudah menunjukkan jam satu malam lebih beberapa menit, mereka harus cepat menyelesaikan permainan mereka malam ini karena esok mereka akan kembali kepada kesibukan masing-masing.

Setelah mengolesi cairan lubricant dilubang kemerahan miliknya sendiri, Sejin mencoba memasukan kejantanan Seungyoun sedikit demi sedikit. Lebih dari sebulan tidak dikunjungi, lubang Sejin mulai tidak terbiasa lagi. Sesekali Sejin menarik nafas panjang, rasanya seperti pertama kali bercinta dengan Seungyoun.

“Nghhh.... Susahhh...“ucap Sejin meringis.

Sejin merebahkan dirinya diatas badan Seungyoun dan hanya berhasil memasukan kepala kejantanan Seungyoun. Seungyoun tersenyum sambil mengusap punggung lelaki kecil diatasnya. Nafas Sejin naik turun. Akhirnya Seungyoun mencoba menggerakan pahanya guna memasukan kejantannya lebih dalam ke lubang anal milik Sejin.

“Nghhh... Pelanhhhh... Younhhh...“ucap Sejin meringis. Seungyoun pun menghentikan gerakannya dan kembali mengusap punggung Sejin.

“Kelamaan aku anggurin jadi gini ya? Gimana besok kalo kita sama-sama sibuk, hm?“ucap Seungyoun pelan dan berhasil membuat Seungyoun mendapatkan hadiah sebuah cubitan yang membuat ia mengerang.

Sejin kembali ke posisi duduk dan kembali mencoba memasukan kejantanan Seungyoun hingga akhirnya masuk seluruhnya ke lubang analnya. Seungyoun dan Sejin mengerang bersamaan. Sejin mengerang karena kejantanan Seungyoun masuk terlalu dalam menusuk analnya, sedangkan Seungyoun karena akhirnya merasakan kembali kehangatan lubang Sejin.

Beralaskan dada bidang milik sang kekasih, Sejin menopang badannya dan menggerakan pinggangnya naik dan turun. Sedangkan Seungyoun, memegang pinggang Sejin mencoba membantu lelaki kesayangannya bergerak. Sejin menggigit bibirnya dengan pinggang yang sekarang bergerak memutar, membuat Seungyoun mengerang karena nikmat yang ia dapatkan begitu berlebih.

“Nghhh... Kamu ini lagi nulis nama aku yagghhh?“ucap Seungyoun ketika menyadari pergerakan pinggang Sejin mempunyai pola. Sejin membuka matanya dan menatap Seungyoun.

“Welcome back, WOODZ!!“ucap Sejin yang kemudian melumat bibir Seungyoun. Hal itu seperti sebuah kesempatan bagi Seungyoun, karena Seungyoun kali ini yang menggerakan pinggangnya mendorong kejantannya masuk lebih dalam sambil sesekali menampar bokong Sejin.

“Nghhh.... Younhhhh....“Sejin menyembunyikan wajahnya di pundah Seungyoun karena gerakan Seungyoun yang terlampau cepat serta kejantanan Seungyoun yang tepat mengenai prostatnya. Sejin pening dipermainkan Seungyoun malam itu.

“Diluarrrhhh? Hah?“tanya Seungyoun saat merasa pelepasannya hampir sampai. Sejin menggeleng.

“Dalemhhh ajaghhh...“ucap Sejin menggeram dan Seungyoun pun semakin menambah kecepatannya saat mendapatkan lampu hijau dari sang kekasih. Sejin masih merebahkan dirinya di atas dada Seungyoun. Kali ini gerakan sudah diambil alih 100% oleh Seungyoun. Sejin juga mengocok kejantanannya sendiri karena pelepasannya juga hampir sampai.

“Nghhh... Ahhhhh”Seungyoun sampai. Putihnya memenuhi anal Sejin malam itu. Setelah sekian lama tidak merasakan lubang penuh akan cairan cinta Seungyoun, akhirnya malam itu Sejin kembali merasakannya. Merasakan hangat yang memenuhi lubangnya. Bahkan merasakan cairan yang merembas mencoba keluar dari analnya karena analnya tidak mampu menampung putih Seungyoun.

Sejin sampai beberapa detik setelah Seungyoun. Nafas mereka semakin tidak terkendali. Aroma dikanar Sejin sudah berubah seutuhnya. Lima belas menit waktu yang mereka butuhkan untuk mengembalikan mereka kepada kenyataan.

“Udah jam dua... Kamu pulang jam berapa?“tanya Sejin yang masih berada diatas badan Seungyoun.

“Aku minta jemput disini jam 9 aja besok, kamu?“tanya Seungyoun dan Sejin mengangguk, menandakan bahwa ia akan keluar pada pukul 9 pagi juga.

“Mandi?“tanya Seungyoun lagi tetapi Sejin menggeleng.

“Tidur dulu... Begini aja ya?“tanya Sejin yang sudah memejamkan matanya.

Seungyoun tersenyum. Tangannya mengusap punggung telanjang Sejin. Posisi yang dimaksud Sejin adalah Sejin berada diatas badan Seungyoun dengan kejantanan Seungyoun yang masih berada di dalam anal Sejin dengan sisa cairan yang masih merembas keluar.

“Good night! Sleep Well!! Makasih buat hadiah comebacknya“ucap Seungyoun mengecup kening Sejin.

“Hm? Ini permintaan maaf, karena telat ngasih selamat. Kalo hadia selamat yang asli, belum loh....“ucap Sejin pelan yang membuat Seungyoun menghentikan kegiatan mengusap-usapnya.

“Younhhh.... Usap lagiiii”ucap Sejin merengek dan membuat Seungyoun kembali sadar dan kembali mengusap punggung Sejin.

Seungyoun tersenyum. Membanyangkan hadiah comeback yang akan diberikan kekasihnya entah seminggu atau dua minggu lagi.

(xposhie)


Seorang pemuda tersenyum menatap layar ponselnya dengan seekor anjing yang meringkuk nyaman dipangkuannya. Jam menunjukkan pukul 6 petang lebih sedikit. Pandangan pemuda tersebut tidak sedetikpun lepas dari layar ponselnya. Sesekali kepalanya bergerak, mengikuti irama musik yang mengalun pelan dari earphone yang ia gunakan.

Setidaknya butuh tiga menit lebih tiga puluh tiga detik waktu yang dibutuhkan pemuda itu untuk akhirnya melepaskan pandangannya dari ponsel ditangannya. Senyumnya merekah, ia bahagia. Bahkan terlihat sangat bahagia. Tangannya mengusap anjing dipangkuannya, tanpa berniat sedikitpun menganggu kenyaman anjing tersebut.

Tangan pemuda tersebut meraih remote TV yang terletak di meja ruang tamu untuk menyambungkan ponselnya dengan televisi dihadapannya “Belum mulai ternyata...”pemuda tersebut bergumam sambil tersenyum kecil.

“Sleep well!”Pemuda tersebut meletakan anjing kesayangannya di tempat yang lebih nyaman sebelum ia melangkahkan kakinya untuk mengambil sekaleng cola serta beberapa camilan sambil menunggu acara yang ia nantikan.

“Kok gue ikut deg-degan sih!!!”pemuda tersebut tersenyum sambil memegang dadanya yang entah mengapa berdebar lebih cepat. Pemuda tersebut menggelengkan kepalanya, berusaha menenangkan degup jantungnya sebelum melangkah kembali ke singgasananya.

Setelah meletakan kaleng cola serta camilannya, pemuda tersebut kembali meraih ponselnya sambil sesekali melirik ke televisi, berharap tampilan countdown sekarang sedang terpampang di telelevisi berganti dengan acara yang ia nantikan sedari tadi.

Tangan pemuda tersebut mengarah ke sebuah aplikasi bergambar burung biru di tablet pintarnya dan mengetikkan sebuah nama pada kolom pencarian untuk menemukan puluhan gambar lelaki dengan rambut berwarna highlight biru. Lagi, pemuda tersebut tersenyum sebelum memilih beberapa gambar untuk kemudian ia simpan pada galeri pribadinya.

“Ini gue yang engga sabaran apa emang waktu yang jalannya lambat?”

Pemuda itu mulai bosan, ia melirik jam di belakangnya sambil mengerucutkan bibirnya. Berharap waktu dapat berputar cepat, karena tampilan layar di hadapannya masih menampilan countdown yang entah kapan akan berakhir. Pemuda tersebut kembali fokus dengan tabletnya dan menggulirkan tangannya ke beberapa aplikasi media sosial pribadi miliknya hingga tiba-tiba layar televisi berubah gelap.

“Mampus!! Wifi gue mati? Engga kan?”

Pemuda tersebut panik selama beberapa detik sebelum akhirnya layar hitam mulai memunculkan semburat kebiruan di layar. Pemuda tersebut tersenyum sebelum melempar asal tabletnya dan fokusnya khusus untuk layar televisi di hadapannya.

Setelah beberapa menit berlalu, pemuda tersebut kembali mengambil table yang beberapa waktu lalu ia singkirkan dan memeriksa sesuatu yang membuat ia penasaran. “Beneran!!!” Mata pemuda tersebut berkaca-kaca, sama seperti lelaki di layar televisi, ia juga tidak percaya dengan apa yang ia lihat sendiri di layar tablet pintarnya.

Setidaknya satu setengah jam yang ia habiskan hanya fokus dengan layar televisi di hadapannya. Sesekali ia tertawa mendengar lelucon yang disampaikan lelaki di layar televisi tersebut tetapi sesekali ia juga merasa kagum melihat bagaimana lelaki tersebut menyanyikan bait demi bait yang ia ciptakan sendiri.

Acarapun selesai, pemuda tersebut mematikan televisinya dan mengambil kembali ponselnya. Tidak lupa menggendong anjing putih kesayangannya untuk kemudian kembali masuk ke kamarnya sambil menulis sesuatu di ponselnya.

Good Job!! So..... See you!!!

-W.


(xposhie)

Pertemuan.


Aroma kopi memenuhi indera penciuman ke delapan pria dewasa yang sudah berkumpul dalam satu meja di sudut sebuah kafe. Masing-masing dari mereka sibuk memandangi gelas di hadapannya. Beberapa diantaranya ada pula yang sibuk bermain ponsel dan sisanya memandang kesekeliling tanpa tau apa yang ia perhatikan.

Setidaknya sudah sejam, mereka berdelapan hanyut dalam sunyi dan diam. Tidak ada yang membuka suara, bahkan membuang nafaspun dilakukan secara hati-hati agar tidak menganggu pihak lainnya. Semua terdiam, kikuk dan merasakan hal yang aneh. Raga mereka berkumpul, tetapi jiwa mereka serasa pergi jauh entah kemana.

“Ehem...”

Seorang pria dewasa akhirnya membuat dehaman kecil, berharap dehamannya mampun mencairkan suasana. Beberapa diantaranya menoleh, menatap lelaki yang mengeluarkan suara tersebut. Mereka beradu pandang seperti menanyakan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

“Sorry...”

Pergerakan seorang lelaki kecil membuat semua mata tertuju padanya. Tetapi tetap tidak ada yang berani mengeluarkan kata. Mereka hanya menatap lelaki kecil tersebut. Lelaki yang sedang menunduk dengan ujung jari memainkan ujung bajunya. Ia kemudian berdiri dan berjalan menjauhi meja tersebut.

“Seok!”

“Bentar... Gue ke kamar mandi, sebentar....”

Tangannya dihempas. Orang yang sebelumnya menahan langkah lelaki kecil tersebut itu akhirnya melepaskan genggamannya. Membiarkan lelaki mungil bernama Wooseok menjauhi meja mereka. Tersisa tujuh orang di meja tersebut. Tujuh orang dewasa yang akhirnya berani menatap satu sama lain walau masih tanpa suara.


“Yang lain kemana?”

Bingung. Wooseok kembali dengan keadaan bingung. Karena meja yang semula berisikan delapan lelaki dewasa termaksud dirinya, kini hanya tersisa satu orang dewasa yang sibuk mengaduk cairan berwarna kecoklatan dihadapannya.

“Pulang... kayanya”Ada jeda dalam jawaban lelaki yang berlum berani menatap Wooseok tersebut.

“Kamu engga pulang?“kikuk, pertanyaan yang terlampau awkward dari Wooseok hari itu.

“Aku pulang kalo kamu udah mau pulang. Kalo kamu masih mau disini, aku tungguin.... Atau kamu mau aku keluar sebentar? Mau sendiri dulu?“Lelaki tersebut akhirnya menatap Wooseok. Bukan dengan tatapan intimidasi, melainkan tatapan iba terhadap sosok yang kini duduk disebelahnya.

Wooseok menggeleng. Dua lengan kecilnya menggapai ujung lengan sweater yang digunakan lelaki dihadapannya. Wooseok menahan pergerakan orang tersebut. Sikapnya menandakan bahwa ia tidak ingin ditinggal seorang diri. Ia ingin ditemani.

“Disini aja. Jinhyuk disini aja, jangan kemana-mana lagi”ucap Wooseok terlampau pelan. Jinhyuk tersenyum kecil dan dengan tangannya yang bebas, ia mengusap rambut Wooseok. Usapan yang berharap mendatangkan ketenangan untuk lelaki yang masih sibuk menunduk dihadapannya saat ini.

(xposhie)

Taste.


Remember when we first met? You said “light my cigarette”

Malam itu saat musim dingin. Aku ingat dengan jelas karena aku berusaha keras memasukan kedua tanganku ke dalam saku jaket yang kukenakan demi mencari kehangatan.

Malam itu, entah datang darimana seseorang menghampiriku dengan sebatang rokok utuh dikedua belah bibiru. Aku menaikan alisku, menatapnya bingung. Sebelum akhirnya aku tau, ia menginginkan pemantik yang memang suka aku letakan di pergelangan tanganku.

Aku bukan perokok, pemantik tersebut dan beberapa barang lainnya yang menggantung di pergelangan tangan kugunakan sebagai alat perlindungan diriku. Entah apa yang ia katakan malam itu, keinginanku untuk pulang kerumah aku urungkan. Aku mengirim pesan kepada kedua orang tuaku sebelum mematikan ponselku.

So I lied to my mom and dad I jumped the fence and I ran

Aku ingat dengan jelas, bagaimana ia menariku malam itu. Rokok yang semula ia jepit diantara dua belah bibirmu, rela ia buang ke sembarang arah. Ia tersenyum menatapku yang berlari lebih lamban, dengan sisa asap dari kedua belah bibirnya.

“Ayokkk lompat!!!”Ia memberi arahan kepadaku ketika aku takut melompati pagar yang tingginya lebih tinggi dari pinggangku. Dan ya, aku melompatinya walaupun ia harus menangkapku dan tertawa karena kami terjatuh.

Ia tertawa, aku ingat jelas bagaimana suara tawanya. Jarak kita dekat, bahkan aku masih bisa merasakan bau asap rokok yang sudah lama ia buang sembarang beberapa waktu lalu.

But we couldn't go very far 'Cause you locked your keys in your car

Malam itu, aku berlari lagi. Tetapi anehnya aku tidak merasa lelah karena terus berlari bersamanya. Akhirnya ia melambatkan gerakan kakinya dan berhenti didepan sebuah mobil hitam yang terparkir asal. Aku menatapnya, berharap ia dapat menjelaskan segalanya kepadaku.

“Hahaha bego! Cho Seungyoun goblok!! Bisa-bisaan kunci ketinggalan di dalem!!”Aku terseyum kecil melihatmu berteriak memaki diri sendiri.

Jadi namanya Seungyoun? Yang berani-beraninya membuatku berlari sejauh tadi? Hai Seungyoun, aku Sejin! Tidak, kita tidak berkenalan saat itu. Maaf ya Seungyoun.

So you sat and stared at my lips And I could already feel your kiss

Mungkin karena terlalu lelah, ia akhirnya duduk disamping mobil hitamnya. Lagi, dan lagi aku tidak tahu kenapa aku mengikutinya dan duduk disebelahnya mengabaikan rasa dingin yang semakin menusuk kulitku karena sudah tidak lagi berlari.

Aku tidak tahu berapa waktu yang kita habiskan hanya bersadar pada body mobil hitamnya. Tetapi yang aku tau, malam itu ia mencuri sebuah ciuman dariku. Bibirnya dingin, itu yang membuatku sedikit terkejut ketika ia menciumku.

Jantungku berdegup terlalu cepat ketika aku merasa lidahnya tanpa izin sudah manerobos masuk menembus belah bibirku. Dingin yang kurasa disekujur tubuhku mendadak berganti panas malam itu.

Long nights, daydreams

Masih di malam itu, ah sudah hampir pagi karena jam sudah hampir menunjukkan pukul lima pagi. Aku memandang langit-langit sebuah kamar yang masih asing tetapi sudah cukup membuatku nyaman. Iya nyaman, hingga saat ini aku berbaring di kasur tanpa busana. Baju hingga celanaku berserakan dilantai.

Sebuah lengan menjadi bantalku saat ini dengan tangan lainnya tergeletak diatas perutku. Bunyi dengkuran halus terdengar dari pria disebelahku. Iya, dia Seungyoun yang mungkin terlalu lelah karena ia yang terus bergerak diatasku dua jam yang lalu.

Sugar and smoke rings, I've been a fool

Bau manis serta bau asap rokok berhasil membuatku terbangun dan menemukan diriku seorang diri diatas kasur yang bentuknya sudah tidak terlihat seperti kasur karena spreinya tidak terpasang rapih.

Kamar berbentuk studio ini membuatku dengan mudah menemukan asal dari dua buah jenis bau yang berbeda. Bau manis karena ia sedang memotong gula merah untuk campuran kopinya serta asap rokok yang ternyata berasal dari asbak di dekat tempat tidur yang sedang menjadi singgasanaku.

But strawberries and cigarettes always taste like you

Aku bersandar pada dinding dingin karena sesungguhnya, kasur ini bahkan tidak memiliki kepala dan kaki kasur. Itulah yang membuat aku tidak mendengar suara decitan kayu semalam saat kami bergerak cepat mencari kenikmatan kami maisng-masing.

Ia tersenyum kepadaku, membawa dua buah cangkir kopi dengan sebuah lollipop yang berada diantara bibirnya. Sebuah lollipop strawberry yang semalam juga ia konsumsi karena ia kehabisan batang rokok di sakunya.

Terlampau santai, ia duduk disebelahku dan membuatku harus sedikit menggeser tubuhku. Ia melempar batang lollipop yang ternyata sudah habis itu ke tempat sampah, tapi naasnya batang lollipop tersebut harus berakhir teronggok dilantai.

Kami baru bertemu semalam, baru beberapa jam yang lalu tepatnya. Tetapi ketika ia mencodongkan kepalanya kearahku aku tau apa maksudnya dan aku pun memberikannya sebuah kecupan di bibirnya. Seperti semalam saat bertukar saliva di atas tempat tidur, rasa bibirnya pagi ini merupakan perpaduan rasa lollipop strawberry yang ia konsumsi beberapa menit lalu dengan rokok yang mungkin ia bakar satu jam yang lalu.

Remember when you taught me fate Said it'd all be worth the wait

Bersandar pada dada bidangnya yang telanjang, aku memainkan jari jemariku diantara jari jemarinya. Mendengarkan ceritanya. Kisahnya yang sangat menarik untuk aku dengar. Ia adalah Seungyoun, nama yang aku ketahui ketika ia sedang memaki dirinya sendiri semalam. Lelaki yang berani menciumku tanpa meminta izinku terlebih dahulu. Tetapi tetap meminta izinku ketika semalam akhirnya kami bercinta dan berbagi peluh diatas kasur yang sekarang sedang kami duduki ini.

Ia bilang ini takdir. Bertemu denganku adalah takdir. Aku tersenyum ketika ia mengatakan hal tersebut berulang kali dengan sebelah tangan mengusap pundak telanjangku. Takdir yang ia tunggu sejak lama. Ia bercerita bagaimana ia kadang suka bermimpi bertemu denganku. Cerita tersebut bukanlah bualan bagiku, karena setiap ucapan yang ia lontarkan siang itu dapat kudengar sebuah kesungguhan. Ia mengatakan bahwa penantiannya selama ini tidak mengecewakannya karena penantiannya membawa dirinya kepadaku.

Next day, nothin' on my phone But I can still smell you on my clothes

Sore itu aku kembali kerumahku. Karena aku tidak mungkin berbohong kepada orang tuaku lagi. Malam sudah semakin larut ketika aku memeriksa ponselku dan tidak ada apapun di ponselku. Tidak ada pesan singkat darinya. Ponselku yang mati dan kehabisan daya, membuatku tidak bisa menyimpan nomermu dan berakhir hanya ia yang menyimpan nomerku diponselnya.

Seungyoun, aroma strawberry dan rokok masih dapat kucium di baju yang aku gunakan. Baju yang kembali aku gunakan walaupun aku baru saja mandi dan membersihkan tubuhku. Terlalu sayang untuk aku tumpuk dan letakan di tumpukan baju kotor di sudut kamarku.

Always hoping things would change But we went right back to your games

Keesokan harinya, aku terbangun dan masih mencium aroma strawberry serta rokok yang begitu pekat walaupun aku tertidur dikamarku malam itu. Semalam aku berharap bahwa aku hanya bermimpi dan kembali terbangun di kamarnya. Kamar Seungyoun yang berantakan. Kamar Seungyoun dengan aroma khas miliknya.

Kembali ke tempat yang sama dengan udara yang sama, masih dingin. Malam itu aku tidak berharap bertemu dengannya. Tetapi malam ini aku berharap bertemu dengannya dan kembali berlari dengannya seperti beberapa hari yang lalu. Kembali bercumbu dengannya. Kembali bercinta dengannya.

And even if I run away Give my heart a holiday

Udara sudah semakin hangat. Matahari perlahan kembali ke peraduannya. Orang-orang lambat laun sudah mulai berkurang. Deburan ombak semakin jelas terdengar. Tetapi aku enggan melangkahkan kakiku menjauh dari bibir pantai. Merasakan air yang menyapa jari jemari kakiku.

Still strawberries and cigarettes always taste like you You always leave me wanting more

Aku menyunggingkan bibirku. Memantikkan api dan membakar batang nikotin dibelah bibirku. Entah sejak kapan merokok menjadi teman sepiku. Sedikit berbeda dengannya, strawberry aku hasilkan dari sebotol soda di hadapanku bukan dari permen lollipop yang ia beli di toko dua puluh empat jam itu.

Mengembalikan aromanya setiap kali sepi mendatangiku. Berharap ia akan memunculkan dirinya dihadapanku dengan aroma serupa. Aroma yang membuatku semakin menginginkannya setiap hari. Aroma yang membuatku semakin merindukannya.

Ia bilang awalnya bertemu denganku dalam mimpi. Tapi aku rasa aku yang sedang bermimpi. Bermimpi pernah bertemu dengannya. Bermimpi pernah berlari bersamanya. Bermimpi pernah bercumbu dengannya bahkan bermimpi pernah bercinta dengannya. Mungkin itu semua hanya mimpi.

Strawberries and cigarettes always taste like you

Tetapi aromanya jelas, sangat jelas bagiku. Aromanya sangat nyata. Bahkan ketika diriku sendiri yang menghasilkan aroma tersebut. Aroma strawberry bercampur aroma nikotin. Aroma yang tidak akan pernah aku lupakan. Aroma yang selalu akan aku hasilkan sendiri selama aku belum dapat bertemu kembali dengannya.

FIN


(xposhie)

About Us.


Lagi, siang itu pertengkaran kami kembali pecah.

Kembali, dengan alasan yang sama.

Kembali, menyebabkan ia menangis di sudut kamar kami.

Dan lagi, aku hanya dapat menatapnya sendu.

Aku tarik ponselnya dan melemparnya hingga mengenai tembok dan membuat ponselnya hancur berkeping-keping.

Tidak, aku tidak takut dimarahin perihal ponsel karena yang aku takut saat ini hanya kehilangannya.

Ia kekasih kecilku yang sedang bersimpuh di lantai, menatapku bingung karena sikapku yang tiba-tiba.

“Udah ya, Youn? Kita udahan aja?”

Aku tersenyum getir sambil sesekali menggelengkan kepalaku.

“Capek, Youn... Engga bisa...”

Aku memejamkan mataku dan menarik nafasku panjang.

Menetralkan emosiku.

Tidak, aku tidak boleh meluapkan emosiku terhadap sang terkasih.

Tidak, aku tidak boleh menyakitinya.

Ia cukup sakit dengan semua yang terjadi belakangan ini.

“Ya? Udahan aja? Hm?”

Aku mencoba membuka mataku.

Ia berdiri di hadapanku.

Ia mengusap pipiku.

Ia disana dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya.

Ia disana berdiri dan mengatakan hal yang sangat aku benci.

“Youn....”

Suaranya bergetar.

Bibirnya bergetar.

Sekujur badannya bergetar hebat di hadapanku.

“Engga! Aku engga mau dan engga akan pernah mau sampe kapanpun!”

Aku memeluknya, erat.

Aku memeluknya, seakan ia akan menghilang.

Aku memeluknya, seakan tidak ada hari esok.

Aku memerluknya, memberitahunya bahwa aku mencintainya.

“Tahan, sebentar lagi ya? Aku janji... Sebentar lagi! Engga akan lama, hm?”

Aku mengusap punggungnya, menenangkan.

“Aku janji, setelah ini engga akan ada yang nyakitin kamu ya? Engga akan ada satupun orang yang nyakitin kamu lagi”

Lagi, ia menangis.

Lagi, air matanya jatuh karenaku.

Lagi. aku tidak bisa membahagiakannya.

“Aku sayang banget sama kamu.... Sayang banget! Jangan bilang kayak gitu lagi, ya?”

Aku memohon kepadanya.

Memohon kepadanya entah untuk yang keberapa kalinya.

Memohon kepadanya lagi.


Pelan, Seungyoun melepas genggaman tangan Sejin. Sejin sudah tertidur pulas setelah menangis. Seungyoun mengambil ponselnya dan melakukan hal yang seharusnya ia lakukan.

Melakukan sesuatu sebagai seorang kekasih.

Melakukan sesuatu untuk orang yang sangat ia kasihin.

(xposhie)

Han Seungwoo.


Han Seungwoo, pria dewasa yang tahun ini genap berusia 32 tahun. Ia merupakan anak bungsu sekaligus anak laki-laki satu-satunya di keluarga Han. Hal itu membuat Seungwoo sudah mulai berkecimpung di dunia bisnis bahkan sejak duduk di bangku kuliah.

Salah satu bisnis keluarga Han merupakan sebuah pusat perbelanjaan terkenal di pusat kota. Pusat perbelanjaan yang menjadi tempat pertama kali bertemunya Seungwoo dengan kekasihnya Byungchan lima tahun lalu.

Berbicara tentang kekasih, hubungan Seungwoo dan Byungchan sudah menginjak tahun ketiga. Waktu yang tidak singkat untuk pria dewasa seperti Seungwoo. Bahkan Seungwoo sudah beberapa kali mendapat pertanyaan mengenai pernikahan dari keluarganya.

“Tunggu Byungchan selesai S2, aku udah janji sama dia kayak gitu”jawaban yang biasa Seungwoo lontarkan ketika ada pertanyaan mengenai pernikahan.

Pertemuan pertama Seungwoo dan Byungchan akibat insiden tabrakan tidak sengaja serta kopi panas yang mengotori baju, celana hingga sepatu Byungchan. Saat itu pusat perbelanjaan itu belum sepenuhnya dikendalikan oleh Seungwoo, ia hanya mengendalikan beberapa toko di dalam pusat perbelanjaan itu.

Pertemuan kedua Seungwoo dan Byungchan adalah saat Seungwoo mengunjungi universitas tempat dimana Byungchan berkuliah. Pada hari itu Seungwoo memang mempunyai jadwal untuk mengunjungi rektor serta di dapuk sebagai pembicara sebuah seminar umum.

“Hah? Itu kan... Kok bisa....”Dua teman Byungchan terpaksa menutup mulut Byungchan saat Byungchan berbicara dengan volume tinggi dan membuat semua orang menoleh.

“Pantesan Ka Seungwoo enak banget beli baju tanpa mikir terus beliin aku handphone baru juga...”Satu kalimat panjang yang Byungchan ucapkan setelah mendengar cerita Seungwoo.

Pertemuan kedua hari itu, membawa Byungchan menepati janjinya untuk membalas budi Seungwoo sebelumnya. Pertemuan kedua itu juga merupakan gerbang yang terbuka lebar untuk hubungan Seungwoo dan Byungchan.

“Sayang, kamu engga mau magang juga? Udah semester akhir kan?”Hari itu saat Byungchan sedang mengunjungi apartment pribadi Seungwoo, Seungwoo menanyakan hal yang sama untuk ketiga kalinya.

Semester lalu, Seungwoo sudah membantu Wooseok serta Yohan untuk magang disalah satu Cafe milik sepupunya. Semester sebelumnya, Seungwoo sudah juga membantu Sejin untuk magang di sebuah butik milik tantenya.

“Kamu tuh punya pacar yang bisa ngasih benefit malah disia-siain!”

“Aku kan pacaran sama kamu bukan karena uang, benefit atau apapun itu kaaa! Karena emang aku nyaman sama kamu ihhhh kamu ngeraguin aku ya?”Seungwoo tertawa mendegar kekasihnya merajuk.

Tetapi tiga tahun menjalin kasih, terkadang membuat Byungchan bosan karena terkadang Seungwoo terlaku sibuk dengan bisnis dan pekerjaannya.

“Ditempat aku aja ya? Aku tetep bisa temenin kamu nonton. Gimana?”

Seungwoo dan pekerjaannya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Begitu banyak bisnis yang ia jalani, terkadang menyita waktunya. Bahkan akhir minggu juga ia gunakan untuk memeriksa lapotan sehingga sedikit mengabaikan kekasihnya.

(xposhie)

Situasi tidak terduga.


Byungchan masih terjaga dari tidurnya. Setelah Seungyoun memutuskan kembali ke apartmentnya dini hari tadi, Byungchan masih belum dapat memejamkan matanya kembali. Seungyoun tertidur pulas di kamarnya, tetapi Byungchan hanya terduduk lemas di ruang tengah apartment milik Seungyoun.

Jam hampir menunjukan pukul lima pagi ketika Byungchan mendengar suara seseorang dari luar apartmentnya. Byungchan pun memilih menghampiri sumber suara. “Ah bangsat!! Kenapa engga mau ke buka sih?!?!?!”Byungchan terdiam di tempatnya ketika suara yang ia dengar semakin jelas.

Bermodalkan celah kecil yang terdapat pada pintu apartment Seungyoun, Byungchan bisa melihat seseorang yang mencoba masuk ke dalam unit yang bersebrangan dengan unit milik Seungyoun.

“Ka Seungwoo....“ucap Byungchan pelan, sangat pelan.

“Ah taik! taik! taik! bangsat!!! kebuka dong!!!!”Seungwoo beberapa kali menendang pintu yang berada di hadapannya karena beberapa kali juga ia salah memasukan password untuk dapat membuka pintu tersebut.

“Ka Seungwoo!!“Byungchan pun keluar dari apartment milik Seungyoun ketika ia merasa bahwa perilaku Seungwoo dapat menimbulkan keributan.

“Sayanggghhh.... Kamu darimana? Hm.... Ini passwordnya kamu gantiiihhh?“ucap Seungwoo ketika melihat Byungchan di hadapannya.

“Ini bukan unit kaka lagi... Ini punya Ka JB! Ka Seungwoo mending sekarang pulang aja ya? Aku perlu telfon Ka Seungsik?“ucap Byungchan tetapi pergerakannya ditahan.

“Jangannnn!! Aku udah disini! Iniiii— Apartment aku!“ucap Seungwoo meracau.

“Ka, ini punya Ka JB, bukan unit kamu lagi!!!“ucap Byungchan dengan suara tertahan dan Seungwoo hanya tertawa mendengarkan Byungchan.

“Pulang ya ka? Kmau mabok berat...“ucap Byungchan khawatir.

“Aku kan udah pulangghhh? Ini tempat aku sayangghhh”ucap Seungwoo sebelum dirinya pingsan dan bersandar pada tubuh Byungchan dihadapannya.

Byungchan menarik nafasnya panjang. Otaknya berfikir keras. Ia tidak mungkin membawa Seungwoo masuk ke dalam apartment Seungyoun dan lebih tidak mungkin lagi jika ia membawa Seungwoo pulang kerumah orang tua Seungwoo.

“Emang mungkin?“ucap Byungchan pelan sebelum mencoba memasukan beberapa digit angka untuk mengakses pintu di hadapannya dan terbuka.

Tanpa berfikir panjang, Byungchan membawa Seungwoo dengan setengah menyeretnya masuk ke dalam apartment yang sudah milik JB. Byungchan melihat kesekeliling apartment tersebut yang tidak berubah sama sekali.

Byungchan menidurkan Seungwoo di sofa panjang sebelum membuka sepatu yang Seungwoo gunakan. Byungchan juga melepaskan baju yang Seungwoo pakai dan dengan terpaksa mengambil kaos milik JB dari kamar pribadi JB.

“Maaf ya ka lancang....”ucap Byungchan dalam hatinya, berharap JB memaafkannya setelah ini.

Jam sudah menunjukan lewat enam lebih lima belas menit ketika Byungchan sudah selesai mengganti pakaian Seungwoo dan menyelimuti Seungwoo yang sesekali mengigau dalam tidurnya.

Byungchan kembali ke apartment milik Seungyoun dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Seungwoo. Tanpa Byungchan sadari ada seseorang yang mengawasinya dari dalam kamar. Byungchan pun kembali ke apartment milik JB setelah mengabari Seungsik dan menunggu Seungsik hingga datang tanpa sedikitpun meninggalkan Seungwoo seorang diri.

(xposhie)

Sebab – Akibat.


Malam itu, Wooseok tidak bisa tidur nyenyak. Wooseok memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi esok malam. Semua chat dari teman-temannya hanya berakhir dalam keadaan terbaca tanpa ada niat untuk Woosek membalasanya, terlebih pesan terakhir yang berasal dari Jinhyuk. Sebuah pesan yang membuatnya terdiam lama.

Wooseok menarik nafas panjang. Ia sudah berbaring di tempat tidur sejak satu jam yang lalu tetapi matanya enggan terpejam. Fikiran Wooseok melanglang buana jauh mundur tepat sebulan yang lalu. Sebulan yang lalu ketika ide gila muncuk di fikirannya karena terlalu lelah dnegan hubungannya dan kekasihnya kala itu, Jinhyuk.

Wooseok tidak tahu, jika ketiga temannya merasakan hal yang sama. Mereka juga jenuh, tetapi enggan untuk mengakhiri hubungan mereka karena tidak ada jaminan jika hubungan selanjutnya akan lebih baik drai hubungan ini. Ketiga teman Wooseok menyetujui ide Wooseok kala itu, tanpa berfikir panjang dan tanpa membicarakan hal tersebut ke kekasih masing-masing.

Wooseok mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping, menatap dua buah figura yang sengaja ia letakan di nakan samping tempat tidurnya. Satu figura berisi fotonya dan JInhyuk saat merayakan ulang tahunnya dan foto lainnya foto Wooseok bersama teman-temannya diacara yang sama. Wooseok tiba-tiba menangis, tanpa sebab.

“Berapa banyak hati yang lo sakitin karena keegoisan lo, Kim Wooseok?”Wooseok berbicara dalam hati sambil sesekali memukul dadanya, sesak. Wooseok menggigit bibirnya, setidaknya tidak boleh ada orang yang tau ia menangis malam itu. Wooseok tertidur beberapa saat kemudian.


Kesulitan tidur malam itu tidak hanya dialami oleh Wooseok, tetapi dialami juga oleh Byungchan, Sejin, Yohan, serta Seungwoo, Seungyoun, Jinhyuk dan Yuvin. Mereka masing-masing memikirkan skenario apa yang terjadi besok hari.

Byungchan memikirkan bagaimana ia menyambur Seungwoo esok hari kembali kedalam pelukannya, setelah apa yang ia lakukan dengan Seungyoun sebulan yang lalu. Byungchan bingung, haruskah ia menceritakan semua yang ia lakukan dengan Seungyoun kepada Seungwoo? Atau merahasiakannya? Apakah Seungwoo akan menerimanya kembali seperti dahulu jika ia menceritakan semuanya?

Sejin yang sedang duduk di depan tivi yang menyala itu juga memikirkan hal yang serupa walau tak sama. Ia memikirkan, apakah hubungannya dengan Seungyoun setelah ini akan baik-baik saja? Atau semakin buruk? Apakah Byungchan membuat Seungyoun membuka sedikit kesadarannya atau malah Byungchan membuat Seungyoun terlampau nyaman? Sejin takut. Ia takut kehilangan Seungyoun-nya.

Yohan mengusak rambutnya hingga berantakan. Ia sudah mencoba berbaring, mencoba menghitung domba dan bahkan mencoba melakukan olahraga kecil agar merasa lelah dan mengantuk tetapi semua usahanya gagal. Malam itu yang ada difikirannya hanya Yuvin. Yuvin yang tersenyum dengan tangan terulur kearahnya. Yohan bingung, apakah ia harus menggapai tangan YUvin atau justru berbalik dan mengabaikan uluran tangan Yuvin? Yohan bahkan bingung dengan fikiran dan perasannya sendiri.

Dua buah kaleng alkohol sudah berasa di dekat kaki Seungwoo. Dua kaleng, tidak membuat Seungwoo mabuk atau hilang kesadaran, bahkan ia justri semakin segar dan tidak merasa mengantuk sama sekali. Seungwoo pusing, memikirkan bagaimana cara yang tepat menyambut Byungchan yang sebulan jauh darinya. Seungwoo bingung, haruskah ia bersikap seperti seolah-olah tidak terjadi apapun? atau Seungwoo harus menyambut Byungchan dengan permintaa maaf yang tanpa henti?

Asap mengepul keluar dari balkon sebuah apartment yang sepenuhnya sudah gelap. Seungyoun menghisap panjang batang nikotin dalam mulutnya. Ia meringis, mengingat bagaimana Sejin akan meneriakinya ketika ia kembali menkonsumsi musuh terbesar Sejin itu. Seungyoun akhirnya mematikan rokoknya dan bersandar pada pagar pembatas yang berada dihadapannya. Senyum kecil merekah pada bilah bibirnya. Seungyoun sangat siap kembali merengkuh Sejinnya esok hari. Mendengarkan apapun yang akan keluar dari bibir Sejin, terlebih lagi hal yang berkaitan dengan kejadian sebulan ini.

Yuvin baru saja menyelesaikan ritual mandi malamnya dengan maksud agar bisa membuatnya tidur dengan nyaman malam ini. Yuvin melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian, tetapi kegiatannya terhenti ketika sebuah foto mengusik indera penglihatannya. Yohan kecil dengan seragam taekwondo. Yuvin sengaja memintanya langsung ke orang tua Yohan tanpa sepengetahuan Yohan. Yuvin tersenyum, memikirkan bagaimana Yohan akan terus menerus memarahinya esok hari dan membadingkannya dengan Seungwoo. Yuvin juga tidak sabar, kembali membawa Yohan mencicipi makanan kesukaan Yohan yang biasa ia makan selepas berlatih taekwondo.

Setidaknya sudah sejam Jinhyuk menatap aplikasi bertukar pesannya dengan Wooseok. Pesan terakhirnya hanya berakhir terbaca tanpa dibalas oleh Wooseok. Jinhyuk menghela nafas panjang. Rangkaian kata sudah Jinhyuk siapkan, setidaknya untuk meminta maaf kepada Wooseok. Jam sudah menunjukan pukul dua dini hari, tetapi mata JInhyuk belum juga mau terpejam. Jinhyuk hanya berharap nanti ia tidak telat bangun dan membuat keadaan semakin berantakan.


Setiap perbuatan yang kita lakukan pasti memiliki sebuah sebab dan akibat. Seperti ide Wooseok ini, ada sebab mengapa ia melakukannya dan pasti ada akibat setelahnya yang mungkin baru akan diketahui esok hari saat mereka semua bertemu.

(xposhie)

A Secret Box.


Sejin tersenyum ketika seseorang menekan password apartmentnya. Orang lain selain dirinya yang tau password apartementnya ialah kekasihnya, Cho Seungyoun.

“Sayangggg, kamu dimana?”

Sejin dapat mendengar langkah terburu-buru serta suara dentingan kunci -sepertinya kunci mobil- yang beradu dengan meja kayu ruang dapur.

Sejin ada dikamar, menunggu sang kekasih dengan tiga buah hadiah yang sudah ia siapkan sebelumnya. Sejin tidak bangkit dari kasurnya barang sejengkalpun. Lampu kamar yang sudah dipadamkan, membuat kamar Sejin terlihat remang-remang karena pencahayaan hanya berasal dari lilin aromatherapy yang dipasang Sejin.

Pintu kamar terbuka. Seungyoun berdiri disana dengan nafas berderu cepat. Mungkin dia sedikit berlari dari parkiran hingga ke kamar Sejin ini. Sejin melipat kedua tangannya sambil menatap sang kekasih dengan tatapan menggoda.

Kalung yang dikenakan Sejin terlihat bersinar. Sejin yang hanya mengenakan kemeja putih seperti di foto tadi dengan bagian bawahnya yang tertutup selimut. Seungyoun menetralkan nafasnya sebelum berjalan masuk ke kamar Sejin. Bahkan ia mengunci kamar tersebut sekalian.

Sejin menepuk space kosong dihadapannya. Lebih tepatnya di depan box yang telah ia jejer rapih. Seungyoun pun mengikuti arahan sang kekasih dengan wajah kebingungannya. Mereka berdua duduk bersila dan saling berhadapan dengan tiga buah kotak diantara mereka.

“Ini apaan?“tanya Seungyoun bingung.

“Hadiah! Aku udah janji kan mau kasih hadiah ke kamu dan aku pasangin langsung?“ucap Sejin dengan senyum sensualnya.

“Tiga? Sekaligus?“Sejin menggeleng.

“Cuma satu. Kamu boleh ambil semua hadiah ini, tapi aku cuma bakalan pasangin satu hadiah yang kamu pilih”Sejin menjelaskan.

“Clue?“Seungyoun menatap Sejin penuh permohonan tetapi Sejin hanya mengangkat kedua bahunya.

Seungyoun sedikit berfikir, membuat suasana hening selama beberapa detik. Sejin mencoba menahan senyumnya karena berhasil membuat bingung sang kekasih yang berada dihadapannya.

“Aku pilih yang ditengah”ucap Seungyoun dan Sejin mengangguk.

Sejin mendorong kotak yang berada ditengah hingga berada persis di hadapan Seungyoun. Sejin mengangguk ketika Seungyoun meminta izin untuk membuka kotaknya.

Feet. Please lay on the bed, sir

Seungyoun mengernyitkan keningnya, bingung. Ia menatap Sejin dan Sejin menatapanya sambil tersenyum. Sejin menyingkap selimut yang ia gunakan untuk menutup tubuh bagian bawahnya.

“Yang...“Seungyoun kembali terkejut karena kekasihnya ternyata hanya menggunakan kemeja putih tipis tanpa bawahan.

Sejin bangkit dari kasur sambil membawa dua buah kotak yang tidak dipilih Seungyoun. Selanjutnya Sejin memberikan kode kepada Seungyoun untuk berbaring diatas kasur.

“Rileks...“ucap Sejin ketika mendapati tubuh Seungyoun yang menegang. Seungyoun pun menarik nafas panjang guna menenangkan dirinya sendiri.

Sejin tersenyum sambil mendudukan dirinya disebelah Seungyoun. Tangan Sejin mengusap dada, perut hingga berhenti di pinggang milik Seungyoun. Sejin melepaskan ikat pinggang yang Seungyoun gunakan.

Pelan, tapi pasti dan tanpa perlawanan Seungyoun, Sejin berhasil meloloskan celana jeans yang Seungyoun gunakan.

“Kamu mau ngapain sih Jin? Katanya mau ngasih aku hadiah? Mana hadiah aku?“tanya Seungyoun panik karena Sejin mulai memberikan kecupan di kejantanan Seungyoun yang masih terbalut boxer.

“Kamu baca kan? Kaki. Hadiah aku berhubungan sama kaki. Bagian pinggang kebawah, masih merupakan bagian dari kaki”ucap Sejin menjelaskan.

“Terus?”

“Diem deh, Youn!! Ikutin aja permainan aku”ucap Sejin merajuk dan Seungyoun pun terdiam.

Sejin melanjutkan kegiatannya. Kecupan pada kejantanan Seungyoun terus turun hingga ke paha dan kaki Seungyoun. Sejin kembali tersenyum ketika melihat jari jemari kaki Seungyoun menekuk karena nikmat yang ia berikan.

“Yang, ngapain...?“ucap Seungyoun lemah.

“Kata orang... Kalo pake kaos kaki tuh lebih cepet keluar!“ucap Sejin yang sekarang sudah duduk diatas perut Seungyoun.

Sejin sengaja menggoda penis Seungyoun yang masih terbungkus dengan menggeseknya sensual. Pergerakan pinggang Sejin maju mundur dan terkadang berputar membuat Seungyoung mencengkram pinggang Sejin.

“Jadi ini hadiah kamu?“ucap Seungyoun dan Sejin mengangguk.

Pergerakan Sejin sebenarnya membuat dirinya sendiri tersiksa. Sejin mempercepat gerakan pinggangnya cepat, membuatnya mendesah dan Seungyoun mengerang.

“Ahhhh....“Sejin berhenti menggerakan pinggangnya dan mengocok penisnya sendiri yang hanya ia keluarkan dari lubang celana dalamnya. Sejin keluar banyak di baju yang masih Seungyoun kenakan.

Sejin menidurkan dirinya diatas badan Seungyoun, mengabaikan cairannya yang tercecer. Seungyoun mengusap punggung Sejin sambil tertawa.

“Yang pake kaos kaki aku, kok yang keluar duluan kamu?“ucapan Seungyoun berhasil membuat Seungyoun mendapatkan sebuah cubitan kecil.

Sejin kembali duduk diatas perut Seungyoun dengan wajah terkekuk malas. Selanjutnya, Sejin bergerak cepat menurunkan boxer Seungyoun tanpa melepas baju yang Seungyoun gunakan.

“Nghhh.... Jinnn pelanhhh donghhh!!“Seungyoun menggeram tertahan karena Sejin yang tanpa aba-aba memasukan penisnya langsung ke mulutnya.

Seungyoun selalu suka bagaimana Sejin menggerakan penisnya di dalam mulutnya sendiri. Tangan Sejin ikut bergerak mengocok penis Seungyoun yang tidak masuk ke dalam mulutnya. Seungyoun ikut menggerakan kepala Sejin ketika pelepasannya hampir tiba.

“Yangghhhh!!!“Seungyoun berteriak. Sedangkan Sejin tersenyum miring.

“Dikit lagi aku keluarhhh!!“ucap Seungyoun frustasi.

“Ah yakin cuma mau keluar pake mulut aku?“dengan nada sensual, Sejin membuka kancing kemeja putih yang ia gunakan. Sejin telah sepenuhnya telanjang.

Seungyoun mengatur nafasnya yang berderu cepat. Ia sengaja mendudukan dirinya dan bersansar pada headboard kasur agar dapat melihat Sejin dengan puas.

Sejin kembali naik ke atas kasur dan duduk diatas pangkuan Seungyoun. Seungyoun pusing memikirkan sikap kekasihnya malam ini.

“Sssttt.... Hadiah aku! Jadi aku yang punya alih kuasa malam ini”ucap Sejin menghentikan pergerakan Seungyoun.

Sejin mengalungkan tangannya di leher Seungyoun dan membawa Seungyoun dalam sebuah ciuman panas. Pinggang sejin kembali bergerak menggesek penis Seungyoun yang sudah menegak sepenuhnya.

“Pleasseehhh”ucap Seungyoun melepaskan lumatannya sejenak.

Sejin menggeleng sebelum memegang penis Seungyoun dan mengarahkannya masuk ke dalam lubang berkedut Sejin.

“Aghhhh....!!!“Sejin dan Seungyoun mendesah bersamaan. Seungyoun tidak kuat, ia menggerakan pinggang Sejin ketika penisnya sudah masuk sepenuhnya dalam lubang Sejin.

“Younnnhhh....“Sejin kalah. Hadiah yang seharusnya ia berikan untuk Seungyoun, sudah diambil alih duluan oleh Seungyoun.

“Argghhh... Shittthhh!! Enakhhh... Younnnhhh...“ucap Sejin mendesah saat penis Seungyoun tepat mengenai titik sensitifnya.

“Aku mau keluarhhh...“ucap Seungyoun.

“Dalemhhh! Di dalemmhhh ajahh!!“ucap Sejin dan Seungyoun benar menumpahnya cairannya di dalam lubang Sejin.

Seungyoun dan Sejin mengatur nafas mereka setelah pelepasan keduanya sampai. Keringat membasahi tubuu keduanya, tetapi mereka masih betah memeluk satu sama lain.

“Dua box lagi isinya apa?“tanya Seungyoun tanpa berniat mengeluarkan penisnya dari lubang Sejin.

Head. Aku mau kasih kamu dasi buat tutup mata kamu...”

Body. Aku mau kasih kamu borgol buat iket tangan kamu...“ucap Sejin santai.

“Hah? Terus Feet cuma ini aja?“tanya Seungyoun.

“INI AJA?!?!?!“Sejin mengerucutkan bibirnya dan Seungyoun tertawa.

“Yang lain sayang tuh nganggur! Lanjutin yuk?“ucap Seungyoun menggoda.

(xposhie)